Kekalahan yang tidak Dapat Diperbaiki
-
Operasi Badai Al Aqsa
7 Oktober 2023 akan abadi dalam kalender kawasan Asia Barat. Di hari tersebut, pejuang Hamas menyerang Israel dan berhasil memberi kekalahan terberat kepada rezim ilegal ini dalam sejarah 75 tahun berdirinya rezil palsu Israel.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei pada 10 Oktober 2023 dalam acara wisuda taruna Universitas Angkatan Bersenjata dan dalam pidatonya menyinggung operasi Badai Al Aqsa dan menjelaskan operasi ini. Pidato Rahbar ini memiliki empat dimensi penting sebagai berikut:
Dimensi pertama adalah rezim Zionis mengalami kekalahan terberat dalam sejarahnya. Rezim Zionis Israel senantiasa mencitrakan dirinya sebagai pemain terkuat di kawasan Asia Barat, khususnya dalam dua bidang, militer dan intelijen. Faktanya, karena identitas intelijen dan militer ini, rezim Zionis telah menciptakan soft power media dan interpersonal untuk dirinya sendiri. Faktor inilah yang menjadi salah satu penyebab normalisasi hubungan beberapa negara dengan rezim Zionis, namun pada tanggal 7 Oktober 2023 identitas tersebut hilang.
Rezim Zionis mengalami kejutan dan guncangan intelijen, keamanan dan militer yang besar, sehingga kekerasan dan serangan habis-habisan yang dilakukannya terhadap Gaza setelah operasi Badai Al Aqsa lebih merupakan reaksi kemarahan atas kegagalan besar ini daripada reaksi militer-rasionalitas. Pada tanggal 7 Oktober 2023, reputasi militer dan intelijen rezim Zionis yang merebut kekuasaan dihancurkan.

Serangan yang dilakukan oleh rezim ini terhadap Jalur Gaza setelah Badai al-Aqsa dengan tujuan mengurangi beban kekalahan besar ini dan mengembalikan kredibilitas ini telah hilang, namun pemimpin tertinggi revolusi dengan tegas menyatakan bahwa: “Dalam hal ini, 7 Oktober dan selanjutnya, rezim Zionis telah mengalami kegagalan yang tidak dapat diperbaiki baik secara militer maupun dalam hal intelijen. Semua orang bilang kegagalan, saya tekankan tidak bisa diperbaiki. Saya katakan bahwa gempa dahsyat ini telah berhasil menghancurkan beberapa struktur utama pemerintahan rezim penjajah ini, yang tidak dapat dibangun kembali dengan mudah.”
Poin kedua adalah langkah Hamas melancarkan serangan militer total terhadap rezim Zionis memiliki dua alasan utama; Pertama berkaitan dengan berlanjutnya kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina, khususnya setelah terbentuknya kabinet baru Netanyahu dan kejahatan ini terus meningkat, dan anasir radikal serta rasis kabinet ini secara resmi memiliki pemikiran, kecenderungan dan perilaku rasis. Kabinet ini juga meyakini bahwa rakyat Palestina harus diusir. Selain itu, setiap hari Zionis terlibat bentrokan dengan warga Palestina di Masjid al-Aqsa.
Selain itu, Jalur Gaza sejak tahun 2007 hingga saat ini berada dalam blokade total rezim Zionis, sebuah blokade yang mengubah Gaza menjadi penjara terbuka terbesar di dunia, serta menorehkan tragedi kemanusiaan bagi warga daerah ini. Dengan demikian langkah Hamas menyerang Israel sebuah bentuk pertahanan diri yang legal serta dipicu oleh kinerja rezim palsu ini.
Rahbar terkait hal ini mengatakan, "Bencana ini akibat dari perilaku Zionis sendiri. Ketika kezaliman dan kejahatan melampaui batas, ketika keganasan mencapai puncaknya, kita harus menunggu datangnya badai. Apa yang Anda lakukan terhadap bangsa Palestina? Tindakan berani dan tanpa pamrih yang dilakukan warga Palestina ini merupakan respons terhadap kejahatan musuh Zionis, yang telah berlangsung bertahun-tahun dan semakin meningkat intensitasnya dalam beberapa bulan terakhir; Pemerintahan saat ini yang berkuasa atas rezim Zionis juga patut disalahkan. Dalam sejarah dunia saat ini – sejauh yang kita ketahui pada periode dunia saat ini, [yaitu] dalam seratus tahun terakhir atau lebih – tidak ada negara Islam yang menghadapi musuh seperti yang dihadapi Palestina saat ini; Permusuhan dengan kejahatan ini, dengan kedengkian ini, dengan kekejaman ini, dengan rasa haus darah ini, belum pernah dihadapi oleh bangsa-bangsa Islam dan negara-negara Islam."

Alasan kedua dari langkah Hamas adalah kekalahan pemain yang bertanggung jawab menciptakan perdamaian di Palestina. PBB, Amerika Serikat, Eropa dan sejumlah negara Arab yang bertanggung jawab menciptakan perdamaian dalam konflik Palestina-Israel, tapi pemain ini bukan saja gagal menciptakan perdamaian, tapi secara praktis menjadi pendukung kejahatan rezim penjajah al-Quds. wajar ketika perdamaian gagal, perang akan meletus. Hamas dan pendukungnya, dan secara umum rakyat Palestina, setelah putus asa dari perdamaian, beralih ke muqawama dan bahkan perang. Dari sudut pandang ini, dapat dikatakan bahwa perang terbaru Hamas melawan Israel yang terjadi belakangan ini merupakan akibat dari kegagalan aktor asing dalam menciptakan perdamaian.
Poin ketiga, upaya rezim Zionis dan pendukungnya adalah untuk meminimalisir aksi Hamas. Salah satu pendekatan yang dilakukan rezim Zionis dan pendukungnya terhadap kehebatan operasi "Badai Al Aqsa" adalah dengan mendaftarkan operasi dan prestasi besar ini atas nama Republik Islam Iran. Dengan kata lain, rezim Zionis dan sebagian pendukungnya mengklaim bahwa perencanaan operasi "Badai Al Aqsa" dilakukan oleh Republik Islam Iran dan Hamas yang melaksanakannya.
Mereka mengatakan bahwa Hamas sendiri tidak mampu melakukan operasi pada tingkat ini. Alasan utama untuk membuat klaim seperti itu adalah bahwa rezim Zionis dan para pendukungnya berusaha untuk mengurangi parahnya kekalahan ini dan mengatakan bahwa mereka dikalahkan oleh tentara yang besar seperti angkatan bersenjata Republik Islam Iran dan bukan oleh para pejuang dari kelompok bernama Hamas.
Rahbar dalam pidatonya di acara kelulusan gabungan mahasiswa Akademi Militer Angkatan Bersenjata Iran pada 10 Oktober 2023 menetralisir dan membatalkan taktik Zionis tersebut.
Rahbar mengatakan, "Para pendukung rezim Zionis dan sebagian orang dari rezim penjajah ini telah membuat rumor dalam dua atau tiga hari ini, termasuk bahwa mereka memperkenalkan Islam Iran di balik gerakan ini. Mereka salah. Tentu saja kita membela Palestina dan perjuangannya. Kita mencium kening dan lengan para desainer Palestina yang pandai, cerdas, dan berani serta bangga pada mereka, namun mereka yang mengatakan bahwa karya orang Palestina disebabkan oleh orang non-Palestina, mereka tidak mengenal bangsa Palestina, mereka meremehkan bangsa Palestina; Ini adalah kesalahan mereka; Mereka membuat perhitungan yang salah di sini."

Poin Keempat pidato Rahbar adalah menetralisir upaya untuk mencitrakan ketertindasan rezim Zionis dalam kasus ini. Pendekatan lain yang dilakukan rezim Zionis dan pendukungnya adalah mencitrakan rezim ilegal ini sebagai pihak yang tertindas. Operasi Badai Al Aqsa menimbulkan korban jiwa terbanyak bagi rezim ini sepanjang sejarah keberadaan ilegalnya. Menurut statistik terbaru, lebih dari 1.200 Zionis tewas dalam serangan ini dan lebih dari 2.000 orang terluka, banyak di antaranya berada dalam kondisi serius. Korban jiwa ini menyebabkan rezim Zionis dan beberapa pendukungnya bertindak pencitraan sebagai pihak yang tertindas dengan mengutip statistik tersebut dan juga fakta bahwa serangan Palestina dilakukan pada saat hari raya Yahudi.
Tidak ada keraguan bahwa rezim Zionis adalah rezim kriminal; Sejak tahun 1948, Zionis telah merampas tanah dan rumah warga Palestina dengan cara mendudukinya dan mengasingkan rakyat Palestina yang tertindas dari rumah mereka. Hanya sejak tahun 2008, lebih dari 150.000 warga Palestina menjadi syahid dan terluka akibat serangan Zionis. Namun, rezim ini mengaku tertindas, sebuah atribut yang tidak sesuai dengan rezim ini menurut Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam. Rrahbar mengatakan, “Rezim pendudukan telah menggunakan penindasan ini sebagai alasan agar mereka dapat melanjutkan penindasan gandanya.” Serangan ke Gaza, penyerangan ke rumah-rumah penduduk, penyerangan terhadap warga sipil, pembantaian dan pembunuhan masal terhadap masyarakat Gaza...."
Lebih lanjut Rahbar mengatakan, ".... Pencitraan sebagai pihak yang tertindas ini menjadi dalih baginya untuk melipatgandakan kejahatan ini. Israel ingin membenarkan kejahatan ini dengan berpura-pura tertindas. Ini juga merupakan perhitungan yang salah. Biarlah para pemimpin dan pengambil keputusan rezim penjajah Zionis serta para pendukungnya mengetahui bahwa hal ini akan membawa bencana yang lebih besar bagi mereka. Biarkan mereka tahu bahwa reaksi dari kekejaman ini adalah tamparan yang lebih berat terhadap wajah jelek mereka.”