Hari Sains Sedunia untuk Perdamaian dan Pembangunan
UNESCO sebagai lembaga pendidikan dan budaya paling kredibel di dunia yang aktif di bidang ilmu, budaya dan pendidikan, untuk pertama kalinya di tahun 1999 di sidangnya di Budapest, Hungaria menetapkan 10 Oktober sebagai Hari Sains Sedunia untuk Perdamaian dan Pembangunan.
Penamaan ini meski disebut-sebut telah memberi nilai kepada sains dan pendirinya, tapi pada saat yang sama juga upaya untuk menciptakan hubungan antara teknologi sains, memulihkan kualitas kehidupan publik dan menurunkan serta mengendalikan ancaman iklim akibat produksi dan teknologi manufaktur. Salah satu tujuan terpenting UNESCO dalam penamaan hari sains adalah untuk memberi manfaat kepada anggota masyarakat dari buah sains, teknologi, dan inovasi, untuk menciptakan platform dan ruang yang sesuai untuk wacana tentang dampak sains, teknologi, dan inovasi pada kehidupan sehari-hari masyarakat, perdamaian dan pembangunan dan untuk memperkenalkan beberapa peluang baru yang dapat meningkatkan kualitas hidup secara umum.
Banyak negara telah menyambut pencalonan 10 November sebagai Hari Sains Sedunia UNESCO dalam pelayanan perdamaian dan pembangunan, dan pencalonan ini dicatat dalam kalender resmi banyak negara. Oleh karena itu, setiap tahun 10 November diperingati sebagai Hari Sains Sedunia oleh banyak negara dan organisasi yang bergerak di bidang ini.
Sains mengacu pada seperangkat proposisi yang dikumpulkan para ilmuwan dalam penelitian ilmiah di sekitar subjek atau untuk mencapai suatu tujuan. Namun yang ditekankan saat ini adalah bahwa sains harus mengarah pada perdamaian dan pembangunan berkelanjutan. Perdamaian dunia UNESCO adalah perdamaian yang dibangun dalam pikiran manusia karena perang sudah terbentuk di benak masyarakat sebelum terjadi. Dalam bidang ilmu, terwujudnya perdamaian juga membutuhkan ilmuwan yang memikirkan perdamaian itu sendiri. Dengan demikian, dalam perspektif baru UNESCO, perdamaian tidak hanya berarti tidak adanya perang antar negara, tetapi juga dapat berarti manajemen nasional yang konstruktif, penyelesaian perselisihan dan koordinasi hubungan antara berbagai bagian kelembagaan masyarakat.
Pembangunan berkelanjutan juga mengatasi kendala biofisik planet ini dan proses yang membentuk masa depan umat manusia melalui konservasi sumber daya tak terbarukan. Dengan kata lain, jika pembangunan berkelanjutan tercapai, kondisi akan tercipta di mana penggunaan sumber daya dan pemenuhan kebutuhan tidak akan mengganggu integritas, keindahan dan stabilitas sistem vital dan memungkinkan generasi mendatang untuk hidup di planet ini. Bukan tidak masuk akal bahwa bangsa-bangsa saat ini telah menggunakan ilmu pengetahuan dan modal ilmiah untuk mencapai tujuan lingkungan.
Saat ini, planet kita menghadapi banyak tantangan, termasuk krisis perubahan iklim dan konsekuensinya, krisis yang dapat menyebabkan perpindahan populasi besar hingga tahun 2050 di 31 negara, kelangkaan air, kerawanan pangan, kekeringan, banjir, tornado, naiknya suhu dan permukaan laut adalah krisis yang akan dihadapi lebih banyak penduduk bumi dalam beberapa dekade mendatang.
Laporan "Kondisi Iklim 2021" yang baru-baru ini dirilis PBB menyebutkan dunia yang ada di depan kita mulai berubah dan rata-rata suhu bumi dalam 20 tahun terakhir untuk pertama kalinya sejak 2002 naik lebih dari satu derajat celcius di banding dengan era pra-industri.
Para pakar mengatakan, peningkatan permukaan laut lebih tinggi dari dua melinium sebelumnya. Menurut mereka jika proses saat ini terus berlanjut, lebih dari 630 juta orang dari total populasi dunia hingga tahun 2100 akan terpaksa pindah dari tempat tinggal saat ini serta akan menciptakan dampak yang tidak dapat dibayangkan. Menurut laporan itu, 2021 kemungkinan akan menjadi tahun keenam atau ketujuh berturut-turut di mana planet ini mengalami suhu tinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pemanasan global juga dapat memecahkan rekor satu derajat Celcius untuk pertama kalinya.
Penggurunan, kelangkaan air, penggundulan hutan, pembangunan perkotaan, dan semuanya mewakili perang yang telah kita mulai manusia dengan alam, dan di sinilah peran sains harus ditekankan untuk mencapai perdamaian dan pembangunan berkelanjutan, mengurangi kekhawatiran dan krisis, dan menangani dengan konsekuensi lingkungan. Terutama karena isu-isu ini bersifat global dan membutuhkan respon global; Sebuah jawaban yang mencakup semua orang di semua masyarakat di seluruh dunia.
Mengingat penyelenggaraan Konferensi COP26 (The 26th UN Climate Change Conference) pada bulan November 2021, peringatan Hari Sains Sedunia untuk Perdamaian dan Pembangunan tahun ini menemukan warnanya yang lain, dan dipilih slogan "Membangun Komunitas yang Siap Menghadapi Iklim" (Building Climate-Ready Communities), sehingga di bawah bayang-bayang kerja sama sains dan teknologi serta bantuan baik dapat mengurangi dampak dari krisis ini, karena ilmu dan sains harus dapat mengurangi penderitaan manusia.
Kini pengembangan ilmu lebih utama dari biasanya. Melalui hubungan dekat ilmu dengan masyarakat, warga akan memahami kemajuan sains dan pengetahuan, dn dengan menyadari posisi rentan planet kita, mereka akan mengetahui peran ilmuwan dalam menciptakan masyarakat yang lebih resisten.
Namun, sains memiliki ujung seperti pisau yang dapat memainkan peran positif dan negatif, dan penggunaan sainslah yang dapat melayani perdamaian atau tidak. Di satu sisi, menggunakan sains; Manusia telah keluar dari kehidupan gua dan telah mampu menaklukkan planet lain. Di sisi lain, beberapa mencari hegemoni dan monopoli dengan cara apa pun, bahkan sains dan teknologi. Misalnya, landasan yang diletakkan oleh Amerika Serikat pada akhir Perang Dunia II menciptakan struktur keseluruhan yang mendorong sains AS saat ini. Untuk pertama kalinya, Amerika Serikat menargetkan kota-kota Jepang di Hiroshima dan Nagasaki dengan senjata nuklir, dan dengan kejahatan yang mengerikan ini; Sebuah inovasi baru diciptakan dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memberdayakan negara.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei di salah satu pidatonya menyinggung masalah ini dan mengatakan, "Pengetahuan, sarana paling jelas bagi kehormatan dan kekuatan sebuah negara. Sisi lain ilmu adalah kemampuan. Dunia Barat dengan berkah pengetahuannya mampu menyiapkan bagi dirinya kekayaan, pengaruh dan kekuatan dua ratus tahun, dan meski mereka miskin di bidang moral dan ideologi, melalui pemaksaan pola hidup Barat kepada masyarakat terbelakang dari ilmu, Barat merebut kendali politik dan ekonomi masyarakat ini."
Lebih lanjut Rahbar menekankan pentingnya penyebaran ilmu dan pemanfaatan prestasi sains. Rahbar mengatakan, "Setiap bangsa yang tertinggal dari ilmu pengetahuan baru dan teknologi yang berkaiatan dengannya, maka nasib mereka adalah keterbelakangan, terhina dan dijajah oleh kekuatan besar. Oleh karena itu, percepatan gerakan sains sebuah negara tidak boleh mengendur atau mandek, tapi percepatan ini harus tetap dijaga atau diperkuat untuk tahun-tahun selanjutnya dan hingga mencapai titik puncak pengetahuan."
Jelas bahwa masyarakat yang pro-perdamaian dunia dan mendapat manfaat dari metode ilmiah, akan mampu memiliki pendekatan bersama untuk menyelesaikan tantangan global, dan berusaha fokus pada sisi kesamaan ketimbang menemukan perbedaan, sehingga melalui metode ini perdamaian akan terwujud.
Di sisi lain, terealiasinya perdamaian membutuhkan ilmuwan yang berpikir akan perdamaian dan dan Sekretaris Jenderal Komisi Nasional UNESCO percaya bahwa ini tidak mungkin kecuali para ilmuwan menggabungkan etika dan akal dengan pengetahuan mereka sendiri. Meski sejumlah ilmuwan terbelenggu berbagai kekuatan karena bekerja di instansi pemerintah, tapi pada akhirnya ilmu pengetahuan yang mampu berusaha secara bebas dan dengan tujuan menciptakan perdamaian serta stabilitas global dan melawan ketidakadilan dan ketidakcocokan politik. Hari Sains Sedunia untuk Perdamaian dan Pembangunan ditetapkan untuk memikirkan harapan dan cita-cita masyarakat dunia ini.