Muslim Korban Teroris Terbesar Dunia
Meski kelompok-kelompok ekstrimis bermunculan dan melakukan kejahatan anti-kemanusiaan—di saat itu semua sama sekali tidak merefleksikan prinsip dan keyakinan Islam sejati—sekarang sedang digulirkan gelombang pencorengan terhadap agama Islam yang damai dan cinta kemanusiaan ini. Akan tetapi terorisme internasional sebenarnya diekspor dari Eropa dan kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang Eropa.
Penekanan Barat pada masalah terorisme dalam beberapa tahun terakhir serta penisbatan seluruh serangan terori terhadap umat Islam, membuat opini publik melupakan faktor dan pelaku terorisme sebenarnya yang gelombangnya terpantik mulai 11 September 2001. Padahal tercatat aksi teror yang lebih besar dan lebih banyak bahkan sebelum 11 September. Sebagai contoh, antara tahun 1968-1992, tercatat setiap tahun rata-rata 317 serangan teror di seluruh dunia. Di Eropa saja pada tahun-tahun 1950-1991, tercatat 6.151 kasus teror.
Pra 11 September
Sebelum dimulainya Perang Dingin, terjadi terorisme ideologi dalam kerangka perspektif radikal (komunisme, fasisme dan nazisme) dan pada era Perang dingin, hal itu muncul dalam bentuk kapitalisme dan komunisme yang terbukti telah menewaskan ribuan nyawa manusia. Berdasarkan data yang dirilis Barat, Nazi yang dipimpin Adolf Hitler antara 1933-1945 telah menewaskan 20 juta orang yang menjadi korban ideologi radikalnya. Sementara dari angka tersebut satu juta di antaranya adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Fasisme yang dipimpin oleh Benito Mussolini, juga telah menewaskan 300 ribu orang. Adapun komunisme yang diprakarsai Lenin telah menelan nyawa 20 juta orang. Sementara kapitalisme yang dipimpin Amerika Serikat menggulirkan program teror yang dilakukan langsung oleh agen-agen CIA dengan mengirim senjata untuk kelompok-kelompok anti-revolusi dan anti-komunisme.
Pada era Perang Dingin, dengan dukungan seluruh negara adidaya Barat pimpinan Amerika Serikat serta Rusia sebagai pemimpin blok Timur, digulirkan berbagai operasi teror di seluruh dunia dengan alasan dukungan terhadap kebebasan, pemberantasan komunisme, dukungan untuk kalangan buruh dan berbagai macam alasan lainnya. Contoh nyatanya adalah perang Amerika Serikat di Vietnam dan perang Rusia di Afghanistan yang menelan banyak korban.
Namun terjadinya teror dan dukungan terhadap terorisme di Barat tidak hanya terjadi pada tahun-tahun pada era Perang Dingin saja, melainkan berlanjut pasca Perang Dingin dengan proyek terorisme etnis dan nasional di Eropa dan Balkan. Para korban perang ini sebagian besarnya adalah perempuan dan anak-anak.
Pada perang itu 300 ribu warga sipil tewas dan ribuan perempuan diperkosa. Pada 11 Juli 1995, militer Serbia memasuki kota Serbrenica dan membantai 8.000 perempuan Muslim di kota itu. Pembantaian itu terjadi di saat Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut wilayah itu sebagai wilayah aman dan berada di bawah kontrol pasukan internasional.
Dan sekarang, digulirkan proyek baru anti-terorisme di bawah slogan kebebasan dan HAM di mana umat Islam menjadi target utamanya.
Korban terbesar di pihak umat Islam
Berdasarkan data serangan teror di berbagai belahan dunia selama 10 tahun terakhir, sekitar 60 persen serangan teror itu terjadi di negara dan wilayah-wilayah berpopulasi mayoritas Muslim dan nyaris lebih dari tiga perempat korbannya adalah warga Muslim. Telah terpublikasi berbagai laporan dan informasi oleh Konsorsium Nasional Riset dan Reaksi Anti-Terorisme yang dirilis oleh Kementerian Kemananan Dalam Negeri Amerika Serikat, dan pusat teknologi Universitas Maryland, yang menunjukkan wilayah terjadinya insiden teror dan korbannya dalam beberapa tahun terakhir.
Disebutkan, pada tahun 2015, meski serangan teror terjadi di 92 negara, akan tetapi lebih dari 55 persen kasusnya terjadi di Irak, Afghanistan, Pakistan, India dan Nigeria. Juga disebutkan bahwa lebih dari 74 persen seluruh angka kematian itu adalah akibat serangan teror yang terjadi di lima negara Irak, Afghanistan, Nigeria, Suriah dan Pakistan. Pada tahun-tahun tersebut jumlah korban serangan teror di Irak mencapai 6.932 orang, 5.292 orang di Afghanistan, 4.886 warga Nigeria 2.748 orang di Suriah dan 1.081 warga di Pakistan.
Di Nigeria, perlu ditekankan bahwa umat Islam mencapai separuh dari populasi negara itu, adapun sebagian besar aksi teror di negara itu dilakukan oleh kelompok teroris Takfiri Boko Haram yang beroperasi di wilayah utara yang mayoritas penduduknya Muslim.
Berbagai analisa menunjukkan bahwa dari sisi pemilahan lokasi terjadinya serangan teror, lebih dari 63 persen serangan teror di seluruh dunia terjadi di negara-negara dan wilayah yang mayoritas populasinya adalah Muslim seperti Irak, Afghanistan, Paksitan, Nigeria, Mesir, Bangladesh, Suriah dan Libya. Dari sisi angka korban operasi teror juga lebih dari 78 persen korban adalah warga di berbagai wilayah-wilayah di Irak, Afghanistan, Paksitan, Nigeria, Mesir, Bangladesh, Suriah dan Libya.
Jika angka korban luka juga dibahas, maka lebih dari 77 persen di antaranya adalah di negara-negara dan wilayah dengan populasi mayoritas Muslim di Irak, Afghanistan, Pakistan, Nigeria, Mesir, Bangladesh, Suriah dan Libya. Sementara di wilayah populasi non-Muslim hanya sekitar 23 persen.
Banyak laporan yang menunjukkan bahwa pada tahun 2014, terjadi serangan teror di 95 negara dunia, namun lebih dari 60 persen insidennya terjadi di lima negara Irak, Pakistan, Afghanistan, India dan Nigeria. Juga lebih dari 78 persen korban jika akibat serangan teror itu tercatat dari Irak, Nigeria, Afghanistan, Paksitan dan Suriah. Pada tahun itu, angka korban terbanyak tercatat dari Irak dengan angka 9.929 orang, Nigeria dengan 7.512, Afghanistan dengan 4.505, Paksitan dengan 1.757 dan Suriah dengan 1.698 orang.
Berbagai analisa dan laporan menunjukkan bahwa dari sisi penyebaran lokasi serangan teror, lebih dari 57 persen serangan teror di seluruh dunia umumnya terjadi di negara dan wilayah mayoritas populasinya Muslim seperti Irak, Pakistan, Afghanistan, Nigeria dan Suriah. Adapun negara dan wilayah lain hanya mencapai kurang dari 43 persen.
Laporan dari Pusat Anti-Terorisme Nasional Amerika Serikat dengan gamblang menunjukkan bahwa antara tahun 2007-2011, lebih dari 80 persen korban serangan teror adalah umat Islam. Dalam laporan yang dipubliasikan pada tahun 2012 disebutkan pula bahwa antara 82 hingga 97 persen korban teroris dalam lima tahun terakhir adalah umat Islam.
Juga pada laporan yang dirils oleh lembaga yang sama pada tahun 2009 disebutkan bahwa umat Islam tujuh kali lipat lebih banyak menjadi korban serangan teror Al-Qaeda dibanding umat dari agam lain. Selain itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2014 juga dalam laporannya menekankan kembali bahwa umat Islam merupakan korban terbesar kelompok teroris Takfiri Daesh di Irak.
Pada tahun 2013, Konsorsium Nasional Riset Teroris dan Pusat Statisitik Terorisme Global di universitas Maryland Amerika Serikat, merilis laporan menyebutkan selama tahun 2004 hingga 2013, sektiar separuh dari serangan teror dan 60 persen korban serangan teror terjadi di tiga negara Irak, Afghanistan dan Pakistan, dan mayoritas korbannya adalah umat Islam.
Telah selama lebih dari satu dekade media-media massa mainstream Barat mengumbar isu terorisme dengan menyandingkannya dengan umat Islam.