Lawatan Abe ke Tehran; Peluang untuk Pendalaman Hubungan Iran-Jepang
Untuk pertama kalinya dalam empat dekade terakhir, Tehran telah menjadi tuan rumah perdana menteri negeri matahari terbit. Kunjungan tiga hari Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang ke Iran yang dijadwalkan akan dimulai pada 12 Juni, menjanjikan perkembangan hubungan bilateral antara kedua negara. Kalangan politik, budaya dan sosial di kedua negara sangat mengantisipasi hasil-hasil dari kunjungan bersejarah ini.
Bukti sejarah menunjukkan bahwa Iran dan Jepang tidak pernah mengalami masa yang penuh gejolak selama hubungan mereka. Hubungan historis dan strategis antara Jepang dan Amerika Serikat pada tahun-tahun pasca Perang Dunia dan kelanjutan dari tren ini pada tahun-tahun setelah Revolusi Islam, bersamaan dengan permusuhan yang ekstrem antara Tehran dan Washington tidak mengurangi saling menghormati antara kedua negara dan pertukaran perdagangan antara Tehran dan Tokyo selalu selaras.
Hubungan antara Iran dan Jepang dimulai pada tahun 1308 HS dengan ditandatanganinya perjanjian persahabatan antara kedua negara.Tahun ini adalah awal dari hubungan resmi antara kedua negara dan dasar hubungan persahabatan kedua pihak.
Hubungan persahabatan ini, pada tahun-tahun setelah kemenangan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, berlanjut dengan keseriusan dan pertumbuhan hubungan antara kedua negara telah luar biasa di berbagai bidang.
Selama empat puluh tahun sejak kemenangan Republik Islam di Iran, kedua negara telah bekerja untuk mengirim berbagai delegasi politik, diplomatik, budaya dan ekonomi, mengadakan konferensi, pertukaran antara pemimpin dan pejabat senior, mengadakan berbagai pertemuan dan di sela-sela konferensi internasional besar hubungan, pertemuan dan konsultasi tetap terjaga.
Dalam hal ini, Presiden Iran Hassan Rouhani telah bertemu dan berbicara dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sekitar delapan kali di sela-sela pelbagai pertemuan dan di New York, yang menunjukkan hubungan hangat antara kedua negara.
Hubungan akrab antara kedua negara selalu menjadi tren yang berkembang meskipun ada tekanan Washington ke Tokyo.
Fumio Kishida, Ketua Kelompok Persahabatan Parlemen Jepang dan Iran dalam hal ini mengatakan, "Sejarah hubungan antara kedua negara berasal dari tahun-tahun penciptaan Jalan Sutra. Pada tahun 1929, babak baru dimulai dalam sejarah kedua negara, yang dipertahankan selama 90 tahun."
Meskipun ini adalah perjalanan pertama perdana menteri Jepang ke Iran selama empat puluh tahun terakhir, ini tidak berarti bahwa hubungan antara kedua negara tidak memadai. Iran dan Jepang memiliki hubungan berdasarkan akar budaya dan sejarah dan kepentingan bersama. Selama periode ini, hubungan antara kedua negara berlangsung di berbagai bidang ekonomi, politik, budaya, ilmiah, teknologi, dan lainnya.
41 tahun yang lalu Perdana Menteri Jepang, Takeo Fukuda melakukan perjalanan ke Iran pada tahun 1978, dan kemudian pada tahun 1362 HS, Shintaro Abe, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Jepang dan ayah dari perdana menteri saat ini, melakukan perjalanan ke Iran, dan hari ini, setelah 36 tahun, putra Shintaro Abe dengan tujuan dan agenda khusus dalam periode sensitif melakukan kunjungan ke Iran untuk menunjukkan peran penting Jepang di kawasan.
Hubungan Ekonomi Iran dan Jepang
Tidak diragukan lagi, hubungan ekonomi Iran-Jepang adalah aspek terpenting dari keseluruhan hubungan kedua negara. Iran yang memiliki cadangan gas alam terbesar kedua dan penghasil minyak terbesar keempat di dunia, adalah mitra tepercaya bagi Jepang, yang masih merupakan ekonomi terbesar ketiga di dunia dalam ekonomi global dan memainkan peran penting di sektor ekonomi dunia. Jepang termasuk negara importir minyak ketiga dunia setelah Amerika Serikat dan Cina dan tidak bisa mengabaikan begitu saja kapasitas energi Iran.
Jepang mengimpor hampir 315.000 barel minyak dari Iran sebelum 2011 dan kemudian merosot pada Januari 2015 menjadi 170.000 barel, tetapi pada Januari tahun ini mencapai 195.000 barel.
Setelah kesepakatan nuklir Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), impor minyak Jepang dari Iran telah kembali menjadi 300.000 barel untuk sementara waktu. Pada 2018, rata-rata lebih dari 210 ribu barel.
Meskipun peran penting minyak dalam hubungan antara kedua negara, kehadiran Jepang berlanjut setelah sanksi dan melakukan investasi di berbagai sektor ekonomi Iran, tetapi pada saat yang sama ada kritik terhadap kecepatan kemitraan ini bila dibandingkan dengan beberapa negara Eropa dan Asia dan banyak kapasitas lain dari hubungan ekonomi kedua negara yang belum berkembang. Poin lain dalam hubungan perdagangan antara kedua negara adalah bahwa industri minyak Jepang sesuai dengan minyak Iran, sehingga setiap perubahan dalam pasokan minyak industri ini akan menelan banyak biaya bagi ekonomi Jepang. Karena itu Tokyo terus berjuang untuk mengurangi ketegangan di kawasan Asia Barat, untuk menghemat pasokan energi Jepang yang lebih murah dan lebih aman.
Hubungan Politik Iran dan Jepang
Penolakan terhadap unilateralisme dan sanksi terhadap Iran selalu menjadi kebijakan pemerintah Jepang. Pemerintah Tokyo telah berulang kali menyatakan ketidakpuasan mereka dengan kampanye sanksi anti-Iran dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu tindakan penting utama Tokyo menyusul kesepakatan JCPOA dan pembatalan sanksi tehradap Iran adalah menandatangani perjanjian investasi antara kedua negara.
Ada banyak minat pemerintah dan Jepang dalam memperluas hubungan dengan Iran, sehingga para pejabat Jepang telah mendesak banyak perusahaan untuk berinvestasi besar-besaran di pasar Iran, terutama setelah sanksi dicabut.
Tokyo telah berulang kali menekankan bahwa kehadiran perusahaan Jepang di pasar Iran penting bagi kedua belah pihak dan akan meningkatkan perdagangan bilateral.
Situs web Japan Times menyebutkan dalam sebuah laporan bahwa perusahaan-perusahaan Jepang tidak ingin kehilangan peluang, dan untuk tujuan ini, mulai 2017, telah mempertimbangkan rencana luas untuk mengembangkan hubungan ekonomi.
Hubungan Budaya dan Seni
Hubungan antara kedua negara melampaui bidang politik dan ekonomi, dan berkembang hingga dunia seni dan budaya.
Morteza Rahmani-Movahed, Duta Besar Republik Islam Iran di Tokyo kepada sejumlah media di Jepang mengatakan, "Hubungan antara Iran dan Jepang adalah hubungan yang memiliki sejarah panjang, serta latar belakang hubungan rakyat dengan rakyat serta budaya."
Tahun 2019, dalam peringatan ke-90 pembentukan hubungan politik antara Iran dan Jepang, merupakan peluang besar untuk memperkuat hubungan rakyat kedua negara, terutama di bidang sains, budaya, dan pariwisata, serta memberikan dasar yang baik bagi rakyat kedua negara untuk saling mengenal akan sejarah budaya dan peradaban dua negara kuno di Asia ini.
Namun bagaimana pun juga, pada 12 Juni, kunjungan Abe ke Tehran bisa menjadi perjalanan bersejarah dan babak baru dalam hubungan antara kedua negara serta pada saat yang sama akan mengubah perimbangan regional secara mendasar.
Pada akhirnya, di samping banyak peluang timbal balik yang diterima kedua negara, masalah ini tidak boleh diabaikan, bahwa terlepas dari klaim yang dibuat oleh beberapa kalangan terkait mediasi antara Iran dan Amerika Serikat sebagai tujuan utama kunjungan Abe ke Tehran, ucapan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran tentang perundingan dengan adanya perilaku buruk Amerika Serikat adalah racun, maka setidaknya kewajiban menjadi lebih jelas dan Abe harus tahu bahwa setiap perubahan dalam perspektif Iran tergantung pada perubahan mendasar dalam sikap sombong Washington.