Pars Today
Setelah lebih dari 170 hari perang di Gaza, 14 dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB memberikan suara mendukung resolusi yang diajukan oleh anggota tidak tetap Dewan Keamanan untuk segera melakukan gencatan senjata di Gaza, dengan Amerika Serikat sebagai salah satu pihak yang tetap abstain dan dengan demikian resolusi untuk mengadakan gencatan senjata di Gaza disetujui.
Sebagai sekutu terpenting dan pendukung tanpa syarat rezim Zionis, Amerika Serikat telah mengadopsi kebijakan dan pendekatan ganda terhadap rezim ini dan apa yang dilakukannya.
Resolusi yang diusulkan oleh AS mengenai perang Gaza, yang merupakan dukungan nyata lainnya terhadap genosida rezim Zionis, tidak disetujui akibat veto Rusia dan Cina.
Pada tanggal 18 Maret 2024, Iran mulai mengambil alih kepemimpinan Konferensi Perlucutan Senjata PBB, 2024, yang akan berlangsung selama empat minggu.
Di tengah upaya Pelapor khusus Dewan Hak Asasi Manusia PBB, bersama sekutu Baratnya, untuk merusak citra HAM di Iran, sejumlah negara percaya laporan anti-Iran, direkayasa untuk tujuan politik.
Menteri urusan Perempuan Zimbabwe, mengaku gembira dengan kemajuan yang dicapai perempuan Iran, dan menurutnya langkah-langkah pemberdayaan perempuan yang dilakukan pemerintah Iran, membuat dirinya terkejut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB, mencemaskan kondisi ibu dan bayi-bayi Palestina, dan mengumumkan, para dokter tidak lagi melihat bayi berukuran normal yang lahir di Jalur Gaza.
Komite Status Perempuan PBB, merilis laporan terkait kondisi perempuan di Iran, dan berdasarkan laporan itu mereka mengaku menjadi pembela hak perempuan Iran.
Memburuknya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza dan terungkapnya rencana rezim Zionis yang menggunakan makanan dan obat-obatan sebagai senjata terhadap warga Palestina telah memicu kemarahan masyarakat internasional, bahkan para pendukung rezim ini.
Publikasi gambar kematian tragis anak-anak Gaza akibat kelaparan sekali lagi mendiskreditkan klaim hak asasi manusia di Barat.