Bagaimana Eropa Menjaga Kredibilitas Zelensky Hadapi Serangan Trump?
Menanggapi pernyataan kontroversial Donald Trump tentang situasi politik di Ukraina, Perdana Menteri Inggris menyebut Volodymyr Zelensky sebagai presiden sah negara itu, dan mengatakan bahwa penundaan pemilu di masa perang adalah hal yang normal.
Tehran, Parstoday, Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Rabu malam (19/2/2025) dan menekankan perlunya semua orang bekerja sama untuk memastikan perdamaian abadi di Ukraina.
Starmer menyebut Zelensky sebagai pemimpin sah dan terpilih rakyat Ukraina, dan berkata,"Pada masa perang, menunda pemilu adalah hal yang sepenuhnya logis, sama seperti Inggris tidak menyelenggarakan pemilu umum selama Perang Dunia II".
Sebelumnya, Presiden AS menyebut Zelensky sebagai orang yang tidak kompeten dan menilai tingkat popularitasnya hanya mencapai empat persen.
Trump juga mengkritik penundaan pemilu di Ukraina, dan secara tersirat menyerukan pemilu segera di negara tersebut.
Beberapa jam yang lalu, mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang disebut-sebut sebagai sahabat karib Trump, membantah pernyataan Trump tentang Ukraina, dan berkata, "Popularitas Zelensky tidak hanya empat persen, tapi hampir sama tingginya dengan Trump."
Ia kemudian menegaskan kembali bahwa Ukraina tidak memulai perang ini tanpa menyebutkan alasan utama perang tersebut.
Perang Ukraina dimulai pada tanggal 21 Februari 2022, menyusul pengabaian tuntutan Rusia terhadap masalah keamanan terkait perluasan NATO.
Moskow telah berulang kali memperingatkan bahwa perluasan NATO ini menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional Rusia. Namun, negara-negara Barat justru memicu eskalasi ketegangan dengan memberikan dukungan militer yang luas kepada Ukraina.
Kini, setelah tiga tahun perang, Eropa mencoba mempertahankan pengaruhnya dalam proses negosiasi perdamaian dengan memperkuat kerja sama keamanan.(PH)