Mengapa Rezim Zionis Bersikeras Melakukan Perang Tanpa Tujuan di Gaza?
Perang berlanjut di Gaza sementara tentara pendudukan dihadapkan pada kurangnya sasaran dan membombardir titik mana pun tanpa tujuan.
Selama 9 bulan terakhir, rezim Zionis telah melancarkan pembantaian besar-besaran di Gaza dan menutup semua penyeberangan dan mencegah datangnya bantuan, dan telah mengubah wilayah ini menjadi kehancuran.
Wakil Direktur Eksekutif Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) melaporkan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa ribuan jenazah anak-anak yang hilang di Gaza masih terkubur di bawah reruntuhan.
Menurut statistik Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, sejak awal perang, lebih dari 15.600 anak-anak Palestina gugur syahid dan ribuan anak lainnya terluka.
Berdasarkan pengumuman Kementerian Kesehatan Palestina, jumlah syuhada Palestina di wilayah ini meningkat menjadi lebih dari 37.765 orang sejak 7 Oktober 2023.
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan, Selama periode ini, lebih dari 86.429 warga Palestina juga terluka akibat serangan rezim Zionis.
Organisasi Kesehatan Dunia juga menuntut evakuasi ribuan warga Palestina yang terluka dan sakit dari Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan medis.
Menurut organisasi ini, sejak 7 Oktober, 13.872 orang telah meminta untuk berangkat demi tujuan medis, tapi hanya 35% dari mereka yang berangkat dengan dukungan dari Organisasi Kesehatan Dunia dan mitranya.
Data intelijen AS menunjukkan, jika Israel dan Hamas tidak mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza, konfrontasi besar-besaran antara Israel dan Hizbullah kemungkinan besar akan terjadi dalam beberapa minggu ke depan.
Dua minggu lalu, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang mendukung gencatan senjata di Gaza, tapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang telah kehilangan legitimasinya di Wilayah Pendudukan dan di arena internasional, bersikeras untuk melanjutkan perang dan pembunuhan warga Palestina.
Perkembangan di lapangan setelah sekitar 9 bulan menunjukkan kegagalan rencana militer rezim penjajah dan kegagalan operasi militer di Gaza. Karena perlawanan telah memasukkan strategi baru dalam pertempuran ke dalam agenda, taktik-taktik yang menyebabkan kelelahan dan kegagalan intelijen tentara rezim ini.
Saat mengevaluasi peningkatan ketegangan di Tepi Barat antara kelompok perlawanan Palestina dan militer Zionis, majalah Israel HaYom menyatakan keprihatinannya atas peningkatan signifikan kekuatan militer pasukan perlawanan.
Setelah sekitar 9 bulan berlalu sejak rezim Zionis menginvasi Jalur Gaza tanpa hasil dan prestasi apa pun, rezim ini semakin tenggelam dalam krisis internal dan eksternalnya dari hari ke hari.
Selama periode ini, rezim Zionis tidak mencapai apa pun selain kejahatan, pembantaian, perusakan, kejahatan perang, pelanggaran hukum internasional, pemboman organisasi bantuan dan menciptakan kelaparan di wilayah ini.
Rezim Israel telah kalah dalam perang ini terlepas dari keuntungan apa pun di masa depan, dan bahkan setelah 9 bulan, rezim Israel belum mampu membuat kelompok perlawanan menyerah di wilayah kecil yang telah dikepung selama bertahun-tahun, dan dukungan dari opini dunia karena melakukan kejahatan nyata di Gaza.
Kegagalan tentara rezim Zionis dan kabinet Netanyahu untuk mencapai tujuan perang telah meningkatkan kritik internal terhadap kabinetnya, dan warga Wilayah Pendudukan menuntut pengunduran dirinya dari jabatan perdana menteri dan penyelenggaraan pemilu dini.
Zionis dan keluarga para tahanan Zionis menyalahkan Netanyahu dan kabinet radikalnya atas kegagalan perang Gaza dan anak-anak mereka tetap ditahan.(sl)