Ketidakmampuan Amerika dan Eropa Menghadapi Tantangan Global Sendirian
(last modified Fri, 28 Mar 2025 09:34:36 GMT )
Mar 28, 2025 16:34 Asia/Jakarta
  • Bendera Amerika Serikat dan Uni Eropa
    Bendera Amerika Serikat dan Uni Eropa

Pars Today - Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menekankan persatuan kedua sisi Atlantik dan mengatakan bahwa tantangan keamanan global begitu besar sehingga Eropa dan Amerika Serikat tidak dapat menghadapinya sendirian.

"Saya ingin memperjelas. Sekarang bukan saatnya untuk bertindak sendiri. Tidak untuk Eropa maupun Amerika Utara. Tantangan keamanan global begitu besar sehingga tidak seorang pun dari kita dapat menghadapinya sendirian.," kata Rutte pada hari Rabu, 26 Maret, saat berkunjung ke ibu kota Polandia, Warsawa.

Penekanan pejabat senior NATO ini bahwa Amerika Serikat dan Eropa tidak dapat mengatasi tantangan keamanan global sendirian menunjukkan bahwa blok Barat secara keseluruhan tidak memiliki kekuatan dan pengaruh seperti dulu, mengingat perubahan global yang substansial dan luas, dan bahwa munculnya kekuatan internasional baru, terutama Cina dan Rusia, telah secara mendasar menantang hegemoni Barat dan tatanan liberal Barat.

Cina dan Rusia telah berulang kali menekankan niat dan tekad mereka untuk membangun dan memajukan tatanan dunia multipolar dan multilateralisme, dan telah menentang kebijakan unilateralis Amerika Serikat.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping menyebut upaya menciptakan dunia unipolar tidak dapat diterima.

Eropa Vs AS

Ini terjadi dalam situasi di mana, dengan terpilihnya kembali Presiden AS Donald Trump yang kontroversial, keretakan transatlantik kembali melebar, dan perbedaan antara AS dan Eropa dalam berbagai bidang keamanan dan militer, ekonomi dan perdagangan, dan bidang lainnya, termasuk isu perubahan iklim, semakin meningkat dari hari ke hari.

Di bidang keamanan dan militer, isu utama antara Amerika Serikat dan Eropa adalah kritik Trump terhadap status NATO saat ini, serta anggota Eropa dari organisasi militer ini, dan tuntutan untuk mengalokasikan 5% dari produk domestik bruto negara-negara ini, bukan 2%, untuk anggaran militer dan pertahanan mereka.

Sementara itu, Trump tidak lagi percaya pada komitmen komprehensif Amerika Serikat yang berkelanjutan terhadap keamanan Eropa, dan bahkan menyatakan dalam wawancara baru-baru ini bahwa, bertentangan dengan klaim mereka, negara-negara Eropa telah lebih menghantam negara itu daripada musuh-musuh Amerika.

Di samping isu-isu tersebut, pendekatan Trump terhadap perang di Ukraina dan kebutuhan untuk mengakhirinya secepat mungkin, tentunya dengan memberikan konsesi-konsesi penting kepada Rusia, telah menimbulkan ketidakpuasan yang kuat di kalangan negara-negara NATO Eropa, terutama karena Trump telah mengambil tindakan-tindakannya berkenaan dengan perang di Ukraina tanpa memperhitungkan pendapat dan pandangan negara-negara anggota NATO Eropa, khususnya Jerman, Prancis, dan Polandia.

Walaupun dari sudut pandang Eropa, Rusia merupakan ancaman eksistensial bagi negara-negara Eropa, pemerintahan Trump telah mengambil sikap berbeda mengenai masalah ini dan secara mendasar menyangkal adanya ancaman Rusia terhadap Eropa.

Terkait hal ini, Wakil Presiden AS JD Vance mengatakan pada Konferensi Keamanan Munich pada Februari 2025 bahwa menurut pandangan Amerika, ancaman terbesar bagi keamanan Eropa bukanlah berasal dari Rusia atau Cina, melainkan dari dalam Eropa sendiri.

Semua ini telah menyebabkan negara-negara Eropa menjadi waspada dan berpikir tentang langkah-langkah untuk menciptakan kapasitas dan kemampuan militer yang mandiri.

Sebagian besar upaya Eropa masih sejalan dengan argumen lama tentang pembagian beban keamanan.

Langkah-langkah ini mencakup peningkatan partisipasi Eropa dengan Amerika menjaga komitmennya terhadap keamanan Eropa.

Meskipun dari perspektif Amerika di bawah Trump, tindakan-tindakan ini berada di jalur yang benar, tapi tetap saja tindakan-tindakan tersebut mengabaikan esensi permasalahan.

Faktanya, Amerika tidak lagi ingin bertanggung jawab atas keamanan Eropa, baik secara moral, finansial, maupun militer.

Trump percaya bahwa negara-negara Eropa tidak hanya harus mengambil lebih banyak tanggung jawab, tapi juga melakukan semuanya sendiri.

Sementara Trump telah menekan negara-negara anggota NATO Eropa untuk meningkatkan anggaran militer mereka, dan warga Eropa menjadi skeptis tentang komitmen Amerika terhadap organisasi militer ini, Sekretaris Jenderal NATO masih berusaha untuk mencapai kompromi dan rekonsiliasi antara kedua pihak di Atlantik.

Dalam hal ini, Rutte menegaskan bahwa "tidak ada alternatif selain NATO".

Sekjen NATO Mark Rutte

Dan ketika negara-negara Eropa mencoba mengurangi ketergantungan mereka pada Amerika Serikat, Rutte mengatakan, Eropa harus tahu bahwa Paman Sam (Amerika) masih mendukungnya, dan Amerika harus tahu bahwa sekutu-sekutunya di NATO sedang memperkuat kemampuan mereka dan memainkan peran mereka tanpa batasan atau celah dalam kemampuan mereka.

Sekretaris Jenderal NATO mengatakan bahwa dia "sangat yakin" mengenai komitmen AS terhadap Pasal 5 perjanjian tersebut dan bahwa "tidak ada yang dapat menggantikan payung nuklir AS, yang merupakan penjamin utama keamanan kita".

Pasal 5 Pakta Pertahanan Atlantik Utara menyatakan doktrin pertahanan bersama dan kewajiban pertahanan bersama para anggota NATO, yang disebut sebagai inti perjanjian pertahanan ini.

Menurut pasar ini, serangan terhadap satu anggota NATO dianggap sebagai serangan terhadap semua anggotanya.

Kendatipun ada usaha dari Sekretaris Jenderal NATO, tren dan kenyataan menunjukkan bahwa bukan hanya keretakan transatlantik yang akan meningkat selama masa jabatan kedua Trump, tapi juga usaha-usaha kekuatan pesaing, khususnya Cina dan Rusia, untuk mengubah tatanan liberal dan mengakhiri hegemoni Barat, mengingat ketidakmampuan Amerika Serikat sebagai pemimpin Barat untuk menghadapi tren yang tak terelakkan ini, pada akhirnya akan mengarah kepada perubahan besar di arena global dan terciptanya sistem multipolar.(sl)