Bahlil: Indonesia tidak Krisis, hanya harus Hati-Hati
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menampik anggapan bahwa Indonesia mengalami krisis.
Menurut dia, bukannya krisis, tetapi Indonesia memang harus menerapkan prinsip hati-hati di tengah ketidakpastian global yang tengah terjadi saat ini.
"Mohon maaf, saya agak sedikit kurang pas kalau dianggap Indonesia itu krisis. Apanya yang krisis? Bahwa kondisi kita harus hati-hati, iya," katanya dalam paparan realisasi investasi di Jakarta, Rabu.
Bahlil menuturkan kondisi global saat ini memang tidak baik karena adanya krisis pangan, energi, dan inflasi yang tinggi di sejumlah negara.
Indonesia pun tidak bisa menghindari hal tersebut karena sebagian pangan dan sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri masih diimpor.
Mantan Ketua Umum Hipmi itu menilai masalah pangan bisa didukung dengan substitusi pangan lokal yang melimpah. Namun, ia mengakui masalah energi memang masih cukup rumit diselesaikan.
Ia bahkan menyebut Indonesia harus siap akan kondisi yang tidak menguntungkan jika subsidi energi nantinya terus meningkat.
"Problem kita di minyak, makanya kita cepat harus merubah dari fosil ke EBT. Contoh, katakanlah kita lagi mendorong program motor listrik, kita kurangi BBM, kemudian gas LPG juga kita dorong ke listrik," katanya.
Bahlil menuturkan, dari sisi investasi, Indonesia juga masih cukup populer jadi destinasi investasi. Hal itu berdasarkan capaian pertumbuhan realisasi investasi asing sepanjang semester I 2022 yang mencapai 35,8 persen yoy.
Realisasi penanaman modal asing (PMA) pada periode Januari-Juni 2022 tercatat mencapai Rp310,4 triliun, porsinya mencapai 53,1 persen dari total realisasi investasi di periode tersebut sebesar Rp584,6 triliun.
"Kenapa investasi asing kita tetap percaya pada Indonesia? Fundamental ekonomi kita dianggap cukup bagus karena pertumbuhan kita sangat bagus, inflasi kita sekalipun ada kenaikan, tapi kita jaga, dan rasio utang kita masih tetap dalam kondisi yang insya Allah baik sekalipun memang tambah terus. Tapi, aset kita di satu sisi nambah terus dan ini juga jaga stabilitas pertumbuhan, konsumsi dan daya beli kita," ungkapnya.
Faktor lain yang menunjang masih tingginya kepercayaan investor terhadap Indonesia, lanjut Bahlil, yakni karena sosok kepemimpinan Presiden Jokowi.
"Di kondisi seperti sekarang, hampir di seluruh dunia, pertarungannya adalah pertarungan leadership yang dilakukan para pemimpin dunia dalam mengelola negaranya," katanya.
Di sisi lain, kepastian hukum di Indonesia dinilai semakin membaik. Faktor terakhir, imbuhnya, yakni komunikasi politik yang berhasil dimainkan Presiden Jokowi, khususnya di tengah konflik Ukraina dan Rusia.
Bahlil memuji komunikasi politik Presiden Jokowi saat datang ke Ukraina dan Rusia bersama dengan Ibu Negara Iriana Joko Widodo.
"Saya mau tanya, Presiden mana yang datang ke Ukraina dan Rusia di tengah kondisi COVID-19, bawa istri pula. Tapi, ini Bapak Presiden, bawa Ibu Negara, ini menurut saya sebuah langkah berani yang luar biasa sekali. Apa pesannya? Pesannya adalah membangun trust dunia bahwa Indonesia insya Allah akan baik-baik saja kalau kalian bisa melakukan investasi," katanya.
Menurut Bahlil, yang dilakukan Presiden Jokowi berdampak sangat besar terhadap kondisi pangan dan energi yang tersendat akibat konflik kedua negara.
"Begitu Presiden balik kan ada beberapa kebijakan tentang pengiriman logistik, pangan, ini mulai jalan," katanya.
Bahlil juga menilai kunjungan yang dilakukan Presiden Jokowi sekaligus menunjukkan bahwa Indonesia tidak bisa dikendalikan oleh negara manapun baik secara politik maupun ekonomi. (Antaranews)