Membaca Ulang Surat Bersejarah Imam Khomeini kepada Gorbachev
Mikhail Gorbachev, pemimpin terakhir Uni Soviet, meninggal hari Selasa (30/08/2022) malam pada usia 91 tahun di sebuah rumah sakit di Moskow setelah lama sakit.
Dengan dalih kematian Gorbachev, kita mengangkat salah satu peristiwa terpenting dalam kehidupan politiknya, yaitu surat bersejarah Imam Khomeini yang dikirim kepadanya. Surat itu mengangkat isu-isu mendasar dan memberikan rekomendasi yang sangat penting kepada Gorbachev.
Salah satu tindakan Imam Khomeini yang paling berpengaruh di kancah internasional adalah suratnya yang sangat penting dan bersejarah kepada Mikhail Gorbachev, pemimpin terakhir Uni Soviet.
Surat yang dianggap sebagai dokumen penting mengenai pandangan jauh ke depan dan penguasaan Imam terhadap perkembangan dunia serta juga sebagai sebuah tindakan yang sejalan dengan ajakan pada ajaran Islam yang menyelamatkan, telah dilestarikan dalam sejarah.
Surat terkenal dan bersejarah ini dipublikasikan pada 1 Januari 1989, di mana kematian komunis diprediksi oleh Imam Khomeini ra, yang menekankan perlunya Uni Soviet menghindari ketergantungan pada Barat.
Imam Khomeini ra kemudian memilih delgasi yang terdiri dari Ayatullah Javadi Amoli, Mohammad Javad Larijani dan Ibu Marzieh Hadidchi Dabbagh, dan surat itu diserahkan kepada Gorbachev pada 3 Januari 1989 di Moskow.
Surat bersejarah Imam Khomeini kepada Gorbachev, meskipun tiba-tiba dan tidak diprediksi sebelumnya, dan menurut analisis mendalam Imam dalam surat itu, menunjukkan bahwa surat itu berakar dalam sejarah Iran dan Uni Soviet.
Di satu sisi, surat ini dapat dianggap sebagai tindakan paling penting dan mendasar dari Imam dalam memperkenalkan revolusi ke luar, dan di sisi lain, itu adalah peringatan paling penting tentang proses reformasi Uni Soviet pada periode ini.
Mikhail Gorbachev, pemimpin terakhir Uni Soviet, meninggal hari Selasa (30/08/2022) malam pada usia 91 tahun di sebuah rumah sakit di Moskow setelah lama sakit.
Dalam surat yang sangat penting ini, Imam Khomeini berbicara tentang suara tulang Marxisme yang patah dalam situasi di mana Uni Soviet masih dianggap sebagai negara adidaya dunia, Perang Dingin belum berakhir, dan Tembok Berlin, sebagai simbol pemisahan Timur dan Barat, belum runtuh, sementara kekuasaan komunis atas konstitusi Soviet dan nasib rakyat negeri ini masih utuh.
Ayatullah Javadi Amoli mengatakan, seluruh pesan adalah ajakan untuk Islam. Inilah politik yang juga agama dan agama yang juga politik. Terminologi isu-isu politik sama sekali tidak ada dalam pesan ini... Meskipun pesan Imam Khomeini ra penuh dengan politik, tapi terminologi politik tidak diterapkan di dalamnya.
Kemudian, pada peringatan haul Imam Khomeini ra, Gorbachev mengungkapkan penyesalannya dalam sebuah wawancara karena mengabaikan peringatan pendiri Republik Islam Iran hari itu.
Gorbachev menyatakan, menurut pendapat saya, yang menjadi penerima pesan Ayatullah Khomeini adalah semua masa sepanjang sejarah.
Dia menambahkan, "Ketika saya menerima pesan ini, saya merasa bahwa orang yang menulis pesan ini pemikir dan berempati akan nasib dunia. Dari membaca pesan ini, saya menyimpulkan bahwa dia adalah seseorang yang mengkhawatirkan dunia dan saya ingin lebih mengenal dan memahami Revolusi Islam."
Gorbachev kemudian menjelaskan gejolak ekonomi dan politik Rusia dan menyatakan, "Jika kita menganggap nubuat Ayatullah Khomeini dalam pesan itu dengan serius, kita pasti tidak akan menyaksikan situasi seperti itu hari ini."
Pengakuan terus terang Gorbachev tentang kebenaran prediksi Imam Khomeini akan keruntuhan kekuatan adidaya Timur, menunjukkan wawasan dan kesadarannya yang mendalam, di mana melintasi waktu itu, ketika Uni Soviet masih berada di puncak kekuasaannya.(sl)