Iran Aktualita, 5 November 2022
(last modified Sat, 05 Nov 2022 11:01:10 GMT )
Nov 05, 2022 18:01 Asia/Jakarta
  • Pelajar Iran bertemu Rahbar, Rabu (2/11/2022) pagi.
    Pelajar Iran bertemu Rahbar, Rabu (2/11/2022) pagi.

Berita terbaru di Republik Islam Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah peristiwa penting seperti pertemuan ratusan pelajar dan siswa dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei.

Ratusan siswa dan pelajar di Republik Islam Iran bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei.

Pertemuan yang berlangsung di Huseiniyah Imam Khomeini ra di Tehran pada hari Rabu (2/11/2022) pagi itu digelar menjelang peringatan 13 Aban dan Hari Pelajar Iran.

Pada tanggal 13 Aban 1358 Hs atau 4 November 1979, mahasiswa Iran menduduki Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Tehran dan menyandera para stafnya.

Kedubes AS merupakan sarang mata-mata dan spionase AS, sehingga akhirnya Kedubes tersebut ditutup dan semua stafnya diusir dari Iran. Sejak saat itu hingga sekarang, Republik Islam Iran tidak memiliki hubungan diplomatik dengan AS.

Tanggal 13 Aban (bulan kedelapan dalam kalender nasional Iran) adalah lembaran sejarah perjuangan rakyat Iran untuk mencapai kemerdekaannya, di mana di hari itu para mahasiswa Iran menduduki gedung Kedubes AS di Tehran yang menjadi sarang mata-mata dan pusat konspirasi Negeri Paman Sam itu terhadap rakyat Iran.

13 Aban adalah gerakan revolusi dan anti-penjajahan yang menjadi pondasi kemerdekaan Iran dan perlawanan terhadap kubu imperialisme. 13 Aban adalah simbol perlawanan bangsa Iran terhadap penjajahan, terutama dalam menghadapi Setan Besar, Amerika.

13 Aban adalah hari perlawanan rakyat Iran dalam menghadapi tipu muslihat musuh dan hari perwujudan semangat revolusioner bangsa Iran di jalan perubahan dan tekad menjaga hasil-hasil revolusi Islam. Oleh karena itu, 13 Aban atau 4 November diperingati sebagai Hari Nasional Iran Melawan Arogansi Global dan Hari Pelajar.

Rahbar: Peristiwa Terbaru di Iran Bukan Sekadar Kerusuhan tapi Perang Hibrida

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar dalam pertemuan dengan ratusan pelajar Iran mengatakan, dalam perang hibrida beberapa minggu terakhir, Amerika Serikat, Rezim Zionis, beberapa kekuatan pengganggu di Eropa, dan sejumlah kelompok teroris, mengerahkan seluruh fasilitasnya untuk memukul rakyat Iran, tapi rakyat menampar mulut orang-orang jahat itu, dan menggagalkan upayanya.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Rabu (2/11/2022) menjelang peringatan 13 Aban, Hari Perang Melawan Imperialisme Global, menilai hari ini sebagai momen untuk mengungkap kejahatan AS, dan kerentanan serta kemungkinan kalahnya negara itu.

"Orang-orang AS dan mereka yang cenderung pada AS, marah dan murka pada hari penting dan pada perkumpulan-perkumpulan yang digelar atas dasar empati dan persatuan, karena hari ini selain menghancurkan manifestasi kejahatan-kejahatan AS juga membuktikan bahwa AS rentan dan mungkin untuk dikalahkan," ujarnya.

Rahbar dalam paparannya menyebut statemen-statemen para politisi AS yang mengaku mendukung rakyat Iran, sebagai puncak rasa tak tahu malu dan kemunafikan.

Ia menjelaskan, "Kalian mendukung para pembunuh ilmuwan-ilmuwan nuklir Iran, yaitu Rezim Zionis, dan memblokir miliaran dolar aset rakyat Iran di AS dan negara lain, lalu membuat rakyat Iran tak bisa menggunakan asetnya untuk mengurangi kesulitannya."

Ayatullah Khamenei menambahkan, "Di banyak kasus anti-Iran, jejak kalian juga bisa ditemukan, tapi kemudian dengan kebodohan luar biasa, kalian berbohong, dan mengaku merasa iba terhadap rakyat Iran, kalian buta dan tidak menyaksikan rakyat Iran telah menggagalkan sejumlah banyak permusuhan-permusuhan ini."

Menurut Rahbar, satu lagi perbedaan Amerika Serikat kemarin dan sekarang adalah kesepakatan banyak analis politik dunia terkait proses keruntuhan negara itu.

"Tanda-tanda keruntuhan nyata ini dapat disaksikan pada masalah-masalah dalam negeri AS yang tak pernah terjadi sebelumnya, mulai dari masalah ekonomi, sosial, hingga konflik dan perpecahan berdarah di dalam negeri AS," imbuhnya.

Ayatullah Khamenei melanjutkan, "Salah satu contoh kesalahan kalkulasi ini adalah serangan AS ke Afghanistan 20 tahun lalu untuk mencerabut akar Taliban yang diwarnai dengan banyak aksi kejahatan dan pembunuhan, akan tetapi setelah 20 tahun, dikarenakan tidak terlalu memahami masalah, AS terpaksa keluar dari Afghanistan dan menyerahkan negara ini ke Taliban."

Rahbar juga menganggap serangan Amerika Serikat ke Irak, dan kegagalan meraih tujuannya di negara itu merupakan contoh lain dari kesalahan kalkulasi AS.

Ia menerangkan, "AS sejak awal berusaha menempatkan orang-orangnya atau afiliasinya, dan pada kondisi terkini Irak, serta kehadiran para politisi Irak di pemerintahan lewat pemilu yang sama sekali tidak diharapkan AS, di sini pun Washington kalah."

Ayatullah Khamenei juga menyinggung keterlibatan nyata Amerika Serikat dalam kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Iran dalam beberapa minggu terakhir.

"Pernyataan bersama Kementerian Intelijen Iran, dan Dinas Intelijen Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC terkait kerusuhan, memuat informasi serta temuan-temuan penting, dan menunjukan bahwa musuh sudah menyusun dan merancang rencana untuk Tehran dan kota-kota besar serta kecil," paparnya.

Di sisi lain, Rahbar menyebut serangan teror ke Makam Shah Ceragh, dan pembunuhan warga dan anak-anak adalah kejahatan yang besar.

"Para pelaku kejahatan ini harus diidentifikasi, dan siapa pun yang terbukti bekerja sama dalam kejahatan ini pasti akan dihukum," tegasnya.

Ayatullah Khamenei menggarisbawahi kebisuan para pengklaim pembela hak asasi manusia dalam menyaksikan kejahatan yang terjadi di Shiraz, Iran.

Ia menandaskan, "Mengapa para pembela HAM ini tidak mengutuk serangan teror di Shiraz, dan mengapa sebuah peristiwa fiktif justru ribuan kali diulang-ulang di internet."

Peringatan 13 Aban di Iran

Jutaan rakyat Republik Islam Iran di berbagai kota dan daerah di negara ini dan dari berbagai kalangan masyarakat termasuk pelajar dan mahasiswa mengikuti Pawai Akbar memperingati 13 Aban dan Hari Pelajar pada Jumat (4/11/2022) pagi.

Untuk di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran, Pawai Yaumullah, 13 Aban digelar di depan bekas Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Jalan Taleghani, dan peserta pawai kemudian bergerak ke arah pusat Salat Jumat di Universitas Tehran.

Para peserta pawai anti-imperialisme global, 13 Aban tahun ini kembali meneriakan "Mampus Amerika", untuk menunjukkan kebencian mereka pada kebijakan permusuhan dan penjajahan kekuatan hegemonik dunia, terutama AS.

Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi menyampaikan orasinya dalam pawai di Tehran.  Selepas pawai yang digelar di Tehran dan 900 kota lain di Iran ini, masyarakat bergerak menuju tempat-tempat diselenggarakannya Salat Jumat.

Pawai 13 Aban tahun ini bertepatan dengan tujuh hari gugurnya syuhada serangan teror di Makam Shah Ceragh, di kota Shiraz, dan pasca-aksi kerusuhan yang didalangi AS serta sekutu-sekutunya, sehingga memberikan nuansa berbeda bagi warga Iran.

Pada tanggal 13 Aban 1358 Hs atau 4 November 1979, mahasiswa dan pelajar Iran menduduki Kedutaan Besar AS di Tehran dan menyandera para stafnya.

Kedubes AS merupakan sarang mata-mata dan spionase AS, sehingga akhirnya Kedubes tersebut ditutup dan semua stafnya diusir dari Iran. Sejak saat itu hingga sekarang, Republik Islam Iran tidak memiliki hubungan diplomatik dengan AS.

Tanggal 13 Aban (bulan kedelapan dalam kalender nasional Iran) adalah lembaran sejarah perjuangan rakyat Iran untuk mencapai kemerdekaannya, di mana di hari itu para mahasiswa Iran menduduki gedung Kedubes AS di Tehran yang menjadi sarang mata-mata dan pusat konspirasi Negeri Paman Sam itu terhadap rakyat Iran.

13 Aban adalah gerakan revolusi dan anti-penjajahan yang menjadi pondasi kemerdekaan Iran dan perlawanan terhadap kubu imperialisme.

13 Aban adalah simbol perlawanan bangsa Iran terhadap penjajahan, terutama dalam menghadapi Setan Besar, Amerika.

13 Aban adalah hari perlawanan rakyat Iran dalam menghadapi tipu muslihat musuh dan hari perwujudan semangat revolusioner bangsa Iran di jalan perubahan dan tekad menjaga hasil-hasil revolusi Islam.

Oleh karena itu, 13 Aban atau 4 November diperingati sebagai Hari Nasional Iran Melawan Arogansi Global dan Hari Pelajar (Hari Siswa Iran).

Orasi 13 Aban, Presiden Iran Respons Statemen Presiden AS

Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi mengatakan, bangsa besar Iran dengan revolusinya yang mulia menempatkan perang melawan tirani dan kolonialisme dalam agendanya.

"Hari ini, Amerika Serikat (AS) tahu betul bahwa Iran memiliki pengaruh di kawasan dan tidak ada persamaan yang dicapai di kawasan tanpa pandangan setuju dari Republik Islam," kata Sayid Ebrahim Raisi dalam orasinya di hadapan peserta Pawai 13 Aban di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran, Jumat (4/11/2022) seperti dikutip ISNA.

Hari ini, Jumat, tanggal 13 Aban 1401 HS atau 4 November 2022 adalah Hari Nasional Iran Melawan Arogansi Global dan juga Hari Pelajar. Presiden Iran mengatakan, hari ini adalah simbol dan manifestasi dari arogansi sistem dominasi yang berkuasa di AS.

Sayid Raisi menambahkan, Republik Islam Iran telah bergerak untuk melindungi kawasan dari boneka-boneka AS dan Letnan Jenderal Haj Qassem Soleimani adalah simbol perang melawan terorisme di dunia.

"Apa yang telah kalian bawa kepada rakyat Afghanistan, Suriah, Irak, kawasan dan dunia atas nama kebebasan ada di depan mata kami dan kami melihat kondisi negara-negara ini, bagaimana kalian memperbudak bangsa-bangsa atas nama kebebasan dan memerangi terorisme, namun ketahuilah bahwa versi yang kalian buat untuk beberapa negara seperti Libya dan Suriah tidak dapat diterapkan di Iran," tegasnya.

Presiden Iran menyinggung fakta bahwa AS memainkan peran utama dalam perang dan pertumpahan darah serta menghancurkan kepentingan negara-negara lain demi mengamankan kepentingannya sendiri.

Sayid Raisi kemudian menyinggung pernyataan Presiden AS Joe Biden yang mendukung kerusuhan  di Iran.

"Presiden AS mengatakan bahwa kami memiliki tujuan untuk membebaskan Iran, tetapi Iran telah dibebaskan 43 tahun yang lalu dan tidak akan lagi menjadi tawanan Anda, dan kami tidak akan pernah menjadi sapi perah," tegas Presiden Iran.

Sayid Raisi menyatakan bahwa semangat arogansi dan dominasi tidak sesuai dan tidak sejalan dengan perkatan dan suara rakyat. Dia menyinggung kemajuan Republik Islam Iran di bidang produksi obat, vaksin, dan industri luar angkasa.

"Pemuda-pemuda Iran unggul di kawasan dan dunia. Perkembangan dan kemajuan Iran tidak akan lambat disebabkan oleh ancaman dan gerbong sanksi," tegasnya.

Dia menuturkan, kekuatan Iran tidak hanya dalam rudal dan kekuatan militer, kekuatan kami ada pada partisipasi jutaan rakyat untuk memperingati 13 Aban di seluruh negara ini.

13 Aban, Jutaan Rakyat Iran Turun ke Jalan dan Alun-Alun Kota

Hari Jumat, tanggal 13 Aban 1401 HS atau 4 November 2022 adalah Hari Nasional Iran Melawan Arogansi Global dan juga Hari Pelajar.

Jutaan rakyat Republik Islam Iran di berbagai kota dan daerah di negara ini dan dari berbagai kalangan masyarakat termasuk pelajar dan mahasiswa turun ke jalan dan alun-alun kota untuk memperingati  hari tersebut pada Jumat (4/11/2022) pagi.

Masyarakat d iHamedan, Khorram Abad, Ardabil, Qom dan Ahvaz juga turun jalan untuk bergabung dalam Pawai Akbar 13 Aban. Di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran, Pawai Yaumullah, 13 Aban digelar di depan bekas Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Jalan Taleghani, dan peserta pawai kemudian bergerak ke arah pusat Salat Jumat di Universitas Tehran.

Para peserta pawai anti-imperialisme global, 13 Aban tahun ini kembali meneriakan "Mampus Amerika", untuk menunjukkan kebencian mereka pada kebijakan permusuhan dan penjajahan kekuatan hegemonik dunia, terutama AS.

Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi menyampaikan orasinya dalam pawai di Tehran.  Selepas pawai yang digelar di Tehran dan 900 kota lain di Iran ini, masyarakat bergerak menuju tempat-tempat diselenggarakannya Salat Jumat.

Pawai 13 Aban tahun ini bertepatan dengan tujuh hari gugurnya syuhada serangan teror di Makam Shah Ceragh, di kota Shiraz, dan pasca-aksi kerusuhan yang didalangi AS serta sekutu-sekutunya, sehingga memberikan nuansa berbeda bagi warga Iran.

Pada tanggal 13 Aban 1358 Hs atau 4 November 1979, mahasiswa dan pelajar Iran menduduki Kedutaan Besar AS di Tehran dan menyandera para stafnya.

Kedubes AS merupakan sarang mata-mata dan spionase AS, sehingga akhirnya Kedubes tersebut ditutup dan semua stafnya diusir dari Iran. Sejak saat itu hingga sekarang, Republik Islam Iran tidak memiliki hubungan diplomatik dengan AS.

Tanggal 13 Aban (bulan kedelapan dalam kalender nasional Iran) adalah lembaran sejarah perjuangan rakyat Iran untuk mencapai kemerdekaannya, di mana di hari itu para mahasiswa Iran menduduki gedung Kedubes AS di Tehran yang menjadi sarang mata-mata dan pusat konspirasi Negeri Paman Sam itu terhadap rakyat Iran.

13 Aban adalah gerakan revolusi dan anti-penjajahan yang menjadi pondasi kemerdekaan Iran dan perlawanan terhadap kubu imperialisme.

13 Aban adalah simbol perlawanan bangsa Iran terhadap penjajahan, terutama dalam menghadapi Setan Besar, Amerika.

13 Aban adalah hari perlawanan rakyat Iran dalam menghadapi tipu muslihat musuh dan hari perwujudan semangat revolusioner bangsa Iran di jalan perubahan dan tekad menjaga hasil-hasil revolusi Islam.

Oleh karena itu, 13 Aban atau 4 November diperingati sebagai Hari Nasional Iran Melawan Arogansi Global dan Hari Pelajar (Hari Siswa Iran).

Khatib Jumat Tehran: AS Ingin Memicu Konflik Etnis di Iran

Khatib Salat Jumat Kota Tehran Hujjatul Islam wal Muslimin Kazem Seddeqi mengatakan bahwa tujuan Amerika Serikat (AS) dalam hasutan dan kerusuhan di Republik Islam Iran baru-baru ini adalah untuk memprovokasi munculnya masalah etnis dan menciptakan perang saudara.

Dia menyinggung peringatan 13 Aban dan akar kebencinan rakyat Iran terhadap AS. Menurutnya, slogan dan wacana umum rakyat Iran sebagai kematian bagi Amerika.

"AS, selain mengkhianati komunitas internasional dan menyerang berbagai negara, ia memiliki 60 kudeta dalam catatan memalukannya, dan sebagai rezim penjarah, agresor dan rezim haus darah, AS selalu melanggar hak-hak bangsa-bangsa," kata Hujjatul Islam wal Muslimin Seddeqi dalam khutbah Jumat di Universitas Tehran, Jumat (4/11/2022).

Imam Salat Jumat Kota Tehran itu juga menyinggung skandal dan kegagalan kebijakan AS di Afghanistan dan Irak.

"Sanksi-sanksi terhadap Iran juga menyebabkan skandal AS, sebab, sanksi-sanksi ini telah menyebabkan kebangkitan bangsa Iran, dan mendorong mereka mengembangkan ilmu pengetahuan, dan membuat kami bersandar pada kekuatan internal kami," ujarnya.

Hujjatul Islam wal Muslimin Seddeqi menuturkan, tujuan AS dalam hasutan dan kerusuhan baru-baru ini di Iran adalah untuk untuk mengganggu persatuan bangsa, menyulut masalah etnis dan menciptakan perang saudara, tetapi masyarakat Iran tidak mengikuti orang-orang bayaran, dan bahkan mereka tetap mempertahankan persatuan dan kekuatan nasional serta memperbarui kesetiaannya kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam dan darah Syuhada, dan menegaskan "tidak" untuk kebijakan AS.

Menurutnya,  tujuan lain AS menciptakan hasutan dan kerusuhan di Iran adalah untuk melemahkan Front Perlawanan.

"Amerika sedang berusaha untuk melemahkan gerakan perlawanan dengan melemahkan Iran, tetapi AS harus tahu bahwa kekuatan dan semangat dari resistensi dan perlawanan meningkat," tegasnya.

Khatib Salat Jumat Kota Tehran mengkritik kebisuan majelis-majelis internasional dan para pengklaim pembela hak asasi manusia terhadap serangan teroris di Kompleks Haram Suci Hazrat Shahcheragh sa di Shiraz yang merenggut nayawa belasan warga Iran.

Hujjatul Islam wal Muslimin Seddeqi menganggap kebungkaman itu sebagai sumber skandal bagi para pengklaim pembela hak asasi manusia.

Komandan IRGC: Intervensi Musuh akan Dibalas

Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami mengatakan, hasil dari langkah intervensi dan kejahatan musuh akan ditanggapi.

Hal itu dikatakan Salami di sela-sela Pawai Akbar 13 Aban di Tehran pada Jumat (4/11/2022) pagi. Dia menyinggung partisipasi luas rakyat Iran dalam pawai tersebut.

"Apa yang dilihat seluruh dunia saat ini adalah partisipasi luas, besar dan antusias rakyat Iran yang mulia," ujarnya.

Komandan IRGC (Pasdaran) menyatakan bahwa pemuda-pemudi Republik Islam Iran masih berdiri dengan revolusi mereka dan bertekad serta kuat untuk melawan front arogan.

Mengenai tuntutan rakyat Iran untuk menanggapi serangan teroris di Kompleks Makam Shahcheragh sa di Shiraz dan di bagian lain negara, Salami menuturkan, masyarakat menyerukan balas dendam, dan musuh kita juga tahu betul bahwa pembalasan Iran akan dilakukan.

Komandan Pasdaran menyatakan bahwa rakyat Iran berada di arena dan tidak ada bahaya bagi revolusi negara ini, karena musuh-musuh Islam Iran kecewa dengan hasil tindakan mereka terhadap rakyat Iran.

Tentang tuntutan masyarakat untuk menangani perusuh, Mayjen Salami menuturkan, penyebab dan akar dari insiden tersebut telah difokuskan dan tindakan intervensi dan pengacau pasti akan dijawab (direspons).

Munculnya kerusuhan baru-baru ini di Iran dengan dalih kematian Mahsa Amini sekali lagi menyebabkan musuh-musuh asing Iran menggunakannya sebagai kesempatan untuk mencampuri urusan dalam negeri Iran dan menghasut sebanyak mungkin kerusuhan.

Dalam kerusuhan baru-baru ini, para pemimpin politik Amerika Serikat (AS) dan sejumlah pejabat negara-negara Eropa, media mereka serta media berbahasa Persia yang didukung oleh Barat, telah menyalahgunakan insiden tragis yang sedang diselidiki, dan mendukung para pembuat onar dan pengganggu keamanan dengan slogan mendukung hak asasi manusia di Iran.

Pada saat yang sama, jutaan warga Iran turun ke jalan-jalan dan alun-alun di berbagai kota dan daerah di  negara ini untuk mendukung Republik Islam dan menolak keras kerusuhan dan kekacauan.

Berkat Kewaspadan Rakyat, Proyek "Penghancuran Iran" Gagal Total

Kementerian Intelijen Republik Islam Iran dan Organisasi Intelijen Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dalam sebuah pernyataan bersama mengumumkan peran Amerika Serikat (AS) dalam kerusuhan baru-baru ini di Republik Islam Iran.

Kementerian Intelijen Republik Islam Iran dan Organisasi Intelijen IRGC dalam pernyataan bersama menyebutkan bahwa dokumen intelijen yang diperoleh menunjukkan bahwa Badan Intelijen Pusat AS (CIA) bekerja sama dengan dinas mata-mata sekutu dan proksi reaksionernya, telah merencanakan untuk menciptakan kekacauan dan meletakkan dasar untuk mengintensifkan tekanan asing terhadap Iran.

Menurut informasi yang terkumpul, CIA telah bekerja sama erat dengan Badan-badan Intelijen Asing Inggris, Dinas Intelijen Asing Zionis (Mossad), Dinas Intelijen Asing rezim Al Saud dan beberapa negara lain dalam rencana tersebut.

Bukti dan pengalaman sejarah menunjukkan bahwa pemerintah AS telah menjadi salah satu pendukung utama kerusuhan dan kekerasan jalanan di Iran dalam beberapa dekade terakhir dan setidaknya dalam beberapa tahun terakhir ini.

Misalnya, setelah perubahan sistem pembayaran subsidi bensin dan perubahan harganya yang diterapkan pada 24 Aban 1398 HS (15 November 2019), terjadi protes dan demontrasi besar di beberapa kota Iran. Setelah itu, para pejabat AS mengakui peran mereka dalam memicu kerusuhan ini.

Brian Hook, pejabat Kementerian Luar Negeri AS untuk Urusan Iran pada masa itu, dalam pengakuan terbuka mengatakan bahwa dengan menyediakan alat komunikasi kepada para perusuh, maka mereka dapat menjalin kontak meskipun internet di Iran diputus.

Kerusuhan dan kekacauan beberapa minggu terakhir di Iran juga menunjukkan bahwa musuh, terutama AS, telah menemukan isu-isu seperti hak asasi manusia dan hak-hak perempuan sebagai peluang untuk menyulut kekacauan, perselisihan, dan menciptakan kesenjangan dalam masyarakat Iran, dan hal ini telah direncanakan sebelumnya.

Dari evaluasi media dan rencana serta program beberapa think tank Amerika juga menegaskan bahwa Gedung Putih telah berusaha menciptakan ketidakpuasan yang ditargetkan di Iran berdasarkan rencana sebelumnya.

Misalnya, lembaga pemikir nirlaba FDD (Foundation for Defense of Democracies) yang berbasis di Washington D.C dan memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan luar negeri AS terhadap Iran, pada 23 Mei 2022,  --yaitu hampir empat bulan sebelum kerusuhan baru-baru ini dan dalam situasi di mana hanya ada beberapa protes yang tersebar terhadap kenaikan harga di Iran--, dalam sebuah laporan berjudul "Protes sedang meningkat di Iran, pemerintahan Joe Biden dapat membantu," menyarankan pemerintah dan pejabat Gedung Putih untuk mengambil tindakan serius terkait protes tersebut dan mendukungnya.

Penghentian proses perundingan Wina, mendukung protes secara luas di Iran, mengangkat isu pelanggaran hak asasi manusia dan menyediakan internet Starlink untuk pemtes di Iran adalah beberapa rekomendasi FDD kepada pemerintah AS, yang juga telah dilakukan oleh pejabat Gedung Putih.

Dalam pernyataan badan-badan intelijen Iran baru-baru ini disebutkan juga bahwa dinas intelijen Barat dan Zionis akan mengadakan "pelatihan para pelatih perang gabungan" untuk sejumlah besar elemen terkait yang telah ditentukan sebelumnya dan memberi mereka misi untuk mentransfer apa yang mereka pelajari kepada orang lain serta bertindak secara terorganisir. Pencetus pelatihan-pelatihan ini adalah Kemlu AS, dan untuk pelaksanaannya akan dilakukan oleh CIA dan badan-badan serta lembaga-lembaga pemikir.

Fokus utama lain dari gerakan dinas intelijen musuh untuk mengacaukan Iran adalah upaya untuk mempengaruhi berbagai lapisan dan kalangan masyarakat seperti guru, pekerja dan mahasiswa melalui penciptaan kelompok-kelompok palsu dan terkontaminasi dan menciptakan pemimpin untuk penyalahgunaan dan pemanfaatan kalangan tersebut.

Misalnya, menurut pemantauan Twitter, hanya antara 11 September 2022 dan 12 Oktober 2022, muncul lebih dari 50.000 pengguna Twitter baru berbahasa Persia dengan identitas  palsu yang melakukan aktivitas anti-Republik Islam Iran.

Kit Klarenberg, seorang pakar Inggris dan ahli di bidang analisis peran perangkat mata-mata dalam menciptakan persepsi publik, menulis dalam sebuah artikel di situs analisis berita Cradle bahwa "strategi kunci" para psikolog yang dipekerjakan oleh Pentagon adalah untuk meluncurkan dan mengarahkan berbagai media palsu guna memproduksi konten-konten dalam bahasa Farsi. Kegiatan anti-Iran ini berlangsung di platform online terkenal seperti Twitter, Facebook, Instagram, YouTube dan bahkan Telegram.

Penulis menambahkan bahwa dalam beberapa kasus, jurnalis dan pakar palsu muncul di jejaring sosial dengan sejumlah besar pengikut (subcriber/follower)  dan bahkan foto profil mereka dibuat dengan kecerdasan buatan.

Terlepas dari semua tindakan dan tekanan politik, ekonomi dan media dari musuh-musuh poros Barat, Ibrani dan Arab, yang dipimpin oleh AS, kewaspadaan bangsa Iran dan intelijen negara ini, kali ini, seperti di masa lalu, telah berhasil mencegah realisasi tujuan musuh.

Kementerian Intelijen dan Organisasi Intelijen IRGC juga telah menekankan bahwa "Proyek Penghancuran Iran" adalah kegagalan yang memalukan. Ini adalah proyek yang sama yang mereka terapkan sebelumnya di Afghanistan, Irak, Suriah, Yaman dan Libya, tetapi proyek ini akhirnya gagal total karena Iran yang kuat dan kewaspadaan rakyat negara ini.

Komandan IRGC: Rakyat Iran Kembali Permalukan AS

Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC mengatakan, rakyat Iran, dengan kehadirannya selalu mempermalukan Amerika Serikat, dan berulangkali membuktikan statemen Imam Khomeini bahwa AS tak akan bisa melakukan apa pun.

Mayjen Hossein Salami, Sabtu (29/10/2022) ketika menghadiri acara melepas para syuhada teror Makam Shah Ceragh di Shiraz mengatakan, "Revolusi Islam Iran sampai kapan pun tidak akan rusak oleh kejahatan segelintir orang yang tertipu."

Ia menilai kehadiran luas warga Shiraz saat melepas para syuhada serangan teror ke Makam Shah Ceragh sebagai kekalahan telak musuh bebuyutan Iran.

"Kehadiran luas masyarakat Iran, adalah peluru pamungkas yang mengenai dada AS, Israel dan musuh-musuh Iran, lainnya," imbuh Mayjen Salami.

Menurut Komandan IRGC, konspirasi dan kerusuhan-kerusuhan terbaru di Iran, adalah buah dari upaya Rezim Zionis Israel. Ia menjelaskan, "Mereka menelan kekalahan-kekalahan besar dari bangsa Iran, selama 43 tahun terakhir."

Salami menuturkan, "Pahlawan perang melawan terorisme Syahid Qassem Soleimani, diteror di Irak, dengan cara-cara pengecut, lalu kami membombardir pangkalan militer AS, dan mereka tidak membalas, sekali lagi terbukti AS tak bisa melakukan apa pun."

Ia menegaskan, "AS penjahat, Rezim Zionis dan Rezim Al Saud yang kelelahan dan kalah, mencemaskan pengaruh spiritual Iran hingga ke tempat terjauh di dunia, mereka sadar tak bisa mengalahkan bangsa Iran, dan setelah menelan kekalahan beruntun, mereka berpikir untuk menyerang kaum muda Iran."

Menteri Intelijen Iran: Pelaku Kedua Teror Shiraz sudah Ditangkap

Menteri Intelijen Iran mengabarkan penangkapan pelaku kedua serangan teror di Makam Shah Ceragh, kota Shiraz, oleh pasukan rahasia Imam Zaman.

Hujatulislam Sayid Esmaeil Khatib, Senin (31/10/2022) dalam Seminar Nasional Pertahanan Sipil ke-9, mengenang para syuhada korban serangan teror di kota Shiraz.

Ia mengatakan, "Berkat upaya-upaya pertahanan di Shiraz, kemarin malam pasukan rahasia Imam Zaman, berhasil menangkap pelaku kedua serangan teror ke Makam Shah Ceragh."

Lebih lanjut Khatib menjelaskan bahwa keamanan lebih utama dari apa pun, dan ia merupakan infrastruktur serta fondasi atas seluruh urusan negara.

"Segala sesuatu yang mengancam keamanan, akan menjadi prioritas utama untuk ditindak," imbuh Hujatulislam Sayid Esmaeil Khatib.

Menteri Intelijen Iran menegaskan, "Di mana pun keamanan negara terancam, maka seluruh pihak harus berusaha meningkatkan dan mengukuhkan keamanan dengan segenap kemampuannya."

Iran Sita Tanker Penyelundup Belasan Juta Liter BBM, Ini Videonya!

Angkatan Laut (AL) Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyita sebuah kapal tanker minyak asing yang membawa belasan juta liter bahan bakar selundupan di perairan Teluk Persia.

Menurut Kepala Pengadilan Provinsi Hormozgan Mojtaba Ghahramani, atas perintah pengadilan, AL IRGC (Pasdaran) menyita sebuah kapal tanker minyak asing yang membawa 11 juta liter bahan bakar selundupan di perairan Teluk Persia.

"Kapten dan awak kapal tanker asing ini ditahan untuk menyelesaikan proses penyelidikan dan prosedur hukum," kata Ghahramani seperti dilansir Mehrnews.

Menurutnya, penyitaan kapal asing ini dilakukan setelah kerja teknis rinci dan intelijen selama sebulan. 

Kepala Pengadilan Hormozgan, Republik Islam Iran itu menjelaskan, kapal yang memasok bahan bakar ke kapal tanker minyak ini juga telah ditahan dan akan diadili.

"Tindak pidana penyelundupan BBM yang berkoordinasi dengan pihak asing yang berusaha menjarah sumber daya negara tidak dapat bersembunyi dari bagian intelijen sistem peradilan dan aparat penegak hukum, dan hukuman bagi pelaku kejahatan tersebut akan tegas dan tanpa toleransi," pungkasnya.

Kemlu Iran Jatuhkan Sanksi terhadap Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran memasukkan 10 individu dan empat institusi Amerika ke dalam daftar sanksi.

Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran dalam statetemen terbaru hari Senin (31/10/2022) menyatakan bahwa sejumlah orang dan lembaga di AS melakukan kegiatan yang melanggar hak asasi manusia, mencampuri urusan dalam negeri Republik Islam, mempromosikan kekerasan dan kerusuhan di Iran, menghasut dan mendorong tindakan terorisme di negara ini.

"Mereka juga melawan upaya Republik Islam Iran dalam memerangi terorisme, dan meningkatkan tekanan terhadap bangsa Iran, juga melancarkan terorisme ekonomi, dan sanksi," tegas pernyataan kemenlu Iran.

Sejumlah nama pejabat AS yang masuk dalam daftar sanksi Iran antara lain: Michael Kurilla, Komandan CENTCOM; Gregory Guillot, Wakil Komandan CENTCOM; Scott Desormeaux, Komandan Pangkalan Udara AS di Erbil, Irak;  Juan Zarate, Kepala CEFP, Mark Wallace, Kepala UANI; Adewale Wally Adeyemo, Wakil Menteri Keuangan AS,Alexus G. Grynkewich, Komandan Angkatan Udara Kesembilan AS; Anne Neuberger, Deputi Penasihat Keamanan Nasional untuk Teknologi Siber AS: Isaac Johnson, Jr., Komandan Komando Urusan Sipil dan Operasi Psikologi Angkatan Darat Amerika Serikat; dan Brian E. Nelson, Wakil Menteri Keuangan Urusan Terorisme dan Intelijen Keuangan,

Selain itu, sejumlah lembaga AS seperti UANI, Badan Intelijen Pusat AS (CIA), Angkatan Udara ke-9  AS, dan Garda Nasional AS menjadi empat lembaga masuk dalam daftar sanksi Kementerian Luar Negeri Iran.

Orang-orang dan lembaga-lembaga tersebut akan dikenakan larangan mengeluarkan visa dan ketidakmungkinan memasuki wilayah Republik Islam Iran, pemblokiran rekening bank dalam sistem keuangan dan perbankan, serta penyitaan properti dan asetnya di wilayah yang berada di bawah yurisdiksi Republik Islam Iran.

Kunjungan PM Armenia ke Iran

Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi menyambut resmi kunjungan Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan di Kompleks Kebudayaan-Sejarah Saadabad, Tehran, Selasa, 1 November 2022.

Kunjungan PM Armenia ke Tehran yang didampingi oleh delegasi tinggi politik dan ekonomi dilakukan atas undangan resmi Presiden Iran.

Setelah Presiden Iran dan PM Armenia melakukan pembicaraan bilateral, mereka mengadakan pertemuan bersama dengan delegasi tingkat tinggi dan penandatangan dokumen kerja sama antara pihak berwenang Tehran dan Yerevan.

Tiga Aktor Kerusuhan Iran yang Bekerja Sama dengan Saudi Ditangkap

Tiga anasir aktif dalam kerusuhan terbaru di Iran, dalam kedok warga sipil-jurnalis yang menjalin kerja sama dengan sebuah yayasan Amerika Serikat, Tavaana, dan stasiun televisi Arab Saudi, Iran International, berhasil ditangkap.

Tasnim News, Rabu (2/11/2022) melaporkan, tiga anasir aktif dalam kerusuhan Iran berinisial N.M, Y.F dan M.M hingga kini mengaku telah menerima sejumlah besar uang dari Yayasan Tavaana dan stasiun televisi Saudi, Iran International untuk misi yang sudah mereka jalankan.

Menurut sumber terpercaya yang dikutip Tasnim News, cara-cara mengejutkan yang dipakai Yayasan Tavaana dan TV Iran International adalah pencucian uang yang diterima dari pihak lain, dan "pencucian berita" dalam penyampaian berita serta informasi ke pihak asing.

Dalam "pencucian berita" itu, anasir-anasir di dalam Iran, tidak mengirimkan konten berita yang diinginkan anasir asing, sehingga terhindar dari pelanggaran pengiriman informasi dan bekerja sama dengan pihak asing, tapi mereka meletakan berita dan informasi tersebut di basis-basis tertentu yang sudah disepakati untuk digunakan pihak asing.

Pernyataan bersama Kementerian Intelijen Iran dan IRGC menjelaskan tujuan yayasan-yayasan AS adalah memberikan pelajaran perang hibrida dan penggulingan pemerintah, dan salah satu di antara yayasan AS itu adalah Yayasan Tavaana.