Pidato Presiden Iran di Masjid Istiqlal Jakarta
Presiden Republik Islam Iran (RII) Sayid Ebrahim Raisi mengunjungi Masjid Istiqlal di Jakarta pada hari Rabu, (24/5/2023).
Sayid Raisi didampingi Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar memasuki ruang utama masjid.
Presiden Iran memasuki ruang utama masjid terbesar se-Asia Tenggara itu pada sekitar pukul 12.32 WIB.
Kunjungan ke masjid yang mampu menampung 200.000 jemaah itu merupakan bagian dari rangkaian acara kunjungan Presiden Iran ke Indonesia.
Sayid Raisi sempat menyapa para jemaah salat Zuhur yang telah menunggunya sebelum melakukan salat berjemaah.
Salat zuhur berjamaah ini diimami oleh H. Ahmad Muzakkir Abdurrahman. Raisi kemudian menyampaikan sambutan kepada para jemaah setelah salat Zuhur.
Dalam sambutannya, Presiden Iran mengajak umat muslim untuk menjadikan masjid tak hanya sebagai tempat ibadah dan pengabdian kepada Allah SWT, namun juga untuk saling mengetahui penderitaan masing-masing, mengetahui penderitaan yang saat ini dialami oleh umat Islam di berbagai belahan dunia, menghidupkan rasa tanggung jawab sosial dalam diri manusia, memperhatikan kaum fakir dan miskin serta orang-orang yang mengalami penderitaan dan masalah, serta memperhatikan anak-anak yatim.
"Masjid adalah tempat untuk berfokus kepada Allah SWT, namun perhatian kepada orang lain demi ridha Allah SWT adalah bagian dari fungsi Masjid. Untuk itu, hari ini, perhatian kepada rakyat Palestina yang menderita di bawah penindaskan mustakbirin dan para penindas, perhatian kepada orang-orang yang hari ini menghadapi persoalan, seperti masyarakat di Myanmar dan masyarakat di berbagai titik belahan dunia yang hari ini sedang menghadapi persoalan adalah salah satu kewajiban kita sebagai umat Islam," ujarnya.
Sayid Raisi menegaskan, apa yang penting adalah manusia memperhatikan orang lain demi keridhaan Allah Swt.
Presiden Iran lebih lanjut memuji masyarakat Indonesia yang kritis dan mampu mengalisis persoalan terkini dan memahami dengan baik apa yang terjadi di masyarakat, serta mampu memahami trik-trik dan tujuan musuh dan membedakan siapa teman dan siapa musuh.
Menurutnya, kemampuan dalam menganalisis masalah terkini yang terjadi adalah sebuah anugerah dan nikmat Allah SWT, sebab, musuh umat Islam dengan kekuatan medianya ingin menghapus kekuatan analisis para pemuda saat ini.
"Musuh mengejar perpecahan umat Islam, mereka ingin merusak persatuan dan kesatuan kita, mereka menebarkan fitnah dan konspirasi… Daesh (ISIS) datang dengan bendera 'La Ilaha Illallah', dan banyak pemuda yang direkrutnya. Para pemuda yang terbujuk itu mengira bahwa ISIS adalah Muslim. Mereka mengira bahwa ISIS adalah ahli 'La Ilaha Illallah', namun ternyata ISIS membawa mereka kepada kebinasaan, dan membawa mereka untuk melakukan kejahatan besar. Masyarakat yang memiliki 'bashirah' memahami siapa ISIS meskipun ia membawa bendera 'La Ilaha Illallah'. ISIS membawa bendera 'La Ilaha Illallah' namun di balik bendera ini, adalah manusia-manusia kotor," jelasnya.
Presiden Iran mengatakan, dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa orang yang tidak memiliki mata dhahir adalah sulit, namun lebih sulit dari itu adalah orang yang tidak memiliki mata hati. Tidak mempunyai mata hati, tidak mengetahui jalan, dan tidak mengenal siapa kawan dan siapa musuh, adalah bencana besar.
"Untuk itu dalam doa setelah salat adalah doa meminta 'basirah' kepada Allah Swt. Basirah ini membuat manusia mengetahui jalan yang benar dan memahami dengan benar siapa kawan dan siapa musuh. Musuh berusaha menyebarkan Islamofobia di semua negara dunia, dan mereka juga berusaha menyebarkan Iranophobia di tengah-tengah umat Islam," jelasnya. (RA)