Mencermati Empat Poin Strategis dalam Pidato Rahbar Soal Masalah Palestina
Ayatullah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam, pada 29 November lalu, dalam pertemuan dengan basiji di seluruh negeri, menyampaikan beberapa poin penting tentang operasi Badai Al-Aqsa dan strategi Republik Islam Iran terkait masalah Palestina.
Poin pertama pernyataan Pemimpin Besar Revolusi Islam mengenai kawasan Asia Barat adalah penjelasan rencana Amerika Serikat terhadap kawasan ini dalam bentuk rencana Timur Tengah Raya.
Dalam kerangka rencana ini, sistem politik di 6 negara Irak, Suriah, Lebanon, Libya, Sudan dan Somalia seharusnya runtuh dan sistem baru akan terbentuk di negara-negara tersebut.
Salah satu tujuan dari rencana ini adalah untuk menyerang Republik Islam Iran dan Poros Perlawanan, tapi bukan hanya rencana Timur Tengah Raya yang tidak terealisasi, justru kebijakan Amerika di kawasan Asia Barat juga gagal dan meskipun telah mengeluarkan biaya sangat besar, posisi Amerika Serikat di kawasan ini melemah dan posisi perlawanan di kawasan semakin menguat.
Sekaitan dengan hal ini, Ayatullah Khamenei mengatakan, Timur Tengah baru berbeda 180 derajat dari sekarang… Rencana dan konspirasi di kawasan ini digagalkan oleh kekuatan Republik Islam yang besar dan efisien, serta simbol dan bendera kekuatan besar ini adalah pribadi bernama Haj Qassem Soleimani. Sekarang menjadi jelas mengapa nama Haj Qassem begitu populer di kalangan masyarakat Iran dan begitu meresahkan musuh... Ya, geografi politik di kawasan ini sedang berubah dan hal ini sangat mendasar, tetapi bukan untuk kepentingan Amerika, melainkan untuk kepentingan Front Perlawanan. Benar, peta geografi politik Asia Barat telah berubah, tapi menguntungkan perlawanan. Perlawanan menang.
Poin kedua dalam pernyataan Pemimpin Besar Revolusi Islam, yang juga sejalan dengan poin pertama, adalah bahwa perkembangan di kawasan sedang menuju De-Amerikanisasi, di mana operasi Badai Al-Aqsa penting dalam konteks ini.
AS berusaha untuk mendominasi kawasan ini, tapi saat ini upaya untuk meniadakan dominasi Amerika atas kawasan tersebut terus dilakukan.
Dari sudut pandang Rahbar, De-Amerikanisasi bukanlah pemutusan hubungan politik dengan Amerika Serikat, tapi pengingkaran dominasi Amerika atas kawasan, yang telah mendapatkan momentumnya dan prosesnya semakin cepat.
Menjelaskan masalah ini, Ayatullah Khamenei mengatakan, Sebuah bukti yang jelas, dan terang terkait De-Amerikanisasi di kawasan yang merupakan peristiwa bersejarah adalah operasi Badai Al Aqsa. Meskipun digelar untuk melawan Rezim Zionis, tapi hakikatnya dalam kerangka De-Amerikanisasi, pasalnya ia sudah merusak jadwal kebijakan AS, di kawasan, dan dengan berlanjutnya proses ini, jadwal kebijakan-kebijakan AS, di kawasan akan terhapus.
Ayatullah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam, pada 29 November lalu, dalam pertemuan dengan basiji di seluruh negeri, menyampaikan beberapa poin penting tentang operasi Badai Al-Aqsa dan strategi Republik Islam Iran terkait masalah Palestina.
Poin ketiga dalam pernyataan Ayatullah Khamenei ini adalah penolakan terhadap dualisme palsu dan dipaksakan serta penekanan pada dualisme nyata di kawasan saat ini.
Musuh-musuh dunia Islam selalu berusaha menerapkan dikotomi palsu seperti Arab dan non-Arab, Syiah dan Sunni, dan lain-lain, dan menjalankan kebijakan dan kepentingan mereka dengan strategi “politik pecah belah”.
Menurut ungkapan Rahbar, Kebijakan dan dualisme ini gagal dan saat ini satu-satunya dualisme di kawasan ini adalah dualisme "perlawanan dan tunduk".
Pemimpin Besar Revolusi Islam juga menyatakan dalam hal ini, Dualisme telah tercampur aduk dan alih-alih dualisme yang dipaksakan ini, sebuah dualisme baru telah mendominasi kawasan: Dualisme Perlawanan dan Tunduk. Saat ini, di wilayah ini, dualisme ini sangat menonjol. Perlawanan yaitu pantang menyerah di hadapan arogansi, kerakusan dan intervensi AS.
Poin keempat dalam pernyataan Pemimpin Besar Revolusi Islam adalah penekanan kembali pada referendum masalah Palestina.
Mengekspresikan harapan untuk berdirinya negara Palestina, Rahbar menolak klaim Barat bahwa Iran sedang berusaha membinasakan orang-orang Yahudi, dan menyatakan bahwa penentuan negara Palestina didasarkan pada strategi rasional dan permanen Republik Islam Iran "referendum untuk seluruh rakyat Palestina".
Menekankan strategi ini sambil memberikan jawaban yang jelas atas kecurigaan upaya Republik Islam untuk menghancurkan kaum Yahudi adalah hal yang penting saat ini.
Karena Barat sedang berusaha mengkampanyekan anti-Semitisme dalam isu Palestina dan Israel, dan di balik itu adalah negara-negara Barat yang berusaha menyembunyikan isu kepalsuan rezim ini dan penolakannya untuk tunduk pada referendum.(sl)