Syahid Mirzaei, Seolah Tahu Akhir Hayatnya
https://parstoday.ir/id/news/iran-i178192-syahid_mirzaei_seolah_tahu_akhir_hayatnya
Syahid Ightedar (Kemuliaan), Hamidreza Mirzaei, adalah seorang prajurit muda yang di hari-hari terakhir hidupnya menunjukkan perilaku seolah-olah telah mengetahui takdir yang menantinya.
(last modified 2025-10-13T04:34:44+00:00 )
Okt 13, 2025 10:17 Asia/Jakarta
  • Syahid Mirzaei, Seolah Tahu Akhir Hayatnya

Syahid Ightedar (Kemuliaan), Hamidreza Mirzaei, adalah seorang prajurit muda yang di hari-hari terakhir hidupnya menunjukkan perilaku seolah-olah telah mengetahui takdir yang menantinya.

Mulai dari kisah “meminum sirup kesyahidan” di taman keluarga di Shahriyar hingga sebuah foto kebetulan di gang bernama “Shahada 13”, semua terasa seperti kepingan-kepingan puzzle yang perlahan tersusun untuk melengkapi kisah seorang syahid — seorang pemuda yang pergi ke rumah sakit dengan kakinya sendiri, namun tak pernah kembali.

Menurut laporan Pars Today yang mengutip dari Hamshahri Online, Somayeh Mirzaei, saudari syahid, menceritakan hari-hari terakhir kehidupan saudaranya demikian: “Hamidreza baru berusia 23 tahun. Ia menempuh pendidikan di sekolah teknik kayu interior dan tinggal beberapa bulan lagi untuk menyelesaikan wajib militernya.”

Sebelum perang, lanjut Somayeh, Hamidreza terkadang berangkat jaga dengan enggan. Namun setelah perang dimulai, sikapnya berubah drastis — sesuatu yang membuat keluarga terkejut. Ia menjadi sangat disiplin dan selalu berangkat tepat waktu.
“Ketika kami memintanya untuk tidak masuk dinas di hari-hari tertentu karena situasi berbahaya, dia menjawab: ‘Sekarang keadaan berbeda. Kalau bukan sekarang aku pergi, kapan lagi?’”

Meskipun keluarga khawatir, Hamidreza semakin teguh dalam tugasnya.

Somayeh melanjutkan kisah hari-hari terakhirnya: “Dari 26 Juni hingga 22 Juli kami berada di taman keluarga di Shahriyar. Hamidreza setiap hari datang ke sana setelah bertugas, lalu pagi-pagi kembali ke tempat dinasnya di rumah tahanan.”

“Malam Minggu itu, ia meminta ibu untuk membangunkannya pukul 5 pagi. Ibu berkata, pagi itu dia sangat mengantuk tapi memaksa diri untuk bangun dan berangkat. Sekitar pukul 10.30 penjara Evin diserang; saudaraku terluka dan pukul 14.30 dibawa ke rumah sakit Syahid Chamran.”

Yang menarik, bahkan penjaga rumah sakit berkata: “Ia datang dengan kakinya sendiri, memberikan nomor telepon ayahnya, dan berkata bahwa seragam militernya adalah amanat yang harus dikembalikan ke temannya.”
Namun karena luka bakar pada paru-parunya yang parah dan infeksi yang menyebar, 15 hari kemudian — pada 7 Juli (17 Tir) — ia gugur sebagai syahid ke-13 dari para prajurit penjara Evin.

Candaan yang Menjadi Kenyataan
Sang adik, dengan suara tertahan oleh tangis, mengenang sifat humoris saudaranya:
“Suatu hari ketika lelah pulang dari dinas, kami menyiapkan sirup untuknya. Saat hendak diminum, ia menawarkan kepada sepupu kami sambil bercanda, ‘Silakan, ini sirup kesyahidan, siapa tahu jatahnya salah satu dari kita!’”
Kini, candaan itu menjadi kenyataan.

Syahid muda ini merupakan anggota aktif Hosseiniyah Pemuda Seyyed al-Syuhada di kawasan Shahrak Velayat-e Asr (aj).
“Tahun ini, sejak hari pertama bulan Muharram, Hamidreza dirawat di rumah sakit dan kemudian syahid. Tapi teman-teman satu majelisnya benar-benar total dalam mengiringi prosesi pemakamannya,” ujar Somayeh.

Foto Terakhir: Ziarah ke Imam Reza (as)
Pada bulan Ordibehesht (Mei) tahun ini, Hamidreza melakukan perjalanan ke Mashhad bersama teman-temannya.
Beberapa foto dari ziarah terakhir itu kini menjadi kenangan yang menenangkan bagi keluarganya.

Somayeh menambahkan:
“Sebelum perang, beberapa kerabat kami berencana pergi ke Mashhad pada 7 Juli dan mengajak kami ikut. Hamidreza sangat bersemangat, kami pun berniat berangkat bersamanya. Ternyata, di tanggal itu juga — 7 Juli — ia gugur sebagai syahid.”

Hamidreza sebenarnya bukan tipe yang suka berfoto, namun beberapa waktu sebelumnya ia bepergian ke utara Iran bersama sepupu-sepupunya.
“Dalam perjalanan itu, ia mengambil satu foto selfie di tengah hutan. Di belakangnya tampak papan bertuliskan ‘Kuche-ye Shahada 13’ (Gang Para Syuhada 13). Belakangan baru kami sadari bahwa Hamidreza adalah syahid ke-13 dari para prajurit penjara Evin. Seolah-olah semua sudah ditulis dan ditentukan sebelumnya.”(PH)