Shamkhani: Musuh Ingin Kelanjutan Instabilitas di Irak
Ketua Dewan Tinggi Keamanan Nasional Republik Islam Iran mengatakan, pendekatan pembagian wilayah merupakan landasan untuk perluasan keserakahan musuh dan atmosfir untuk menciptakan ketidakamanan dan instabilitas di masa mendatang bagi Irak.
Ali Shamkhani mengatakan hal itu dalam pertemuan dengan Jenderal Erfan al-Hiyali, Menteri Pertahanan Irak di Tehran, ibukota Iran, Minggu (23/7/2017).
"Kerjasama negara-negara yang menjadi korban terorisme di kawasan merupakan faktor pencegah jalur terbentuknya kembali terorisme dan intervensi militer asing dengan dalih memerangi teroris," imbuhnya.
Shamkhani menilai pesatuan dan kekompakan sebagai penjamin stabilitas, keamanan dan pelindung kepentingan semua etnis dan suku Irak.
"Pemerintah dan rakyat Republik Islam Iran dengan Irak bekerjasama di semua bidang yang diperlukan termasuk rekonstruksi dan pengembangan kota dalam kerangka menciptakan keamanan dan ketenteraman serta menghapus sepenuhnya ancaman terorisme," ujarnya.
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran lebih lanjut menyinggung transformasi di kawasan terutama berbagai kejahatan terbaru rezim Zionis Israel di Palestina dan Masjid al-Aqsa.
"Kebangkitan rakyat Palestina adalah jawaban telak terhadap kebijakan kompromi dan konspiratif sejumlah negara regional untuk normalisasi hubungan dengan penjajah bumi Islam (Palestina)," pungkasnya.
Sementara itu, Menhan Irak dalam pertemuan itu mengapresiasi dukungan pemerintah, rakyat dan Angkatan Bersenjata Iran dalam memerangi teroris, di mana dukungan tersebut merupakan peran penentu dalam kemenangan rakyat Irak dalam melawan kelompok teroris Takfiri Daesh (ISIS).
"Tujuan dan kepentingan bersama Irak dan Republik Islam Iran mendorong penguatan dan perluasan kerjasama kedua negara di semua bidang," ujarnya.
Haider al-Abadi, Perdana Menteri Irak mengumumkan pembebasan penuh kota Mosul dari pendudukan teroris Daesh Pada tanggal 10 Juli 2017. (RA)