Begini Suasana Menjelang Shab-e Yalda di Iran
(last modified Tue, 18 Dec 2018 11:00:23 GMT )
Des 18, 2018 18:00 Asia/Jakarta
  • Shab-e Yalda di Iran.
    Shab-e Yalda di Iran.

Shab-e Yalda atau Shab-e Chelleh adalah festival Iran yang dirayakan pada apa yang disebut sebagai "malam terpanjang dan tergelap tahun ini." Yalda adalah perayaan musim dingin, yaitu, pada malam dari titik balik matahari musim dingin di Belahan Bumi Utara.

Shab-e Yalda diperingati di malam 1 Dey dalam penanggalan Persia, di mana tahun ini, bertepatan dengan tanggal 21 Desember 2018, hari Jumat. Dengan demikian, orang-orang Iran dan bangsa lain yang mengadopsi tradisi Iran kuno tersebut akan merayakan Malam Yalda pada Jumat malam.

 

Menjelang Shab-e Yalda, masyarakat berbelanja beragam jenis buah dan kacang-kacangan untuk keperluan peringatan tersebut. Pasar dan toko-toko buah dan kacang-kacangan di Iran dibanjiri pembeli. Perayaan ini sangat menguntungkan para pedagang di pasar.

 

Yalda adalah istilah Syriac (salah satu rumpun Bahasa Aramic) yang berarti lahir. Menurut keyakinan orang-orang Iran kuno, matahari di malam itu lahir kembali, karena besok malam Yalda akan melihat matahari yang lebih panjang lagi.

 

Malam Yalda memiliki kedudukan istimewa dalam budaya dan tradisi orang-orang Iran. Perayaan Shab-e Yalda adalah momen besar Persia kuno yang masih ada hingga sekarang.

 

Abadinya perayaan tersebut menunjukkan ikatan yang tak terpisahkan antara masyarakat Iran sekarang dengan budaya dan tradisi nenek moyang mereka. Konon sekitar 7.000 tahun silam, nenek moyang bangsa Iran telah menemukan penanggalan matahari hingga akhirnya mengetahui bahwa malam pertama musim dingin adalah malam terpanjang dalam setahun.

 

Masyarakat di masa lalu yang menyaksikan pergerakan matahari, bulan, bintang, perubahan musim, pendek dan panjangnya hari dan malam berusaha menyesuaikan aktivitas sehari-hari mereka dengan kondisi tersebut.

 

Perayaan Malam Yalda adalah satu-satunya perayaan yang selalu ada dalam budaya masyarakat Iran setelah peringatan Nowruz (perayaan hari pertama musim semi dan awal kalender Iran).

 

Salah satu penyebab tradisi tersebut masih tetap bertahan karena adanya keyakinan agama kuno. Selain itu, awal musim dingin dianggap sebagai berakhirnya aktivitas para petani dan panen serta awal dari masa-masa istirahat mereka. Perayaan Yalda juga menjadi pengingat masa lalu orang-orang Iran.

 

Masyarakat di desa yang pergi ke kota di Malam Yalda telah menambah semaraknya perayaan itudi masyarakat kota sehingga acara tersebut semakin hidup dalam tradisi Iran.

 

Selama bertahun-tahun, perayaan Shab-e Yalda digelar di setiap rumah warga Iran. Ikatan emosional yang mendalam dari acara-acara keluarga di Shab-e Cheleh telah berubah menjadi sebuah kenangan abadi yang dipenuhi dengan kebahagiaan.

 

Sebagian keluarga lebih memilih untuk menghabiskan Malam Yalda dengan membaca dan menelaah al-Quran dan mengambil hikmah dari syair-syair Hafez yang penuh makna.

 

Hidangan yang disuguhkan di Malam Yalda adalah kacang-kacangan dan buah-buahan terutama semangka. Biasanya,anggota keluarga berusaha menghabiskan Shab-e Yalda bersama orang tua atau mereka yang dituakan dalam keluarga dengan suasana penuh bahagia.

 

Di Malam Yalda, mayoritas keluarga terlepas dari agama dan aliran yang mereka yakini duduk bersama keluarga mereka di bawah cahaya (api, lilin, atau lampu) dan di depan hidangan khusus dalam perayaan tersebut.

 

Hidangan itu di banyak daerah di Iran disebut sebagai "Shab Careh" yang biasanya terdiri dari tujuh jenis buah-buahan, terutama semangka dan delima, dan tujuh jenis kacang-kacangan, bahkan terkadang jumlah jenis buah dan kacang-kacangan itu lebih dari tujuh jenis.

 

Selain tujuh jenis kacang-kacangan dan buah-buahan, Shab Care juga meliputi biji-bijian seperti gandum, dan kacang-kacangan seperti kwaci dari biji semangka dan biji bunga matahari.

 

Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini di malam yalda adalah saling berbagi hadiah. Ada yang membawa hadiah berupaya kacang-kacangan ataupun kue. Tapi ada juga yang membawa hadiah berupa pakaian maupun barang lainnya. Semua dilakukan dengan tujuan untuk menyenangkan orang lain.

 

Tradisi malam Yalda juga diperingati secara meriah setiap tahun oleh orang-orang Afghanistan, Tajikistan, Azerbaijan, dan sebgian Turkmenistan. Di Afghanistan, warga negara ini menyiapkan semangka dan delima serta membagikannya kepada orang yang hadir di malam itu. Selain itu, mereka juga menikmati berbagai jenis kacang-kacangan yang disediakan tuan rumah.

 

Di malam Yalda, orang-orang Afghanistan mendendangkan syair, terutama dari Shahnameh. Sebagian dari mereka melantunkan ayat-ayat Al-Quran sebagai bentuk syukur atas karunia Allah swt.

 

Beberapa hari menjelang malam Yalda, warga Herat sudah disibukkan dengan persiapan menyambut malam Yalda. Pasar dipenuhi orang-orang yang belanja kacang-kacangan dan keperluan lain untuk malam Yalda. Bagi orang-orang Afghanistan yang sudah lelah dengan perang, malam Yalda menjadi momentum kemenangan dengan kembalinya ketenangan dan ketenteraman.

 

Di Republik Azerbaijan, masyarakat di negara tetangga Iran ini memiliki tradisi yang cukup unik di malam Yalda. Orang-orang Azerbaijan memberikan hadiah kepada pengantin baru dari setiap keluarga mereka.

 

Keluarga penganti laki-laki menyediakan hadiah paket yang berisi kue, berbagia jenis buah, kain dan pakaian untuk pengantin istri. Di tahun pertama pernikahan mereka, sebelum terbenam matahari, ayah penganti istri mengirimkan hadiah kepada pihak pengantin.

 

Di negara ini, orang-orang menabuh berbagai alat musik bergembira menyambut malam Yalda. Mereka juga mendendangkan syair. Mengunjungi rumah orang yang lebih tua sebagai bentuk penghormatan kepada mereka.Tradisi silaturahmi tersebut masih terjaga hingga kini.

 

Di Tajikistan, terutama wilayah Badakhshan, malam Yalda diperingati secara meriah, terutama di pedesaan. Mereka saling mengunjungi tetangga di malam Yalda. Setiap rumah menyediakan semangka dan delima. Selain itu mereka juga menyediakan makankan khas yang dibuat dari gandum. Mereka mendendangkan syair, terutama dari Divan Hafez.

 

Di tengah maraknya penggunaan media sosial yang membuat hubungan sosial semakin renggang, malam Yalda berperan menghidupkan kembali tradisi silaturahmi yang mengumpulkan anggota keluarga dan memperkuat ikatan hubungan sosial.

 

Pertemuan fisik langsung mendekatkan ikatan emosional yang tidak bisa digantikan oleh media sosial. Malam Yalda menghidupkan kembali nilai-nilai ikatan sosial yang cenderung semakin luntur dewasa ini. (RA)