Iran-Rusia; Perluasan Hubungan dalam Kerangka Menghadapi Unilateralisme
-
Levan Jagarian, Duta Besar Rusia di Tehran
Levan Jagarian, Duta Besar Rusia di Tehran seraya mengritik kebijakan unilateralisme dan sanksi ilegal Amerika anti-Iran mengatakan, "Rusia akan melakukan yang terbaik untuk mencegah tindakan merusak AS dalam masalah nuklir Iran."
Duta Besar Rusia untuk Tehran membuat pernyataan dalam sebuah wawancara dengan Press TV pada hari Jumat, 15 November.
Jagarian mengutip upaya AS untuk mencegah pelaksanaan fase kedua dari pembangkit listrik bertenaga nuklir Bushehr seraya mengatakan, "Amerika Serikat menekan Moskow untuk menghentikan fase kedua dari reaktor nuklir Bushehr."
Dubes Rusia untuk Tehran juga mencatat perkembangan Suriah, "Hanya Iran dan Rusia yang berhak hadir di Suriah karena pemerintah konstitusi Damaskus telah mengundang mereka."

Kerja sama strategis antara Tehran dan Moskow kini telah memulai babak baru dalam hubungan antara Iran dan Rusia.
Alexander Lokshin, Wakil Direktur Badan Energi Atom Rusia (Rosatom) tanggal 10 November, pada acara pemasangan beton reaktor nuklir kedua di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bushehr di Iran selatan, mengkonfirmasikan bahwa pembangunan unit 2 dan 3 reaktor nuklir Bushehr akan berjalan sesuai waktunya dengan bantuan Rusia.
Iran dan Rusia telah memulai kerjasama multilateral dengan memprioritaskan isu-isu strategis dalam beberapa tahun terakhir. Selain mengoordinasikan masalah-masalah regional, terutama Suriah, kedua negara memiliki konsultasi rutin mengenai kerja sama nuklir dan perkembangan terbaru Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Dengan pertimbangan ini, dapat dikatakan bahwa pernyataan duta besar Rusia tentang hubungan dengan Iran dan kegagalan AS dalam proses ini menunjukkan urgensi dan efektivitas kerja sama kedua negara.
Meskipun sulit dan kompleks, tingkat kerja sama ini telah berkembang dengan baik dalam hal infrastruktur yang ada dan saling pengertian tentang kepentingan dan ancaman bersama. Efek positif dari kemitraan ini terbukti dalam menjaga stabilitas dan keamanan regional.
Karena itu, Amerika Serikat bekerja lebih keras untuk mencegah kerja sama tersebut. Pernyataan duta besar Rusia tentang penentangan AS terhadap program nuklir damai Iran sebenarnya menunjukkan hal ini.
Perlakuan AS terhadap perusahaan-perusahaan industri besar seperti Huawei dan ZTE, serta sanksi berat anti-Rusia, menunjukkan bahwa ancaman AS tidak hanya terhadap Iran, dan bahwa negara-negara besar lainnya menghadapi unilateralisme dan dominasi AS.
Fokus dari pernyataan ini adalah untuk menekankan efektivitas kemitraan keamanan strategis, komersial, dan politik.
Ini sangat penting ketika Amerika Serikat berupaya mencegah konvergensi dan perluasan hubungan antara Iran dan negara-negara di kawasan.
Dari sudut pandang ini, pernyataan Dubes Rusia untuk Iran dalam sebuah wawancara dengan Press TV menekankan fakta bahwa lingkaran hubungan Rusia dengan Iran sanat luas dan harus digunakan untuk menentang unilateralisme.

Ali Esmaeili Ardakani, Ketua Departemen Riset Institut Abrar Kontemporer di Tehran percaya bahwa para pemain dunia tidak menerima AS hanya sebagai satu-satunya pemain di lembaga-lembaga dan penentu regulasi internasional dalam bidang politik, keamanan dan ekonomi. Kondisi ini telah meningkat sejak Trump berkuasa dan mengadopsi kebijakan anti organisasi dan peraturan internasional di seluruh dunia.
Iran dan Rusia sampai pada kesimpulan bahwa dengan saling membantu, mereka dapat memperluas kerja sama ekonomi, politik dan militer agar dapat menggagalkan Washington mencapai tujuannya. Sementara melawan AS yang keinginannya melampaui batas dalam bidang politik, keamanan, dan ekonomi juga dapat memberikan dasar untuk konsensus tentang perlunya mengubah perilaku Amerika pada masalah internasional lainnya.