Teror Ilmuwan, Cara Musuh Cegah Kemajuan Iran
Seorang ilmuwan senior Republik Islam Iran gugur syahid dalam serangan teror di Absard, Kabupaten Damavand, Provinsi Tehran hari Jumat, 27 November 2020.
Mohsen Fakhrizadeh Mahabad terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit dalam serangan teror pada Jumat sore itu, namun nyawanya tidak terselamatkan dan gugur syahid.
Ilmuwan nuklir Iran ini menjabat sebagai Kepala Organisasi Riset dan Inovasi Kementerian Pertahanan Republik Islam Iran yang bertanggung jawab atas berbagai proyek penting teknologi di negara ini.
Jenazah Mohsen Fakhrizadeh dimakamkan di Imamzadeh Saleh, utara Tehran, ibu kota negara ini, pada hari Senin (30/11/2020).
Fakhrizadeh telah lama menjadi incaran dinas-dinas intelijen musuh dan termasuk menjadi target nomor wahid musuh untuk diteror. Dia adalah Deputi Menteri Pertahanan, dan salah satu tokoh berpengaruh dalam teknologi rudal Iran.
Nama Fakhrizadeh bersama empat warga Iran lain, masuk daftar 500 orang paling berpengaruh dunia versi media Amerika Serikat, Foreign Policy.
Fakhrizadeh yang lahir pada tahun 1957 ini memainkan peran kunci namun tidak tampak oleh publik, dalam pertumbuhan ilmu pengetahuan Iran, dan infrastruktur teknologi. Pasca kesyahidannya, baru terungkap bahwa proyek-proyek terpenting yang digarap oleh Fakhrizadeh, dan timnya membuahkan hasil, di antaranya proyek produksi kit tes Virus Corona buatan Iran, yang dimulai Maret 2020 di lembaga yang dipimpinnya.
Selain itu, nama Fakhrizadeh sebagai ilmuwan senior Kementerian Pertahanan Iran, sekaligus mantan kepala Pusat Riset Fisika, PHRC, pada 24 Maret 2007 masuk daftar sanksi Dewan Keamanan PBB.
Orang-orang Amerika menyebut Mohsen Fakhrizadeh sebagai "kotak rahasia" yang selalu memainkan peran di balik layar namun berpengaruh, dalam menentukan sikap Iran di setiap perundingan. Menurut keterangan Badan Energi Atom Internasional, IAEA, selama tidak melakukan dialog langsung dengan Fakhrizadeh, IAEA tidak bisa berkomentar soal seberapa besar level Iran dalam menguasai teknologi nuklir.
Surat kabar rezim Zionis Israel, Jerusalem Post, beberapa tahun lalu mempublikasikan laporan tentang biodata Dr. Mohsen Fakhrizadeh yang dibuat tim investigasi IAEA pada tahun 2003, dan sekitar Maret 2018, sumber Israel mengumumkan, dinas intelijen pusat rezim ini, Mossad, berusaha meneror salah satu ilmuwan nuklir Iran, namun gagal.
Pada akhirnya media-media Israel minggu ini mengabarkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu secara implisit mengonfirmasi keterlibatan Israel dalam teror ilmuwan nuklir Iran, Dr. Mohsen Fakhrizadeh. Netanyahu mengatakan, minggu ini saya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa saya katakan, tapi kawasan sudah masuk fase yang penuh ketegangan. Fakhrizadeh adalah satu-satunya ilmuwan Iran yang disebut terang-terangan oleh Netanyahu dalam sebuah acara.
Teror yang merupakan salah satu bentuk pembunuhan dengan tujuan politik atau keyakinan, adalah nama yang kerap didengar oleh Republik Islam Iran. Iran dengan lebih dari 17.000 korban teror adalah bukti hidup dari aksi mengerikan di balik layar para pengklaim pembela hak asasi manusia sejak awal kemenangan Revolusi Islam Iran sampai sekarang.
Oleh karena itu, Iran selama bertahun-tahun pasca revolusi, yaitu sekira 40 tahun lalu, menjadi salah satu negara terbesar korban terorisme, dengan kata lain, korban terorisme terbesar di dunia. Teror ilmuwan nuklir Iran, merupakan salah satu cara baru aksi kubu arogan dunia di Iran.
Rangkaian teror ini pertama kali dilakukan terhadap Dr. Masoud Alimohammadi, dosen fisika terkemuka Iran oleh Majid Jamali Fashi, yang berafiliasi ke dinas intelijen Israel, Mossad, pada 12 Januari 2010 di Jalan Gheytarieh, dekat Tehran, tepat di depan rumahnya.
Disusul dua tahun kemudian dengan teror Dr. Majid Shahriari, dan Fereydoun Abbasi, pada 29 November 2010, dan dilanjutkan dengan teror Mostafa Ahmadi Roushan, pada 11 Januari 2012. Saat ini aksi teror terhadap ilmuwan masih terus berlangsung, dan yang terbaru adalah teror sadis para pengklaim pembela HAM terhadap Dr. Mohsen Fakhrizadeh.
Tidak diragukan bahwa salah satu tujuan teror terhadap ilmuwan besar Iran ini adalah upaya membendung kemajuan ilmu pengetahuan di negara ini, namun bisa dipastikan mereka tidak akan berhasil meraih tujuannya. Pasalnya, ilmu pengetahuan mustahil untuk dihapus, dan para ilmuwan selama bertahun-tahun bekerja keras, dan menyimpan serta mewariskan hasil kerjanya kepada murid-murid mereka. (RA)