Pasien EB Iran Gugat Perusahaan Swedia
Pasien Epidermolisis Bullosa (EB) di Republik Islam Iran mengajukan gugatan terhadap perusahaan perangkat medis Swedia, Mölnlycke Health Care, karena menolak menjual barang perawatan medis kepada pasien EB Iran dengan dalih sanksi Amerika Serikat.
Molnlycke Health Care menolak untuk menjual barang-barang perawatan medis pasien EB Iran yang mereka butuhkan, termasuk pembalut Mepilex dengan alasan sanksi AS yang dikenakan pada Iran setelah Washington keluar dari perjanjian nuklir JCPOA yang ditandatangani antara Iran dan enam kekuatan dunia pada 20215.
Beberapa anak di Iran yang menderita EB meninggal dunia karena kurangnya peralatan medis yang sangat dibutuhkan dan beberapa lainnya terluka oleh luka fisik yang parah, termasuk amputasi.
EB Home Foundation, sebuah LSM untuk pasien EB di Iran, dan beberapa pengacara di negara ini mewakili pasien Iran dalam pengajuan gugatan terhadap perusahaan medis Swedia untuk mendukung para korban pelanggaran HAM berat ini, mencegah perilaku kriminal serupa di masa depan, dan menuntut kompensasi.
National Contact Point adalah mekanisme di negara-negara anggota Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) untuk mengawasi Perusahaan Multinasional yang berkantor pusat di negara-negara tersebut.
Mematuhi prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia dan mengadopsi perilaku perdagangan yang bertanggung jawab oleh perusahaan multinasional adalah salah satu prinsip Pedoman OECD dan perusahaan dapat dituntut jika melanggar pedoman.
Gugatan tersebut meminta Swedish National Contact Point untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan dan mengambil tindakan untuk mengkompensasi kerugian yang diderita pasien EB Iran dan untuk melanjutkan perdagangan dengan Iran.
Banyak kelompok hak asasi manusia mengkritik AS karena memutuskan hubungan perbankan dengan Iran dengan mengancam bank-bank internasional dengan denda hukuman oleh Departemen Keuangan AS yang mengakibatkan terputusnya akses pasien Iran ke barang-barang medis yang diperlukan.
Sebagai contoh yang menyakitkan, Ava adalah seorang gadis kecil Iran yang tidak bersalah yang menjadi korban dari kebijakan tersebut. Pada tanggal 28 Desember 2019, Presiden MAPIM (the Malaysian Consultative Council of Islamic Organization) dalam sebuah surat mereaksi kematian Ava dan anak-anak lain di bawah sanksi kejam.
Dia mengatakan, kami sangat sedih dan sama-sama marah dengan penderitaan seorang balita yang menderita dan akhirnya meninggal dunia karena sanksi AS yang tidak manusiawi terhadap Iran.
Menurutnya, kisah Ava adalah kasus yang menyayat hati dari seorang bayi murni yang tidak bersalah yang kehilangan perawatan medis yang dia butuhkan. Hidupnya yang sangat singkat penuh dengan rasa sakit saat ia dilahirkan dengan EB. Kematiannya adalah kematian umat manusia.
Terorisme medis AS tidak hanya terbatas pada pasien EB di Iran tetapi juga memblokir akun Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran yang menghambat bantuan kemanusiaan dari negara-negara lain kepada orang-orang Iran yang dilanda banjir pada tahun 2019. (RA)