Inisiatif Hizbullah dan Kegagalan Kebijakan Intervensi AS terhadap Lebanon
Inisiatif Hizbullah untuk mentransfer bahan bakar dari Iran ke Lebanon dan mengelola krisis bahan bakar di negara itu berhasil menggagalkan kebijakan pengepungan AS terhadap Lebanon.
Lebanon telah menghadapi krisis bahan bakar untuk waktu yang lama. Kekurangan bahan bakar yang parah, yang menyebabkan kekosongan stasiun pengisian bahan bakar umum dan terbentuknya demonstrasi rakyat, telah menambah kerusuhan politik dan keamanan negara itu.
Keputusan Gubernur Bank Sentral Riad Salameh untuk menghapuskan subsidi bahan bakar juga memperparah krisis. Dalam keadaan seperti itu, Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah mengumumkan pengiriman kapal bahan bakar Iran ke Lebanon.
Meskipun kapal pertama Iran belum mencapai Lebanon dan kapal kedua dan ketiga telah berlayar, inisiatif Hizbullah setidaknya memiliki dua konsekuensi penting.
Pertama, krisis bahan bakar telah mereda dan rakyat Lebanon berharap bahwa dengan kedatangan kapal-kapal Iran, masalah kekurangan bahan bakar sebagian besar akan teratasi. Kedua, inisiatif itu merupakan kegagalan kebijakan pengepungan dan intervensi AS dalam urusan dalam negeri Lebanon.
Namun mengapa inisiatif ini menjadi kegagalan bagi Amerika Serikat?
Dengan menjatuhkan sanksi pada Hizbullah di Lebanon, Amerika Serikat secara efektif memblokir transfer mata uang asing ke negara itu, dan mengancam beberapa pejabat Lebanon dengan alat sanksi.
"Penyebab utama dalam segala hal yang terjadi di Lebanon adalah Amerika Serikat, yang mengancam akan memasukkan para pejabat Lebanon ke dalam daftar sanksi. Selain itu, Amerika Serikat ikut campur dalam urusan dalam negeri Lebanon dan berada di balik kenaikan nilai tukar mata uang di negara ini," ungkap Nasrallah.
“Bank Sentral Lebanon berada di bawah kendali tim Saad al-Hariri, dan mereka mendukung tindakan bank tersebut. Perlu dicatat bahwa kekuatan Riad Salameh, Gubernur Bank Sentral Lebanon, bahkan lebih besar daripada perdana menteri dan presiden, dan Amerika telah memperingatkan otoritas Lebanon bahwa setiap upaya menciptakan masalah dalam pekerjaan dan rencana orang ini (Riad Salameh), bisa sangat merugikan mereka,” kata Reza Mohtashamipour, pakar ekonomi internasional.
Inisiatif Hizbullah untuk mentransfer bahan bakar dari Iran ke Lebanon dan mengelola krisis bahan bakar di negara itu berhasil menggagalkan kebijakan pengepungan AS terhadap Lebanon.
"Krisis bahan bakar di Lebanon tidak terpengaruh oleh sanksi AS, tetapi oleh intervensi AS dalam sistem perbankan Lebanon," tambahnya.
Mengingat situasi ini, sejumlah tokoh Lebanon percaya bahwa pengiriman kapal bahan bakar Iran ke Lebanon adalah kegagalan kebijakan pengepungan dan intervensi AS di negara itu.
"Pengerahan kapal tanker Iran ke Lebanon mematahkan pengepungan Amerika terhadap Lebanon dan menempatkan semua orang pada pekerjaan yang telah dilakukan," kata mantan Menteri Luar Negeri Lebanon Adnan Mansour.
Anggota parlemen Lebanon Hassan Fadlallah juga mengatakan bahwa sementara Lebanon bersiap untuk menerima minyak (bahan bakar minyak) Iran dengan kedatangan kapal pertama, pengepungan AS mulai gagal dan opsi telah dibuka untuk meringankan krisis Lebanon.
Penting untuk dicatat bahwa menyadari konsekuensi dari inisiatif Hizbullah semacam itu, Amerika menghubungi Presiden Lebanon Michel Aoun segera setelah pernyataan Sayid Hassan Nasrallah tentang pengiriman bahan bakar dari Iran ke Lebanon dan mempresentasikan rencana mereka.
Menurut rencana yang disampaikan oleh Duta Besar AS untuk Beirut Dorothy Shea, jaringan listrik dan gas Lebanon akan dipasok dari Yordania dan Mesir. Sementara itu, delegasi dari Kongres AS melakukan perjalanan ke Beirut untuk bertemu dengan Michel Aoun.
Tindakan ini menunjukkan bahwa Washington telah menyadari kegagalan kebijakannya dalam pengepungan ekonomi Lebanon dan bahwa ia tidak mampu mengalahkan Hizbullah, yang mematahkan pengepungan Amerika Serikat dengan kapal-kapal Iran.