Sep 23, 2021 23:39 Asia/Jakarta
  • Raja Salman bin Abdul Aziz
    Raja Salman bin Abdul Aziz

Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz dalam pidato virtual di Majelis Umum PBB dengan nada kompromis mengklaim Riyadh berusaha membangun kepercayaan dengan Iran.

Sejak berkuasa Januari 2015 hingga kini, Raja Salman telah mengubah wajah politik Arab Saudi. Kurang dari setahun setelah menjadi orang nomor satu di negara petro dolar ini, Raja Salman menempatkan putranya Mohammed sebagai putera mahkota yang menyalahi tradisi yang selama ini dipegang kuat dinasti Al Saud. Tidak hanya itu, sejumlah peristiwa besar terjadi  di Arab Saudi, termasuk agresi militer ke Yaman Yaman sejak Maret 2015, insiden Mina pada September 2015, dan eksekusi mati ulama terkemuka Syiah, Sheikh Nimr Baqir al-Nimr di hari pertama, Januari 2016.

Ketiga peristiwa ini dan reaksi beberapa orang di dalam Iran terhadap konsulat Saudi menyebabkan Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Tehran. Hubungan politik antara Iran dan Arab Saudi telah terputus tiga kali, sekali sebelum Revolusi Islam dan dua kali setelah kemenangan Revolusi Islam.

Setelah hubungan Arab Saudi dengan Iran terputus, naiknya Donald Trump ke tampuk kekuasaan di Amerika Serikat dan keberhasilan Iran serta poros perlawanan di kawasan semakin mempertajam perselisihan antara Riyadh dan Tehran.

Tampaknya, Arab Saudi sangat tidak puas dan marah dengan pergeseran perimbangan kekuatan yang menguntungkan Iran, sehingga memihak rezim Riyadh berada dalam satu gerbong dengan Israel dalam gerakan anti-Iran, dan mendukung Trump keluar dari kesepakatan nuklir JCPOA.

 

Mohammed bin Salman

 

Sekitar enam tahun kemudian, intonasi para pejabat Saudi terhadap Republik Islam Iran mengalami perubahan sedikit melunak. Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Saudi, yang sebelumnya secara eksplisit menyatakan bahwa perang dan ketidakamanan di kawasan Asia Barat harus dialihkan ke Iran menyebut adanya perubahan posisi yang jelas pada April 2021 dengan mengatakan,“Iran adalah negara tetangga dan kami berharap menjalin hubungan baik,"

Lima bulan setelah Putra Mahkota Saudi membuat pernyataan ini, Raja Salman bin Abdul Aziz secara terbuka menggunakan nada perdamaian terhadap Iran di Majelis Umum PBB dengan mengatakan, "Iran adalah tetangga kami dan kami berharap negosiasi dengan negara ini akan mengarah pada pembangunan kepercayaan,". 

Tampaknya apa yang mengubah nada pejabat Saudi terhadap Republik Islam Iran adalah perubahan dalam pemerintahan AS, biaya besar yang harus dibayar Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir untuk kebijakan luar negeri yang konfrontatif dan kacau di kawasan, dan melemahnya posisi regionalnya di kawasan Asia Barat.

Republik Islam Iran juga menyambut baik dimulainya pemulihan hubungan dengan Arab Saudi. Bahkan, beberapa putaran pembicaraan diadakan antara pejabat Iran dan Saudi yang diselenggarakan oleh Irak, yang menunjukkan keinginan kedua belah pihak untuk mengurangi ketegangan dan bergerak untuk meningkatkan hubungan bilateral.

Hossein Sadeghi, Duta Besar Iran untuk Arab Saudi sebelum ditarik ke Tehran, percaya bahwa kedua pihak saling membutuhkan satu sama lain secara internal, regional dan internasional, sehingga kedua negara harus mengambil langkah bersama untuk menghidupkan kembali hubungan bilateral dan mengurangi ketegangan.

Meskipun kedua negara bergerak untuk menghidupkan kembali hubungan, masalah utamanya adalah kurangnya kepercayaan antara Tehran dan Riyadh. Sebab, penekanan Raja Salman untuk membangun kepercayaan di Iran juga mengandung ketidakpercayaan.

Ketidakpercayaan ini bukan hanya karena perbedaan identitas agama, tetapi juga karena wilayah konflik antar pihak di kawasan. Yaman adalah salah satu daerah yang mempengaruhi pergerakan kedua negara ke arah upaya menghidupkan kembali hubungan bilateral.

Salman bin Abdul Aziz, dalam pidato virtualnya di Majelis Umum PBB, menyampaikan tiga poin tentang Yaman yaitu: prakarsa perdamaian Arab Saudi untuk Yaman dapat membawa perdamaian ke negara itu, Ansarullah menentang solusi damai, dan mengancam transportasi laut; dan Ansarullah setiap hari menyerang tempat-tempat sipil di Arab Saudi.

Pernyataan raja Salman yang menyudutkan Ansarullah tidak dibarengi dengan jawaban mengapa Arab Saudi melancarkan agresi militer ke Yaman yang memicu perlawanan dari pihak Ansarullah, militer dan rakyat negara tetangganya itu.(PH)

Tags