Sidang Pertama Parlemen Irak, Awal dari Periode Sulit dan Penuh Tantangan
Sidang pertama parlemen Irak yang digelar hari Minggu (09/01/2022) menunjukkan bahwa periode baru di negara ini akan semakin sulit dan menantang.
Parlemen Irak yang baru bersidang pada hari Minggu, tiga bulan setelah pemilihan umum parlemen. Sidang parlemen pertama digelar setelah beberapa jam istirahat.
Jeda beberapa jam di sidang pertama parlemen Irak menunjukkan bahwa masih ada perbedaan politik di dalam negeri dan di dalam parlemen. Ini menjadi sangat jelas setelah ketegangan antara anggota parlemen.
Ketegangan yang terjadi di parlemen menciptakan banyak ambiguitas.
Meskipun dikatakan bahwa ketegangan muncul antara fraksi Sadr dan perwakilan dari Kerangka Koordinasi Syiah, para pemimpin kedua fraksi mengutuk kejadian kemarin di parlemen dan meminta pengadilan untuk menyelidiki insiden ini.
Selain itu, dalam sidang hari Minggu, dua daftar telah diperkenalkan terkait fraksi mayoritas.
Baca juga: Eskalasi Lobi Politik Berbagai Kelompok Irak untuk Memilih Pejabat Baru
Kelompok Kerangka Koordinasi Syiah Irak (termasuk kelompok Syiah dan beberapa partai Sunni dan Kurdi yang memprotes hasil pemilihan parlemen) menyerahkan sebuah dokumen kepada ketua parlemen sementara yang isinya menyebutkan 88 nama anggota parlemen yang memperkenalkan dirinya sebagai fraksi mayoritas.
Pada saat yang sama, fraksi Sadr yang berafiliasi dengan gerakan Sadr menyerahkan dokumen berisi nama-nama 76 anggota parlemen kepada ketua sidang parlemen dan mengumumkan bahwa mereka adalah fraksi mayoritas.
Perilaku ini, bersama dengan ketegangan yang muncul di parlemen, menciptakan banyak ambiguitas tentang kemampuan berbagai kelompok untuk membentuk fraksi Akbar atau fraksi mayoritas parlemen.
Ada juga ambiguitas tentang reaksi kelompok-kelompok terhadap pembentukan fraksi mayoritas.
Sidang pertama parlemen Irak yang digelar hari Minggu (09/01/2022) menunjukkan bahwa periode baru akan sulit dan menantang.
Dalam nada yang sama, sumber-sumber berita melaporkan bahwa pada saat yang sama dengan sidang pertama parlemen Irak yang baru, pasukan Saraya al-Salam, yang berafiliasi dengan fraksi Sadr Irak, tiba di beberapa daerah di ibukota Baghdad untuk menangani keadaan situasi darurat.
Sidang hari Minggu disertai dengan kesepakatan anggota parlemen untuk mencalonkan Mohamed al-Halbousi sebagai ketua parlemen.
Dalam sesi pertama sidang parlemen, anggota baru parlemen Irak memilih Mohamed al-Halbousi sebagai ketua parlemen baru negara itu untuk kedua kalinya, dengan 200 suara melawan 14 suara Mahmoud al-Mashhadani.
Hakim al-Zamili dari fraksi Sadr ditunjuk sebagai wakil pertama dan Shahwan Abdullah dari Partai Demokratik Kurdistan Irak ditunjuk sebagai wakil kedua Mohamed al-Halbousi.
Pencalonan orang-orang ini sebagai Ketua dan Wakil Ketua Parlemen menunjukkan bahwa ada koordinasi antara Sadr, Koalisi al-Taqaddum dan Partai Demokratik Kurdistan, dan mungkin saja Sadr, dengan bantuan dua aliran ini dan beberapa kelompok Syiah, mencari pembentukan Fraksi Akbar dan Perdana Menteri Irak yang baru.
Baca juga: Al-Sadr Irak Tolak Tekanan Asing dalam Proses Pembentukan Pemerintah
Dalam hal ini, Muqtada al-Sadr, setelah sidang pertama Parlemen Irak, dalam sebuah pesan, menyebut pemilihan ketua dan dua wakil parlemen sebagai tanda pertama dari pemerintah mayoritas nasional dan ini adalah langkah pertama menuju pembangunan satu negara bebas dan Irak yang independen dan tanpa segala bentuk sektarianisme dan korupsi.
Akhirnya, sidang parlemen Irak hari Minggu menandai periode yang panjang dan sulit di negara itu. Pencalonan presiden baru, yang akan menerima dua pertiga mayoritas di parlemen, mungkin disertai dengan tantangan yang lebih serius.