Pembunuhan Berencana, Kejahatan Rezim Zionis terhadap Warga Palestina
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i122576-pembunuhan_berencana_kejahatan_rezim_zionis_terhadap_warga_palestina
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan bahwa 62 warga Palestina telah dibunuh oleh militer Zionis Israel sejak awal tahun ini karena meningkatnya ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Palestina.
(last modified 2025-09-24T10:07:51+00:00 )
Jun 04, 2022 12:44 Asia/Jakarta

Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan bahwa 62 warga Palestina telah dibunuh oleh militer Zionis Israel sejak awal tahun ini karena meningkatnya ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Palestina.

Tahun 2022 ditandai dengan konflik dan kekerasan dalam hubungan antara Palestina dan rezim Zionis. Akibat bentrokan ini, 62 warga Palestina gugur syahid.

Dalam beberapa hari terakhir saja, tiga pemuda Palestina, termasuk seorang wanita berusia 31 tahun, telah gugur syahid. Di antara 62 warga Palestina yang gugur syahid, 13 orang adalah anak-anak.

UNICEF

"Tiga belas anak Palestina telah terbunuh sejak awal tahun ini, hampir dua kali lipat dari jumlah tahun lalu," kata Adele Khader, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.

Militer rezim Zionis Israel menembak dan membunuh seorang anak Palestina berusia 14 tahun, Zayed Mohammad Saeed Ghanim, dari daerah Betlehem Jumat pekan lalu dalam pembunuhan terbaru mereka.

Dengan demikian, di antara orang-orang Palestina yang telah menjadi martir oleh militer Israel adalah warga sipil laki-laki, perempuan, anak-anak dan remaja.

Dari segi geografi kekerasan, rezim Zionis telah melakukan kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat, Quds yang diduduki dan Jalur Gaza.

Namun pertanyaan pentingnya adalah mengapa pada tahun 2022 tingkat kekerasan Zionis terhadap Palestina meningkat?

Faktor pertama adalah keadaan kabinet Zionis Israel yang rapuh.

Sekitar satu tahun telah berlalu sejak pembentukan kabinet bergilir Bennet-Lapid. Saat itu Juni 2021 ketika kabinet Bennett dibentuk dengan partisipasi berbagai partai dan ide yang beragam.

Hanya beberapa bulan kemudian, kerapuhan kabinet baru Israel menjadi jelas. Dalam dua bulan terakhir, spekulasi tentang kemungkinan runtuhnya kabinet lebih awal juga meningkat.

Untuk itu, kekerasan terhadap Palestina meningkat, karena di satu sisi kabinet Bennett berusaha, seperti Benjamin Netanyahu, mengalihkan opini publik dari kelemahan kabinet ke masalah Palestina.

Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan bahwa 62 warga Palestina telah dibunuh oleh militer Zionis Israel sejak awal tahun ini karena meningkatnya ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Palestina.

Faktor kedua dalam hal ini adalah peningkatan persatuan nasional di antara orang-orang Palestina dan penguatan tekad mereka untuk melawan dan menghadapi kejahatan rezim pendudukan di al-Quds.

Puluhan Zionis tewas dan terluka sebagai akibat dari operasi individu pemuda Palestina di dalam wilayah pendudukan.

Perdana Menteri Rezim Zionis menganggap pergerakan rakyat Palestina, terutama penguatan perlawanan, sebagai faktor penting dalam melemahkan kabinetnya, dan untuk menghadapi situasi ini, ia telah mengintensifkan kekerasan dan pembunuhan terhadap warga Palestina.

Dalam hal ini, Perdana Menteri Palestina Mohammed Ashtia mengumumkan bahwa rezim Zionis melakukan pembunuhan berencana untuk mempertahankan "kohesi rapuh" kabinet Perdana Menteri Naftali Bennett.

Faktor ketiga adalah terkait dengan situasi regional dan internasional.

Krisis di Ukraina telah menjadi isu utama dalam sistem global sejak Februari. Rezim Zionis telah menggunakan krisis di Ukraina sebagai kesempatan untuk mengintensifkan kekerasan dan kejahatan terhadap Palestina.

Di sisi lain, di tingkat regional, sambil memperkuat hubungan negara-negara seperti UEA dan Bahrain dengan rezim Zionis, Turki juga menghidupkan kembali hubungan dengan rezim ini, dan sekarang hubungan antara Tel Aviv dan Riyadh lebih terbuka dari sebelumnya.

Upaya normalisasi hubungan dengan rezim Zionis

Situasi di kawasan dan dunia ini menyebabkan rezim Zionis mengejar kecenderungan ekspansionisnya dengan pikiran yang lebih santai. Dengan demikian, rezim Zionis meningkatkan kejahatan terhadap Palestina dengan cara yang “tertarget”, yang salah satu akibatnya adalah gugur syahidnya 62 warga Palestina hanya dalam 5 bulan.(sl)