Pidato Terbaru Sekjen Hizbullah Lebanon Bongkar Agenda Musuh
Sayid Hassan Nasrullah, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon menyampaikan pidato peringatan kesyahidan para komandan perlawanan; Sheikh Ragheb Harb, Sayid Abbas Mousavi serta Haji Emad Mughniyeh, dan menjelaskan tujuan musuh perlawanan.
Poin pertama pidato terbaru Sekjen Hizbullah Lebanon menyoroti kekalahan musuh menghadapi Iran. Setelah tujuan musuh tidak terpenuhi dalam kerusuhan di Iran, mereka mencoba mempengaruhi partisipasi rakyat dalam peringatan kemenangan Revolusi Islam Iran dengan propaganda yang luas. Tetapi tingginya partisipasi rakyat yang belum pernah terjadi sebelumnya menyebabkan kekalahan musuh.
Sayid Hassan Nasrullah dalam hal ini mengatakan,"Mereka yang mengira Republik Islam Iran akan runtuh, kalkulasi mereka didasarkan pada ilusi yang tidak bisa dijadikan dasar, sehingga perhitungan mereka salah dan gagal."
Poros kedua pidato Nasrullah difokuskan pada tujuan musuh terhadap Lebanon. Penggunaan ladang migas Lebanon secara sepihak dan ilegal oleh rezim Zionis adalah salah satu tindakan musuh terhadap negara ini.
Rezim dan Lebanon menandatangani perjanjian perbatasan maritim Oktober lalu. Namun karena penundaan kabinet Netanyahu yang tidak menerima perjanjian tersebut, perjanjian ini tidak menghasilkan apa-apa bagi Lebanon di bidang ekonomi. Nasrullah berkata, "Jika kami tahu ada penundaan dan janji palsu dalam masalah ekstraksi minyak dan gas di Lebanon, kami tidak akan pernah membiarkan Zionis mengekstraksi gas dari ladang itu, dan kami memperingatkan agar tidak ada penundaan dalam hal ini,".
Isu penting lainnya mengenai terciptanya kekacauan di Lebanon. Sekjen Hizbullah Lebanon percaya bahwa Amerika dan rezim Zionis sedang berusaha menciptakan kekacauan di Lebanon. Sebab, di satu sisi rezim Zionis sedang menghadapi krisis internal, bahkan mengancam keruntuhan rezim ini. Di sisi lain, campur tangan Washington dalam urusan internal Lebanon menjadi salah satu penyebab kebuntuan politik dalam pembentukan kabinet dan penentuan presiden baru.
Atas dasar itu, Sayid Hassan Nasrullah memperingatkan tentang konsekuensi kekacauan di Lebanon, dengan menekankan,"Amerika harus tahu, jika mereka ingin membawa Lebanon dalam kekacauan, ini berarti kita tidak akan duduk diam dan menyerang di podium ini terhadap Amerika. Jika ini terjadi, kami akan mengambil opsi perang dengan Israel. Saya katakan kepada Amerika, jika Anda ingin menciptakan kekacauan di Lebanon, Anda sedang mengharapkan kekacauan di seluruh kawasan, dan maksud saya Israel."
Tujuan penting lain yang dikejar musuh melawan Lebanon adalah membuat orang-orang tidak percaya pada otoritas Lebanon saat ini dan juga Hizbullah. Tujuan ini dikejar di masa lalu dan sekarang menjadi agendanya. Faktanya, musuh berusaha menempatkan Hizbullah sebagai penyebab kebuntuan politik yang sering terjadi serta masalah ekonomi di Lebanon.
Dalam konteks ini, Sekretaris Jenderal Hizbullah menekankan, "Sejak 2019, menyusul upaya baru Amerika Serikat untuk mengontrol Lebanon, negara kami kembali menjadi sasaran. Barack Obama sendiri, presiden Amerika Serikat saat itu, mengakui bahwa penggulingan rezim hanya membutuhkan kehancuran dan korupsi untuk memanipulasi opini publik, sehingga membuat orang kehilangan kepercayaan kepada pada pemimpin mereka, dan inilah yang dilakukan Joe Biden, presiden Amerika Serikat saat ini, hari ini."(PH)