Gencatan Senjata Diperpanjang atau Tidak, Berat Bagi Netanyahu
Perjanjian gencatan senjata dan perpanjangan dua hari yang ditandatangani antara Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas dan rezim Zionis Israel telah memasuki hari keenam dan terakhir pada hari Rabu, 29 November 2023.
Sebelumnya, sumber informasi mengumumkan kesiapan kedua belah pihak untuk menukar kelompok tahanan baru dan kemungkinan perpanjangan perjanjian gencatan senjata selama dua hari. Perwakilan Qatar, Mesir, Israel dan Amerika Serikat (AS) telah mendiskusikan perpanjangan gencatan senjata.
Pada Senin malam, rezim Zionis dan Hamas, dengPeran mediasi Mesir, Qatar dan AS, menyetujui perpanjangan gencatan senjata selama dua hari, yang telah berakhir pada hari Rabu, jika tidak diperpanjang lagi.
Pada Rabu pekan lalu, setelah beberapa hari perundingan tidak langsung, rezim Zionis dan kelompok perlawanan Palestina mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata sementara selama empat hari dan pertukaran tahanan.
Berdasarkan perjanjian pertukaran tahanan, tahap pertama yang mulai berlaku Jumat, 24 November 2023, sebagai imbalan atas pembebasan satu tahanan Zionis, tiga tahanan Palestina akan dibebaskan dari penjara Israel.
Kesepakatan ini menunjukkan kekuatan kelompok perlawanan Palestina, sebab, rezim Zionis terpaksa menerima syarat-syarat yang diajukan Hamas. Rezim Zionis mengakui bahwa mereka belum mencapai apa pun di Jalur Gaza. Israel gagal membebaskan para tahanannya melalui serangan militer, dan juga gagal menghancurkan Hamas.
Pertukaran tahanan membawa dampak beragam bagi kedua belah pihak. Pada pihak Palestina, pembebasan sejumlah tahanan Palestina telah "meredakan luka yang mendera tubuh warga Gaza yang berlumuran darah" dan sekaligus memperkuat persatuan rakyat Palestina.
Di sisi lain, pertukaran tahanan menjadi tantangan baru bagi rezim Zionis, khususnya kabinet ekstrem Zionis dan Benjamin Netanyahu secara pribadi.
Menurut surat kabar Haaretz, pernyataan dan keterangan para tahanan Israel yang dibebaskan, mengenai cara Hamas memperlakukan mereka merupakan pukulan fatal terhadap Netanyahu yang berusaha menggambarkan Hamas sebagai gerakan teroris yang ingin melenyapkan orang-orang Yahudi secara umum, namun keterangan para tahanan Israel tentang Hamas ini telah membuat pidato dan narasi-narasi palsu Netanyahu tentang Hamas bermasalah, dan wajah asli perlawanan Palestina pun terungkap.
Haaretz dengan mengutip salah satu tahanan Israel yang dibebaskan menulis, Yahya al-Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, bertemu dengan beberapa tahanan Israel di salah satu terowongan pada hari-hari pertama perang, dan meyakinkan mereka bahwa para tahanan tidak akan dirugikan dan mereka akan dikembalikan sebagai bagian dari perjanjian pertukaran.
Sebaliknya, tawanan perempuan Palestina yang baru-baru ini dibebaskan pada masa perjanjian antara Hamas dan rezim Zionis mengungkapkan penyiksaan yang mereka dan para tahanan Palestina lainnya alami oleh pasukan Zionis.
Selain itu, setelah investigasi surat kabar Zionis, Yedioth Ahronoth tentang keterlibatan militer Israel dalam pembunuhan pemukim Zionis, Channel 12 rezim ini menerbitkan wawancara dengan tentara perempuan Israel. Tentara perempuan ini kepada televisi tersebut mengatakan bahwa dia sendiri yang menembaki rumah para pemukim Zionis pada hari Sabtu, 7 Oktober 2023.
Di sisi lain, media rezim Zionis melaporkan kekhawatiran para pemukim Zionis di wilayah utara Palestina yang diduduki untuk kembali ke tempat tinggalnya karena ketakutan terhadap Hizbullah Lebanon.
Media Zionis juga mengungkap kemarahan warga Israel atas kegagalan Menteri Perang Israel untuk menjamin keamanan mereka. Kepada pejabat Israel, mereka mengatakan bahwa para pemukim tidak akan berada di "arena permainan tembak dan menjadi peran bebek" yang akan diburu oleh Hizbullah.
Terlepas dari kenyataan bahwa perbatasan Lebanon mengalami situasi damai bersamaan dengan diumumkannya gencatan senjata di Gaza, namun menurut pejabat Komite Pemukiman Zionis di wilayah al-Jalil di utara Palestina yang diduduki, kehidupan di sana menjadi mimpi buruk akibat pemboman, tembakan roket dan suara sirene tanda bahaya.
Di bawah pukulan Hizbullah Lebanon yang mendukung perlawanan Palestina di Gaza, lima pemukiman Zionis di utara Palestina yang diduduki dan dekat perbatasan Lebanon dievakuasi, dan 70.000 pemukim yang tinggal di sana juga melarikan diri ke pusat wilayah Palestina yang diduduki.
Melihat kasus-kasus tersebut, dapat dikatakan bahwa baik gencatan senjata dilanjutkan atau diakhiri, akan menimbulkan konsekuensi yang berat bagi rezim Zionis dan pemerintahan ekstremis Perdana Menteri Zionis Netanyahu. (RA)