Apakah Perilaku Ben-Gvir Tanda Runtuhnya Struktur Rezim Zionis?
Menteri Keamanan Internal rezim Zionis Israel Itamar Ben-Gvir tidak hanya menjadi menteri di kabinet rezim ilegal ini, tetapi dia kemana-mana dan ikut campur dalam segala urusan di pemerintahan, terutama kepolisian.
Ben-Gvir adalah orang yang pada hari-hari pertama menduduki jabatannya, bersama kelompok Zionis lainnya, masuk ke lokasi Masjid al-Aqsa dan melakukan tindakan yang provokatif dengan dukungan militer Israel.
Menurut Parstoday, surat kabar Israel, Haaretz menulis dalam sebuah artikel bahwa Ben-Gvir mengelola kepolisian dan telah mengubah kebijakan eksekutif di kepolisian. Dia memperlakukan orang-orang Arab dengan keras dan orang-orang Yahudi yang pergi ke Temple Mount dengan sembrono.
Reporter Haaretz, Josh briner dalam artikel tersebut mengatakan bahwa Ben-Gvir memberikan perintah kepada para perwira polisi untuk ikut campur dalam penunjukan dan promosi jabatan untuk para perwira kontroversial. Dia juga menciptakan ketakutan untuk oposisi dan menanamkan doktrin politiknya ke dalam kepolisian.
Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa instansi dan lembaga keamanan kini kecewa dengan tindakan Ben-Gvir, yang melebihi daripada seorang menteri dengan melakukan intervensi.
Setelah penangkapan pengunjuk rasa anti-pemerintah di Tel Aviv baru-baru ini atas perintah Ben-Gvir, sebuah sumber keamanan senior di Kepolisian Israel mengatakan, Tuan Menteri (Ben-Gvir) telah membuat takut semua komandan pasukan polisi, dan dia telah menduduki kepolisian.
Sabtu malam lalu, demonstrasi anti-pemerintah digelar di Tel Aviv seperti biasa di akhir pekan. Meski para pengunjuk rasa tidak memblokir satu jalan pun, namun pada pukul 22.00 waktu setempat, perintah aneh dikeluarkan di perempatan jalan Kaplan. Pasukan polisi dengan mobil penyemprot air melakukan aksinya.
Dalam insiden tersebut, 33 pria dan wanita ditangkap tanpa alasan, dan sejumlah besar demonstran dibubarkan oleh polisi dengan cara kekerasan.
Di sisi lain, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenejata Herzi Halevi memperingatkan bahwa pasukan Israel kekurangan 15 batalion untuk menjalankan tugasnya dalam perang.
Militer Israel berusaha mencari solusi sementara atas masalah ini dengan membentuk batalion yang terdiri dari pasukan cadangan.
Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menghabiskan lebih dari 40 miliar shekel, yaitu lebih dari 10,741 miliar dolar, untuk rekrutmen pasukan cadangan sejak awal perang di Jalur Gaza, yang telah sudah berlangsung sekitar 9 bulan. (RA)