Ketika Zionis Mengaku: Tentara Menangis dan Tak Ingin Pergi ke Gaza
(last modified Sun, 29 Jun 2025 03:45:06 GMT )
Jun 29, 2025 10:45 Asia/Jakarta
  • Tentara Zionis
    Tentara Zionis

Pars Today - Sebuah media Zionis, merujuk pada kondisi mental dan emosional yang sulit dari tentara Israel, mengakui bahwa orang-orang ini menangis dan tidak ingin pergi ke Gaza.

Beberapa psikolog dan analis politik mengatakan bahwa perang Gaza yang berlangsung lama dan kurangnya jadwal yang jelas untuk mengakhiri perang telah menyebabkan tentara Israel menderita penyakit mental mulai dari depresi, gangguan obsesif-kompulsif, dan kecenderungan bunuh diri hingga gangguan stres pascatrauma.

Menurut laporan Pars Today mengutip Mehr, Saluran 11 Israel, mengacu pada situasi mengerikan pasukan militer rezim Zionis, mengakui dalam sebuah laporan bahwa tentara Israel menangis dan tidak ingin pergi ke Gaza.

Menurut laporan ini, ibu dari seorang perwira senior Israel mengatakan kepada televisi Saluran 11 Israel, Tentara Israel menangis dan tidak ingin pergi ke Gaza. Ketika memasuki Gaza, mereka ingin kembali.

Sebelumnya, analis militer Israel Amos Hariel menulis di media berbahasa Ibrani Haaretz, Menurut panggilan telepon yang direkam dari tentara dan keluarga mereka kepada wartawan militer, unit tempur tentara sangat perlu beristirahat dan memulihkan diri.

Hariel menegaskan, Situasi militer di Gaza bukan sekadar kegagalan strategis, tetapi melemahnya pasukan darat secara terus-menerus telah mencapai titik di mana unit Golani terpaksa menggunakan senjata dan peralatan berkualitas rendah dalam menghadapi pasukan perlawanan elit.

Terkait hal ini, analis politik Fadl Tahboub juga mengatakan, Kondisi psikologis tentara Israel menjadi sangat buruk karena perang telah berlangsung lama dan tanpa tujuan. Secara tegas, tujuannya bukanlah untuk melindungi Israel atau mempertahankan jalan Israel, tetapi hanya untuk membunuh dan menghancurkan orang lain, dan ini telah menciptakan kondisi psikologis yang tidak tepat dalam tentara Israel.

Menurut laporan resmi Zionis, lebih dari 10.000 tentara menderita penyakit mental dan gangguan parah akibat berpartisipasi dalam perang.

Surat kabar Ibrani Haaretz juga baru-baru ini mengumumkan bahwa tentara rezim tersebut merekrut orang-orang dengan penyakit mental dan stres pascatrauma ke dalam pasukan cadangan untuk menutupi kekurangan tentara yang parah dan signifikan.(sl)