Krisis Israel | Meningkatnya Masalah Mental, Kesepian, dan Perceraian di Wilayah Pendudukan
Menjelang peringatan dua tahun operasi “Badai Al-Aqsa”, Asosiasi Bantuan Psikologis Israel mengumumkan bahwa sejak dimulainya perang Gaza hingga kini, mereka telah menerima lebih dari 637 ribu panggilan darurat, yang menunjukkan peningkatan luar biasa dalam kasus kecemasan, trauma, rasa kesepian, dan upaya bunuh diri di kalangan warga sipil maupun militer Israel.
Tehran, Parstoday- Kanal 13 televisi Israel melaporkan bahwa menjelang peringatan dua tahun operasi “Badai Al-Aqsa,” Asosiasi Bantuan Psikologis Israel (ERAN) pada hari Senin mengungkapkan dalam laporannya bahwa sejak dimulainya perang Gaza, angka yang tercatat merupakan yang tertinggi sejak asosiasi ini berdiri pada tahun 1971.
Berdasarkan laporan tersebut, rasa kesepian di kalangan warga Israel serta gangguan dalam hubungan interpersonal dan keluarga meningkat dua setengah kali lipat dibandingkan bulan-bulan awal perang Gaza. Pusat-pusat asosiasi ini mencatat sekitar 13 ribu upaya bunuh diri, sementara 12 ribu tentara Israel telah menghubungi pusat tersebut, sebagian besar karena kecemasan dan tekanan psikologis.
David Korn, Direktur Eksekutif Asosiasi Dukungan Psikologis Israel, mengatakan bahwa dalam dua tahun terakhir, krisis psikologis di kalangan warga Israel semakin parah dan telah menjebak mereka dalam lingkaran penderitaan mental yang mendalam. Korn memperingatkan bahwa dampak psikologis perang Gaza akan jauh lebih besar di tahun-tahun mendatang, karena warga Israel akan terus menanggung beban berat berupa kelelahan mental yang berkepanjangan, kecemasan eksistensial, dan rasa kesepian yang semakin meningkat.
Sementara itu, Shiri Daniels, dokter dan direktur internal Asosiasi Dukungan Psikologis Israel, juga menyampaikan keprihatinannya. Ia mengatakan bahwa data asosiasi menunjukkan penurunan ketahanan sosial dan keluarga yang terus-menerus serta meningkatnya risiko psikologis di kalangan kelompok rentan Israel.
Daniels menegaskan bahwa “kecemasan eksistensial dan penderitaan diam-diam” telah merusak kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ia menambahkan:
“Mengingat bahwa keadaan darurat permanen akibat perang yang berkepanjangan secara alami menciptakan kondisi yang tak tertahankan bagi kesehatan mental manusia, seiring waktu, kerusakan sistemik akibat perang ini dapat memicu krisis baru dalam kemampuan pemulihan psikologis, pemrosesan pengalaman, serta pemulihan rasa percaya terhadap dunia sebagai tempat yang aman.”
Peringatan ini muncul sekitar satu bulan setelah Departemen Rehabilitasi Kementerian Pertahanan Israel mengungkapkan bahwa sejak dimulainya perang Gaza, lebih dari 20 ribu tentara Israel yang terluka telah dirawat di bagian rehabilitasi, dan sekitar 56 persen dari mereka mengalami gangguan psikologis serius. Selain itu, jumlah total tentara Israel yang terluka telah mencapai lebih dari 80 ribu orang, di mana 31 ribu di antaranya menderita gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Sejalan dengan itu, media-media Israel juga melaporkan bahwa dampak negatif perang Gaza semakin terasa berat: banyak tentara Israel mengalami depresi berat, tingkat perceraian di kalangan mereka meningkat tajam, dan anak-anak para tentara tersebut juga mengalami trauma dan gangguan psikologis serius.(PH)