Mengapa Perjanjian Mengakhiri Perang Gaza Kemenangan Besar bagi Hamas?
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i178042-mengapa_perjanjian_mengakhiri_perang_gaza_kemenangan_besar_bagi_hamas
Pars Today - Akhirnya, pada awal tahun ketiga genosida di Gaza, sebuah kesepakatan dicapai melalui negosiasi tidak langsung antara Hamas dan Israel, dengan melibatkan Mesir, Turki, Qatar, dan Amerika Serikat, sehingga perang Gaza resmi berakhir.
(last modified 2025-10-11T03:30:46+00:00 )
Okt 11, 2025 10:29 Asia/Jakarta
  • Anggota Hamas
    Anggota Hamas

Pars Today - Akhirnya, pada awal tahun ketiga genosida di Gaza, sebuah kesepakatan dicapai melalui negosiasi tidak langsung antara Hamas dan Israel, dengan melibatkan Mesir, Turki, Qatar, dan Amerika Serikat, sehingga perang Gaza resmi berakhir.

Kesepakatan untuk mengakhiri perang Gaza dianggap sebagai kemenangan bagi Hamas dan kekalahan bagi rezim Zionis karena berbagai alasan.

Rezim Zionis telah melakukan genosida yang belum pernah terjadi sebelumnya selama dua tahun dengan tujuan menghancurkan Hamas dan menduduki Gaza. Setelah dua tahun, Hamas belum dihancurkan, dan rezim terpaksa mencapai kesepakatan dengan Hamas untuk mengakhiri perang.

Di sisi lain, dengan berakhirnya perang, gelombang pengungsi juga mulai kembali ke Gaza. Dengan demikian, rencana-rencana seperti pemindahan paksa penduduk Gaza dan pendudukan penuh jalur ini juga dibatalkan.

Beberapa ketentuan dalam perjanjian ini juga merupakan pencapaian penting bagi Hamas. 20 tahanan Israel akan dibebaskan dengan imbalan sekitar 2.000 tahanan Palestina, termasuk 250 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup. Klausul ini disepakati dalam situasi di mana Netanyahu mencoba membebaskan sandera Israel melalui aksi militer selama dua tahun perang, tetapi akhirnya terpaksa menerima kesepakatan politik.

Berdasarkan perjanjian ini, militer Zionis harus mundur dari wilayah Gaza yang diduduki. Ini merupakan pencapaian penting karena Netanyahu dan kabinetnya telah menetapkan tujuan terpenting mereka sebagai pendudukan penuh atas Gaza.

Klausul penting lainnya dalam perjanjian ini adalah administrasi Gaza oleh Palestina. Para kritikus Netanyahu di Wilayah Pendudukan percaya bahwa menyetujui administrasi Gaza oleh Palestina berarti pengakuan negara Palestina oleh Amerika Serikat dan Israel. Bahkan, para kritikus percaya bahwa klausul perjanjian ini berarti keberhasilan upaya global untuk membentuk negara Palestina yang merdeka.

Isu penting lainnya terkait dengan pelucutan senjata Hamas. Meskipun Amerika Serikat dan Israel ingin Hamas melucuti senjatanya, belum ada kesepakatan yang dicapai terkait hal ini. Juru Bicara Hamas Hazem Qassem, mengatakan dalam hal ini bahwa Hamas tidak akan menyerahkan senjatanya dan akan menggunakannya untuk membela Palestina.

Yang penting, terdapat kekhawatiran besar bahwa Amerika Serikat dan Israel tidak dapat dipercaya dan bahwa setelah pembebasan sandera Israel, mereka mungkin akan memulai kembali perang di Gaza dengan tujuan menghancurkan Hamas dan menduduki Gaza sepenuhnya.

Meskipun ketidakpercayaan terhadap Amerika Serikat dan Israel merupakan isu yang nyata dan terbukti, melanggar perjanjian dan memulai kembali akan menjadi pukulan telak bagi posisi global Amerika. Pada saat yang sama, hal itu tidak akan memengaruhi situasi militer Hamas karena Hamas belum melucuti senjatanya dan dapat terus memerangi Zionis.

Poin terakhir adalah, berakhirnya perang Gaza terjadi pada bulan Oktober. Operasi Penyerbuan Al-Aqsa juga dilaksanakan pada bulan Oktober 2023. Berakhirnya perang tidak datang dengan kemenangan militer Israel, tetapi dengan perlawanan dan keteguhan rakyat Gaza.

Mahmoud Mardawi, salah satu pemimpin senior Hamas mengatakan, "Gaza menang dengan kegigihan dan persatuan, serta memaksakan kehendaknya kepada musuh yang menindas. Perjanjian gencatan senjata ini bukanlah bantuan dari siapa pun, melainkan buah dari kegigihan legendaris rakyat kami, terutama para pejuang di Gaza, dan hasil dari pengorbanan dan kepahlawanan besar yang menciptakan epik 7 Oktober."(sl)