Mengapa AS Menuntut Pelucutan Senjata Kelompok Perlawanan Irak?
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i178784-mengapa_as_menuntut_pelucutan_senjata_kelompok_perlawanan_irak
Pars Today - Setelah Hamas dan Hizbullah, AS menyerukan pelucutan senjata kelompok-kelompok perlawanan Irak.
(last modified 2025-10-23T03:21:08+00:00 )
Okt 23, 2025 10:19 Asia/Jakarta
  • Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio
    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio

Pars Today - Setelah Hamas dan Hizbullah, AS menyerukan pelucutan senjata kelompok-kelompok perlawanan Irak.

Menurut Pars Today, Tommy Pigott, Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, mengumumkan pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri Marco Rubio menyerukan pelucutan senjata kelompok-kelompok perlawanan negara Irak dalam percakapan dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia' al-Sudani, mengklaim bahwa mereka merupakan ancaman bagi kepentingan Washington-Baghdad.

Sejalan dengan kepentingan dan kebijakan Washington yang menyerukan pelucutan senjata kelompok-kelompok perlawanan di Palestina dan Lebanon, termasuk Hamas dan Hizbullah, demi Israel, meskipun kelompok-kelompok perlawanan Irak ini independen, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS menyerukan pelucutan senjata kelompok-kelompok perlawanan Irak dengan mengulangi klaim tentang pengaruh regional Iran dan kelompok-kelompok ini.

Pigott menyatakan, "Rubio menekankan perlunya pelucutan senjata milisi yang didukung Iran. Lelompok-kelompok yang merongrong kedaulatan Irak, mengancam nyawa dan kepentingan warga negara Amerika dan Irak, serta menjarah sumber daya Irak untuk kepentingan Iran."

Menurutnya, Menteri Luar Negeri menekankan komitmen Amerika Serikat untuk bekerja sama erat dengan mitra-mitra Irak guna memajukan kepentingan bersama antara Washington dan Baghdad, termasuk melindungi kedaulatan Irak, memperkuat stabilitas regional, dan memperkuat hubungan ekonomi antara kedua negara.

Untuk melindungi kepentingannya di Irak dan memastikan keamanan Israel, Amerika Serikat telah berulang kali mengajukan klaim terhadap perlawanan Irak dan menyerukan pelucutan senjata kelompok-kelompok ini.

Secara umum, tuntutan AS untuk pelucutan senjata kelompok-kelompok perlawanan di Irak diajukan dengan klaim untuk mengurangi pengaruh Iran di Irak, menjamin keamanan pasukan Amerika dan kepentingan mereka, serta memperkuat kedaulatan pemerintah Irak. Namun, di balik klaim dan alasan yang tampak dari Amerika Serikat dalam hal ini, terdapat tujuan strategis yang lebih besar yang menunjukkan persaingan antara Amerika Serikat dan Iran di kawasan:

Melemahkan "Poros Perlawanan":

Kelompok-kelompok perlawanan di Irak merupakan salah satu pilar penting Poros Perlawanan. Melucuti senjata kelompok-kelompok ini berarti melemahkan Front Perlawanan dan mengubah keseimbangan kekuatan yang menguntungkan Amerika Serikat dan sekutunya, seperti Israel.

Menetapkan rencana "Timur Tengah Baru":

Beberapa analis meyakini bahwa dorongan perlucutan senjata merupakan bagian dari rencana yang lebih besar untuk mendesain ulang tatanan keamanan regional dengan nama "Timur Tengah Baru". Rencana ini pada akhirnya dapat melemahkan integritas negara-negara seperti Irak dan mengurangi hambatan bagi perluasan pengaruh rezim Zionis.

Menciptakan keseimbangan menjelang penarikan pasukan:

Dengan dimulainya negosiasi penarikan pasukan Amerika dari Irak, Washington berusaha memastikan bahwa sekutu regionalnya (terutama Kurdi di Irak utara) tidak berada dalam posisi lemah sebelum meninggalkan negara itu. Melucuti senjata kelompok-kelompok perlawanan Irak diperlukan dalam pandangan Washington dalam hal ini.

Kebijakan AS ini telah menuai reaksi keras dan dapat menimbulkan konsekuensi keamanan yang serius:

Reaksi keras dari kelompok-kelompok perlawanan:

Para pemimpin kelompok-kelompok ini secara tegas menolak permintaan penyerahan senjata, menyebutnya sebagai "tuntutan Zionis-Amerika". Mereka menganggap senjata mereka sebagai amanah yang mereka gunakan untuk mempertahankan negara dan tempat-tempat suci ketika tentara Irak gagal melawan ISIS.

Meningkatnya ketegangan internal di Irak:

Hal ini menempatkan pemerintahan Perdana Menteri Irak Muhammad Shia' Al-Sudani dalam posisi yang sulit. Di satu sisi, ia berada di bawah tekanan berat dari AS, dan di sisi lain, ia tidak dapat mengabaikan tuntutan kelompok-kelompok perlawanan. Ketegangan ini dapat menyebabkan perpecahan politik di Baghdad.

Risiko kembalinya terorisme:

Banyak analis memperingatkan bahwa melemahkan kelompok-kelompok ini, yang memiliki sejarah kuat dalam memerangi ISIS, dapat melemahkan struktur pertahanan Irak terhadap kebangkitan terorisme Takfiri dan mengulangi skenario 2014.

Kesimpulan

Singkatnya, tuntutan AS untuk melucuti senjata kelompok-kelompok perlawanan di Irak bukan sekadar permintaan keamanan. Dengan melakukan hal ini, Washington sekaligus mengupayakan keamanan pasukan dan sekutunya, melemahkan rival regionalnya, dan merancang peta baru keamanan Asia Barat yang sejalan dengan kepentingan Washington dan Tel Aviv. Namun, keberhasilan strategi ini bergantung pada faktor-faktor kompleks, termasuk ketahanan kelompok perlawanan Irak, keputusan pemerintah Irak, dan perkembangan masa depan di kawasan tersebut.(sl)