Zionis Terus Membunuh Anak Gaza dengan Menyisipkan Bom dalam Boneka
-
Anak Gaza
Pars Today - Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza mencatat bahwa bantuan medis yang tiba di Jalur Gaza hanya memenuhi kurang dari 10 persen kebutuhan, dan mengumumkan, "Zionis telah menanam bom di mainan anak-anak, yang menyebabkan cedera parah dan amputasi."
Menurut laporan IRIB hari Sabtu (08/11/2025), sementara krisis kemanusiaan di Jalur Gaza berlanjut setelah gencatan senjata dan rezim pendudukan tidak mengizinkan bantuan yang cukup untuk masuk ke Jalur Gaza, Dr. Munir Al-Barsh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan dalam pidatonya tentang bencana kesehatan di Jalur Gaza bahwa sekitar 20.000 pasien perlu dipindahkan ke luar Gaza untuk perawatan karena tidak ada fasilitas medis di rumah sakit di sini, yang hancur total dan mengalami kekurangan obat-obatan dan peralatan yang parah.
Situasi menyedihkan yang dialami pasien dan dokter di Gaza
Dr. Munir Al-Barsh, dalam wawancara dengan Al-Quds Al-Arabi menyatakan, “Meskipun banyak korban luka dan sakit di Jalur Gaza perlu dievakuasi, otoritas Zionis yang telah mengepung Gaza hanya mengizinkan sebagian kecil dari mereka untuk pergi, dan ini dilakukan secara tidak teratur. Penderitaan korban luka dan sakit di Gaza diperparah dengan penutupan perlintasan Rafah yang terus berlanjut, yang merupakan pelanggaran nyata terhadap perjanjian gencatan senjata.”
“Penjajah terus menutup perlintasan di Gaza, dan selain mencegah keluarnya korban luka dan sakit, mereka juga tidak mengizinkan masuknya banyak obat-obatan dan pasokan medis penting. Obat-obatan dan peralatan medis yang telah sampai ke Kementerian Kesehatan sejak perjanjian gencatan senjata hanya memenuhi 10 persen dari kebutuhan mendesak kami, dan hanya 60 truk yang membawa pasokan medis telah mencapai Gaza sejak gencatan senjata dimulai, yang jumlahnya sangat sedikit,” imbuhnya.
Pejabat kesehatan Gaza ini mengatakan, "Sementara itu, tenaga medis menghadapi tekanan berat, karena jumlah pasien dan korban luka jauh melebihi kapasitas rumah sakit, dan di samping itu, penjajah telah menewaskan puluhan tenaga medis sejak awal perang."
Dr. Al-Barsh mengatakan, "Beban kerja berat yang dibebankan kepada staf medis yang tersisa telah sangat melelahkan mereka, dan mereka terpaksa bekerja tanpa istirahat dan tanpa henti selama dua tahun. Kami juga menghadapi kekurangan peralatan bedah yang parah, dan sistem perawatan kesehatan membutuhkan banyak obat-obatan dan perlengkapan untuk ruang operasi dan ruang anestesi, serta obat-obatan anestesi."
"Selama perang, tim medis harus melakukan operasi di koridor rumah sakit karena ruang operasi tidak cukup untuk menampung sejumlah besar korban luka yang tiba di rumah sakit pada saat yang bersamaan, dan di samping itu, banyak operasi dilakukan tanpa anestesi," ujarnya.
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, "Konsekuensi perang memiliki dampak jangka panjang bagi Gaza dan penduduknya, yang menimbulkan ancaman serius bagi masyarakat, terutama anak-anak. Masih terdapat sejumlah besar amunisi dan bom yang belum meledak di antara reruntuhan rumah yang hancur, dan sejumlah besar roket yang belum meledak juga berada di bawah reruntuhan."
Israel bunuh anak-anak dengan boneka yang disisipi bom
Dr. Al-Barsh mengatakan, Para penjajah juga melanjutkan tindakan kriminal mereka dengan menanam bom kecil di dalam mainan anak-anak. Dalam hal ini, sejumlah besar anak-anak yang terluka telah dibawa ke rumah sakit akibat ledakan bom yang ditanam di dalam boneka-boneka tersebut saat bermain dengan boneka mereka.
Pejabat kesehatan Gaza ini menyatakan, Banyak dari anak-anak ini yang anggota tubuhnya diamputasi akibat ledakan ini. Pasukan pendudukan sengaja menanam bom di dalam boneka dan boneka beruang yang meledak dengan cepat ketika anak-anak mengambilnya.
Sementara itu, Mahmoud Bassal, Juru Bicara Otoritas Pertahanan Sipil Gaza, mengatakan kepada Pusat Hak Asasi Manusia, "Penilaian menunjukkan bahwa terdapat 71.000 ton bahan peledak dan persenjataan yang belum meledak di Jalur Gaza, yang menimbulkan ancaman signifikan terhadap nyawa warga sipil."
"Selama operasi pembersihan, kami menghadapi banyak bahaya, karena setiap langkah yang salah dapat menyebabkan ledakan besar yang akan sangat membahayakan nyawa tim pertahanan sipil dan warga sipil. Banyak kasus sisa-sisa persenjataan yang belum meledak telah ditemukan di dalam bangunan tempat tinggal, jalan, dan area pertanian, yang menjadikan setiap operasi penyelamatan atau pembersihan menjadi upaya yang mematikan," pungkasnya.(sl)