Pelanggaran Gencatan Senjata Berulang: Strategi rezim Zionis yang gagal Menghadapi Muqawama
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i180122-pelanggaran_gencatan_senjata_berulang_strategi_rezim_zionis_yang_gagal_menghadapi_muqawama
Pars Today – Rezim Zionis Israel dengan melanjutkan serangan militernya, terus melanggar gencatan senjata di Jalur Gaza dan perbatasan Lebanon.
(last modified 2025-11-11T12:30:18+00:00 )
Nov 11, 2025 19:25 Asia/Jakarta
  • Gaza
    Gaza

Pars Today – Rezim Zionis Israel dengan melanjutkan serangan militernya, terus melanggar gencatan senjata di Jalur Gaza dan perbatasan Lebanon.

Rezim Zionis telah melancarkan serangan pesawat tak berawak (drone) di sekitar kawasan Al-Hamira, yang terletak di selatan Lebanon. Serangan dan pelanggaran terhadap wilayah kedaulatan Lebanon ini terjadi di tengah keprihatinan atas pelanggaran berulang terhadap kedaulatan negara tersebut, yang disertai keheningan mengkhawatirkan dari komunitas internasional, serta meningkatnya kekhawatiran mengenai penargetan langsung terhadap warga sipil dan infrastruktur perkotaan.

 

Kantor Media Pemerintah Palestina di Jalur Gaza juga mengeluarkan pernyataan bahwa pasukan pendudukan Zionis telah melanggar perjanjian gencatan senjata di Gaza sebanyak 282 kali sejak diberlakukan. Dalam pernyataan itu disebutkan bahwa sejak dimulainya gencatan senjata, 242 warga Palestina telah gugur dan lebih dari 620 orang lainnya terluka, yang merupakan pelanggaran nyata terhadap seluruh norma dan instrumen hukum internasional yang diakui.

 

Organisasi Internasional Euro-Med Human Rights Monitor juga menyatakan bahwa rezim Israel terus melakukan kejahatan genosida terhadap warga sipil di Gaza dengan berbagai cara, serta telah menciptakan kondisi hidup yang sangat sulit bagi lebih dari dua juta warga Palestina.

 

Rezim Zionis, dengan alasan politik, militer, dan ideologis, terus melanggar gencatan senjata di Lebanon dan Gaza. Tujuan utama tindakan ini adalah melemahkan perlawanan dan memaksakan kehendaknya terhadap pihak lawan. Sejumlah analis menilai bahwa langkah-langkah tersebut merupakan bagian dari proyek kaum ekstremis Zionis untuk mengubah struktur demografis Gaza dan Tepi Barat.

 

Dukungan politik dan militer dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat juga memberikan keleluasaan bagi rezim Zionis untuk terus melanggar gencatan senjata tanpa rasa khawatir terhadap konsekuensi internasional. Lembaga-lembaga internasional, seperti Dewan Keamanan PBB dan Human Rights Watch, meskipun telah menerima berbagai laporan pelanggaran hak asasi manusia, tidak melakukan tindakan efektif untuk menghentikan agresi tersebut.

 

Kelompok-kelompok perlawanan di Palestina dan Lebanon, termasuk Hamas dan Hizbullah, telah berulang kali menyatakan komitmen mereka terhadap perjanjian gencatan senjata, namun menegaskan bahwa mereka akan menanggapi dengan tegas setiap agresi yang dilakukan oleh rezim Zionis. Pihak perlawanan menekankan bahwa perjuangan akan terus berlanjut hingga hak-hak rakyat Palestina — termasuk penghapusan blokade, pembebasan para tahanan, dan penghentian pembangunan permukiman ilegal — benar-benar terwujud.

 

Pelanggaran terhadap gencatan senjata bukan hanya merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional, tetapi juga mencerminkan strategi yang diadopsi oleh rezim Zionis dalam menghadapi gerakan perlawanan. Tindakan-tindakan ini telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang mendalam di Gaza dan Lebanon selatan.

 

Situasi kawasan berubah secara signifikan setelah Operasi Badai al-Aqsa, di mana kelompok-kelompok perlawanan berhasil mencapai keberhasilan besar dalam pertempuran melawan pasukan Zionis. Operasi ini menjadi titik balik dalam dinamika regional, yang secara fundamental mengubah peta keamanan dan politik di Asia Barat. Operasi tersebut tidak hanya mengejutkan rezim Zionis, tetapi juga meningkatkan posisi perlawanan di tingkat regional dan internasional.

 

Operasi Badai al-Aqsa semakin melemahkan legitimasi rezim Zionis dan menarik perhatian opini publik dunia terhadap penderitaan rakyat Palestina. Menghadapi kegagalan strategis dan lapangan dalam melawan perlawanan di Lebanon dan Palestina, rezim Zionis kini berulang kali melanggar gencatan senjata dengan harapan dapat memulihkan keseimbangan kekuatan yang telah runtuh melalui tekanan militer dan psikologis. Tindakan ini menunjukkan ketidakmampuan rezim tersebut untuk mencapai tujuan politik atau militer melalui jalur diplomatik maupun perang konvensional.

 

Pelanggaran gencatan senjata sebuah indikasi lemahnya strategi rezim Zionis di hadapan muqawama rakyat dan kawasan. Alih-alih mencapai apa pun, perilaku ini telah meningkatkan legitimasi perlawanan dan mengungkap wajah sebenarnya rezim Zionis di tingkat global. (MF)