Saudi Ingin Keluar dari Kubangan Buatannya Sendiri di Yaman
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i42790-saudi_ingin_keluar_dari_kubangan_buatannya_sendiri_di_yaman
Email-email yang bocor dan ditulis oleh dua mantan pejabat tinggi Amerika Serikat menunjukkan bahwa Putra Mahkota dan Menteri Pertahanan Arab Saudi "ingin" keluar dari perang yang ia mulai di Yaman.
(last modified 2025-10-16T09:55:45+00:00 )
Aug 15, 2017 15:52 Asia/Jakarta

Email-email yang bocor dan ditulis oleh dua mantan pejabat tinggi Amerika Serikat menunjukkan bahwa Putra Mahkota dan Menteri Pertahanan Arab Saudi "ingin" keluar dari perang yang ia mulai di Yaman.

Menurut email-email itu, Mohammad bin Salman menginginkan keluarnya Arab Saudi dari perang di Yaman yang dimulainya sendiri. Pengakuan ini diungkapkan kepada dua mantan pejabat Amerika Serikat: Martin Indyk, mantan Duta Besar AS untuk rezim Zionis Israel dan Stephen Hadley, mantan Penasihat Keamanan Nasional AS.

Berita mengenai keinginan para pejabat Arab Saudi untuk keluar dari perang di Yaman menunjukkan proses kegagalan negara ini dalam agresi ke negara tetangganya. Kondisi tersebut telah memaksa rezim Al Saud untuk mengakui kekalahannya dalam perang di Yaman.

Agresi militer Arab Saudi dan sekutunya ke Yaman yang memperoleh lampu hijau dari AS dimulai sejak Maret 2015. Invasi militer ini telah merenggut nyawa lebih dari 12.000 orang terutama anak-anak dan melukai belasan ribu lainnya.Agresi militer Arab Saudi ke Yaman juga menyebabkan kehancuran infrastruktur penting negara ini seperti rumah sakit, sekolah, bandara, pelabuhan, pabrik dan fasilitas publik lainnya.

Yaman saat ini juga diblokade dari darat, laut dan udara oleh pasukan agresor sehingga menambah penderitaan rakyat di negara ini. Meski demikian, rakyat Yaman tetap bersemangat untuk terus berjuang keras melawan pasukan agresor.

Koalisi pimpinan Arab Saudi telah mengerahkan seluruh kemampuan dan fasilitas militernya dan bahkan didukung oleh AS untuk mengagresi Yaman, namun hingga sekarang mereka gagal mencapai target yang diinginkan dalam agresi ini.

Mujtahid, aktivis politik Arab Saudi mengatakan, "Militer Arab Saudi –dari segi militer, politik dan intelijen– telah gagal dalam agresinya ke Yaman, dan Gerakan Ansarullah Yaman adalah pemenang dalam perang ini."

Arab Saudi memulai invasi militer ke Yaman sejak bulan Maret 2015 dan berharap perang ini akan secepatnya berakhir dengan kekalahan Gerakan Rakyat Yaman Ansarullah dan berkuasanya kembali Abd Rabbuh Mansur Hadi, Presiden Yaman yang telah mengundurkan diri.

Namun sayangnya, perang tidak berakhir dalam jangka pendek dan berlangsung hingga sekarang. Serangan udara terus-menerus Arab Saudi dan sekutunya ke Yaman dan pembunuhan belasan ribu warga sipil negara ini, yang dibarengi dengan dukungan kepada milisi al-Qaeda dan penyiapan kondisi untuk kehadiran kelompok teroris takfiri Daesh (ISIS) di Yaman menunjukkan kebingungan dan ketidakberdayaan rezim Al Saud dalam menghadapi perlawanan gigih rakyat revolusioner Yaman.

Ismail al-Hasani, pakar Yaman untuk urusan militer mengatakan, "Stategi militer Al Saud di kawasan telah gagal dan mereka sedang menghadapi kebingungan. Jika Arab Saudi ingin bunuh diri, mereka bisa malanjutkan serangannya ke Yaman."

Sementara dalam skala internasional, meningkatnya berbagai kejahatan dan kebiadaban Arab Saudi di Yaman akan membuat muak masyarakat internasional terhadap rezim Al Saud dan para pendukungnya.

Pada saat yang sama, meningkatnya kejahatan Arab Saudi di Yaman telah membuat rakyat negara ini bangkit dan bertekad untuk melawan pasukan agresor. Hal ini membawa pesan kepada Arab Saudi bahwa langkah-langkah untuk melayani ketamakan AS di kawasan harus dibayar dengan harga yang sangat mahal oleh rezim Al Saud.

Sebagian dari krisis ekonomi yang dihadapi Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir disebabkan menurunnya harga minyak, namun penyebab utama dari penurunan harga ini juga karena kebijakan pejabat Riyadh sendiri dan sekutunya. Sementara penyebab lainnya dari krisis tersebut adalah biaya besar perang di Yaman dan dukungan finansial kepada kelompok-kelompok teroris takfiri.

Sejumlah laporan menyebutkan bahwa agresi militer Arab Saudi ke Yaman setiap harinya menghabiskan dana sebesar 200 juta dolar. Oleh karena itu, para pejabat Riyadh mengingformasikan kepada Washington bahwa mereka tidak lagi mampu untuk melanjutkan perang di Yaman dalam jangka panjang, dan mereka meminta AS untuk membantu keluar dari kubangan yang mereka buat sendiri itu. (RA)