Des 19, 2018 17:26 Asia/Jakarta
  • Sistem Pertahanan Udara Suriah.
    Sistem Pertahanan Udara Suriah.

Surat kabar Kuwait, al-Ra'i mengutip seorang pejabat tinggi Suriah pada tanggal 15 Desember 2018 menyebutkan bahwa Angkatan Bersenjata Suriah akan terpaksa merespon setiap serangan rezim Zionis Israel sebagai bagian dari kebijakan baru yang diadopsi pasca insiden pesawat Rusia, Ilyushin Il-20 pada bulan September 2018.

Pejabat yang berbicara secara anonim itu mengatakan, serangan terhadap bandara di Suriah akan dibalas serangan ke bandara di Israel dan sebagainya.

 

Berdasarkan laporan al-Ra'I, Rusia telah memberi lampu hijau kepada Suriah untuk melakukan tindakan tersebut sebagai tanggapan terhadap serangan yang akan menghancurkan kemampuan militer Suriah atau membunuh penasehat militer asing yang mendukung militer negara Arab itu (SAA).

 

Sumber tersebut mengecam klaim rezim Zionis mengenai penghancuran kemampuan rudal Suriah. Menurutnya, Damaskus telah menerima rudal jarak menengah dan jarak jauh yang dipandu dengan sistem navigasi satelit Rusia, GLONASS, di mana SAA dapat menggunakan rudal ini untuk menanggapi serangan Israel.

 

Di sisi lain, delegasi militer rezim Zionis, yang baru-baru ini mengunjungi Moskow, mengeluh ke pihak Rusia bahwa Hizbullah di Suriah menggunakan bendera Rusia untuk mempertahankan posisi dan konvoi militernya dari serangan udara Israel, terutama posisi mereka di Hama, Homs, Idlib dan gurun tengah.

 

Pekan lalu, juru bicara milisi Jaysh al-Izza Mustafa Bakkor melontarkan klaim yang sangat mirip dengan kalim Israel. Menurut klaimnya, pasukan sekutu Suriah di utara Hama mengibarkan bendera Rusia di atas posisi mereka untuk "melindungi diri dari pemboman Israel."

 

Pertanyaannya adalah jika rezim Zionis benar-benar mampu mengidentifikasi posisi-posisi tesebut dan yakin bahwa tidak ada anggota pasukan Rusia di sana, apa artinya kehadiran bendera-bendera itu?

 

Sementara itu, kantor berita Anadolu Turki pada tanggal 15 Desember 2018 menyebutkan bahwa para pejabat Amerika Serikat telah memperingatkan pemberontak Suriah (FSA) untuk tidak berpartisipasi dalam operasi militer Turki yang akan datang di timur laut Suriah.

 

Dalam pesan yang dikirim ke faksi-faksi FSA, Amerika berjanji untuk menyerang kelompok mana pun yang akan berpartisipasi dalam serangan tersebut dan mengakhiri hubungannya.

 

Dalam beberapa hari terakhir, faksi-faksi FSA menyatakan siap untuk siap untuk berpartisipasi dalam operasi Turki mendatang dengan menyiapkan lebih dari 15.000 milisi.

 

Menanggapi hal itu, milisi Kurdi Suriah, YPG memperluas operasinya melawan pasukan yang dipimpin Turki di Afrin. Selama beberapa hari terakhir, YPG mengklaim telah membunuh lima tentara Turki dengan peluru kendali anti-tank di dekat desa Kimar. Mereka juga meledakkan kendaraan Divisi Sultan Murad di desa Qastal Miqdad dan menewaskan dua milisi dan melukai dua lainnya. Selain itu, YPG menewaskan empat anggota Sham Legion dan melukai lima lainnya di dekat desa Dersiwan dan Nebi Houri.

 

Pada 15 Desember 2018, YPG yang didukung AS bersumpah untuk merespon kuat terhadap serangan Turki. Milisi Kurdi ini mengklaim bahwa serangan Turki akan mengganggu operasi SDF melawan kelompok terotis takfiri Daesh (ISIS) di wilayah Hajin, Suriah timur. (RA)

 

 

Tags