Transformasi Timur Tengah, 20 Oktober 2019
Transformasi Timur Tengah sepekan terakhir diwarnai sejumlah isu penting di antaranya masalah invasi Turki ke wilayah utara Suriah yang memicu berbagai reaksi kecaman publik dunia.
Isu lainnya mengenai unjuk rasa di Lebanon setelah negara tetangganya, Irak diguncang fenomena serupa, dan masalah kebakaran di kilang minyak Aramco, serta peringatan Arbain.
Suriah Siap Lawan Agresi Militer Turki
Presiden Suriah saat bertemu Penasihat Keamanan Nasional Irak, memperingatkan Turki dan agresi militer negara itu ke wilayah-wilayah di timur Sungai Eufrat. Bashar Assad mengatakan, Suriah akan melawan agresi militer Turki di utara negara ini.
Presiden Suriah dalam pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional Irak, Falih Al Fayyadh di Damaskus, memprotes keras langkah militer Turki di utara Suriah.
Menurutnya, kerakusan sebagian negara asing di kawasan sepanjang sejarah tidak pernah berhenti, dan serangan Turki ke Suriah dilakukan dalam kerangka kebijakan ini, meskipun Ankara meneriakkan slogan-slogan bohong.
Assad menilai operasi militer Turki di utara Suriah sebagai agresi nyata dan menjelaskan, Suriah di berbagai wilayah sudah membalas dengan menyerang para teroris dukungan Turki, dan di wilayah Suriah manapun, Damaskus akan melawan serangan Turki dengan cara-cara konstitusional dan mungkin.
Angkatan Bersenjata Suriah setelah berhasil menguasai kota Ayn Al Arab (Kobane) terus bergerak ke wilayah Souq Al Hal di utara Kobane, yang berjarak 100 meter dari perbatasan Turki.
Surat kabar Al Watan melaporkan, pemerintah Suriah setelah 7 tahun, berhasil merebut kembali kontrol bagian utara negara itu di dekat garis perbatasan Turki.
Saat ini bendera Suriah sudah berkibar di seluruh wilayah perbatasan Turki. Militer Suriah, Rabu (16/10) masuk ke kota Ayn Al Arab di perbatasan Turki, dan sebelumnya menguasai penuh kota Manbij dan distrik-distrik di sekitarnya.
Berbagai sumber Suriah Rabu (16/10/2019) malam mengkonfirmasi jatuhnya sebuah drone militer Turki di timur laut Suriah. Drone ini jatuh di daerah Mujibra, Provinsi Hasakah, timur laut Suriah.
Lebanon Diguncang Protes Massa
Ribuan warga Lebanon memprotes kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah menerapkan pajak baru, dengan turun ke jalan. Surat kabar Lebanon, Daily Star menulis, ribuan pengunjuk rasa dari kota Tripoli hingga Tirus, Baalbek dan Beirut, memprotes penerapan pajak baru atas panggilan telepon berbasis internet melalui layanan media sosial seperti Whatsapp.
Aksi demonstrasi terbesar terjadi di kota Beirut, ribuan orang berkumpul di bundaran Riad El Solh dekat pusat pemerintahan Lebanon, Grand Serail. Demonstran membakar ban, tempat sampah dan kayu di tengah jalan dan terlibat bentrok dengan aparat keamanan.
Pihak kepolisian Lebanon mengumumkan, 40 orang terluka dalam bentrokan tersebut. Polisi meminta para pengunjuk rasa untuk menghindari tindakan kekerasan dan kerusuhan.
Presiden Lebanon Michel Aoun bertemu dengan perwakilan pengunjuk rasa di istana kepresidenan pada Jumat petang, 18 Oktober 2019.
"Pemerintah telah mengambil serangkaian langkah untuk menanggapi tuntutan demostran dan mengurangi keluhan mereka," kata Aoun Sabtu (19/10/2019).
Dia menambahkan, sejak menjabat sebagai presiden, kami telah berusaha untuk mewujudkan reformasi yang diperlukan di Lebanon dan memberantas korupsi serta mengatasi berbagai persoalan lainnya.
Menteri Luar Negeri Lebanon Gibran Bassil mengatakan, apa yang terjadi di Lebanon adalah akumulasi krisis, dan adanya pihak-pihak di dalam Lebanon yang berusaha untuk melanggar janji.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Sayid Hassan Nasrullah mengatakan, krisis keuangan saat ini di Lebanon adalah hasil dari belasan tahun, di mana semua pihak harus bertanggung jawab.
Hal itu diungkapkan Sayid Nasrullah dalam pidato memperingati Arbain di Baalbek, timur laut Beirut, ibu kota Lebanon, Sabtu (19/10/2019).
Dia menambahkan, sejumlah pihak dalam pemerintah dan kelompok politik ingin mengelak dari tanggung jawab, dan melimpahkan konsekuensi dari kondisi saat ini ke pundak orang lain. Namun langkah ini tanda tidak adanya nilai-nilai moral dan kemanusiaan dalam menghadapi nasib rakyat dan negara.
Sayid Nasrullah menuturkan, dengan saling membantu, sebuah langkah harus diambil agar ekonomi dan kondisi masyarakat membaik.
Menurutnya, dalam situasi saat ini, ada dua bahaya besar; yang pertama adalah keruntuhan finansial dan ekonomi, yang kedua adalah bahaya ledakan populer.
Dia menambahkan, mengangkat isu-isu seperti mengadakan pemilihan parlemen dini, dan pembentukan pemerintahan baru, adalah buang-buang waktu.
"Jika kita bekerja sama, memberikan prioritas pada ekonomi negara, kita akan dapat menyelamatkan negara kita," papar Nasrullah.
Hizbullah menghormati aksi protes kalian, dan tidak akan membiarkan negara dan rakyat, serta tidak akan membiarkan Lebanon dihancurkan. Jika Hizbullah turun ke jalan, maka tidak akan ada jalan kembali kecuali memenuhi tuntutan
Dilaporkan, Kedutaan Besar Kanada dan Australia di Beirut ditutup sebagai dampak dari aksi unjuk rasa warga Lebanon, Kamis (17/10/2019) malam.
Dubes Australia untuk Lebanon, Rebekah Grindlay mengatakan, Canberra memutuskan untuk menutup kedubesnya di Beirut sampai situasi benar-benar pulih kembali.
Sementara itu Kedubes Arab Saudi dan Uni Emirat Arab di Beirut menghimbau warganya untuk berhati-hati dan mengikuti perkembangan situasi di Lebanon.
Sejumlah kota Lebanon dilanda aksi unjuk rasa pada hari Kamis (17/10) untuk memprotes penerapan pajak pada panggilan telepon berbasis internet.
Haaretz: Bashar Assad Menangkan Perang Suriah
Surat kabar rezim Zionis Israel mengakui kemenangan Presiden Suriah dalam perang 8 tahun di negara itu dan menulis, pejabat Washington menyalahkan Tel Aviv dan Ankara.
Fars News (16/10/2019) melaporkan, Haaretz dalam salah satu artikelnya mengulas tentang perkembangan terbaru di Suriah pasca 8 tahun dan menulis, saat ini tidak tertutup bagi siapapun bahwa Presiden Suriah, Bashar Assad memenangkan perang ini.
Koran Israel itu menuduh pejabat Amerika, Israel dan Turki tanpa sadar ikut membantu Assad memenangkan perang di Suriah.
Ditambahkannya, perkembangan terbaru di utara Suriah setelah milisi Kurdi ditinggalkan sendiri oleh Presiden Amerika, menunjukkan bahwa Assad berhasil menegakkan pemerintahannya di bagian besar wilayah Suriah yang tersisa.
Menurut Haaretz, pasukan pemerintah Suriah saat ini sudah menguasai hampir seluruh wilayah negara itu kecuali zona aman yang diklaim Turki, dan sebagian kecil wilayah barat daya perbatasan Suriah-Yordania.
"Liga Arab akan segera memasukkan Assad ke dalam list-nya, beberapa negara siap berpartisipasi dalam rekonstruksi Suriah, seperti Cina," imbuhnya.
Haaretz menegaskan, Bashar Assad menang karena mendapat dukungan vital dari Iran, bantuan sumber daya manusia termasuk puluhan ribua pejuang Lebanon, Irak dan Afghanistan, dan ia juga punya aset miliaran dolar, minyak dan senjata.
Kilang Minyak di timur Arab Saudi Meledak
Perusahaan minyak nasional Arab Saudi (Aramco) mengkonfirmasi ledakan di salah satu kilang minyaknya di timur negara ini.
Perusahaan Aramco Selasa (15/10/2019) mengumumkan, akibat ledakan di kilang minyak al-Jubail sedikitnya dua pekerja tewas dan dua lainnya terluka.
Sejumlah media melaporkan sedikitnya jumlah korban tewas dan teluka akibat insiden ledakan di kilang minyak di timur Arab Saudi ini mencapai 18 orang.
Belum ada laporan terperinci mengenai sebab insiden ledakan di kilang minyak Aramco di timur Arab Saudi ini.
Karbala, Tuan Rumah Peziarah Arbain
Kota Karbala pada hari Arbain yang jatuh pada hari Sabtu, 20 Safar 1441 H atau 19 Oktober 2019 menjadi tuan rumah jutaan peziarah dari berbagai negara dunia.
Perdana Menteri Irak Adil Abdul Mahdi mengatakan, revolusi Imam Husein merupakan revolusi melawan penyimpangan, penindasan dan kezaliman, dan ziarah Arbain membawa pesan penentangan terhadap kerusakan dan korupsi.
"Partisipasi jutaan orang dalam peringatan Arbain menunjukkan bahwa rakyat Irak bebas dan hidup, dan tidak tertipu oleh tipu daya musuh," kata Abdul Mahdi dalam pernyataan menandai Hari Arbain Huseini pada Sabtu (19/10/2019).
Dia mengapresiasi kerja keras Angkatan Bersenjata Irak, pasukan dan dinas keamanan, kementerian-kementerian dan para pemiliki Mokeb (tenda dan posko) untuk melayani para peziarah Arbain.
PM Irak menuturkan, upaya yang dilakukan untuk melayani para peziarah Imam Husein as sejalan dengan upaya dan gerakan berkesinambungan rakyat dan pemerintah untuk reformasi dan konstruksi, memenuhi tuntutan sah rakyat Irak, memberantas korupsi dan mengembalikan hak-hak dan kekayaan rakyat.
"Upaya untuk memberantas penyimpangan dan korupsi akan terus berlanjut, sebab ketimpangan sosial harus dihilangkan dan keadilan sosial harus dicapai," pungkasnya.
Hari Sabtu, 20 Safar 1441 H yang bertepatan dengan tanggal 19 Oktober 2019 adalah hari Arbain, sebuah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, Cucu Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai oleh pasukan Yazid di Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.(PH)