Apr 24, 2021 09:39 Asia/Jakarta

Lebanon, yang dikenal sebagai Paris-nya Timur Tengah, telah menyaksikan fenomena aneh kehadiran "dua perdana menteri" secara bersamaan dalam delapan bulan terakhir.

Lebanon 4 Agustus 2020 menyaksikan ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut yang menewaskan sekitar 200 orang. Konsekuensi penting dari ledakan ini adalah pengunduran diri Hassan Diab dari jabatan Perdana Menteri Lebanon. Sebuah masalah yang berulang kali dikejar oleh oposisi selama 7 bulan sejak Diab menjabat, tetapi tidak berhasil, dan ledakan 4 Agustus di Beirut akhirnya membuat oposisi sampai pada keinginannya.

Presiden Lebanon Michel Aoun

Sejak Agustus lalu, Lebanon menyaksikan kehadiran pemerintahan yang dipimpin Hassan Diab. Sementara Mustafa Adib sebulan kemudian mengumumkan bahwa dia tidak akan dapat membentuk kabinet. Sementara Saad al-Hariri belum dapat membentuk kabinet sejak Oktober 2020, dan juga belum mengundurkan diri dari pembentukan kabinet baru Lebanon.

Hal yang aneh tentang Lebanon akhir-akhir ini adalah perjalanan luar negeri Diab dan al-Hariri. Diab sekarang memiliki tanggung jawab resmi di Lebanon, dan meskipun sementara, dia adalah kepala pemerintahan. Namun al-Hariri yang ditugaskan membentuk kabinet, tidak memiliki pemerintahan dan tidak dianggap sebagai pejabat resmi.

Hassan Diab baru-baru ini melakukan perjalanan ke Qatar untuk bertemu dengan para pejabat Qatar. Menurut orang-orang dekat dengan pemerintah Diab, tujuan perjalanan itu adalah untuk mendapatkan bantuan keuangan Qatar guna meringankan masalah keuangan Lebanon. Saad al-Hariri telah melakukan perjalanan ke UEA, Turki, dan sekarang Italia dalam beberapa bulan terakhir.

Saad al-Hariri memiliki beberapa tujuan politik dalam perjalanan ke luar negeri ini.

Tujuan pertama adalah agar Saad al-Hariri mencoba menyampaikan pesan kepada kelompok politik Lebanon bahwa dia bukan hanya tidak mengundurkan diri dari tugas membentuk kabinet, tetapi bahwa dia masih merupakan pemain penting dalam kancah politik Lebanon dan di luar negeri ia adalah tokoh yang diterima.

Tujuan kedua al-Hariri dalam perjalanan ke luar negeri ini adalah untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat Lebanon bahwa yang mencegah pembentukan kabinet adalah Presiden Lebanon Michel Aoun.

Sekaitan dengan hal ini, dalam lawatannya ke Italia al-Hariri, menyerang Michel Aoun. Ia menyatakan, "Perjalanan saya ke luar Lebanon adalah untuk bekerja dan mengkaji bagaimana membantu negara, sementara mungkin saja orang-orang di dalam istana kepresidenan bersenang-senang dalam perjalanan ini."

Pernyataan Saad al-Hariri mencerminkan parahnya perbedaannya dengan Michel Aoun dan juga menunjukkan bahwa tidak ada prospek yang jelas dari kabinet baru Lebanon yang dipimpin oleh Saad al-Hariri.

Tujuan ketiga al-Hariri adalah melibatkan aktor asing dalam krisis internal terkait pembentukan kabinet di Lebanon. Sejatinya, dengan berbagai kunjungan luar negeri dan menginformasikan para pejabat asing terkait masalah yang dihadapi Lebanon, al-Hariri berusaha mendapatkan dukungan mereka dan dari sisi lain, menempatkan Michel Aoun di bawah tekanan asing.

Saad al-Hariri, tokoh politik Lebanon

Sekalipun demikian, perkembangan di Lebanon selama enam bulan terakhir menunjukkan bahwa pendekatan al-Hariri ini tidak akan berhasil. Karena Michel Aoun bersikukuh dengan sikapnya dan tidak akan berada di bawah tekanan asing.

Poin terakhir adalah tak satu pun dari dua perdana menteri Lebanon saat ini memiliki posisi yang kuat. Masalah ini bahkan lebih benar terkait Saad al-Hariri. Karena dia bahkan tidak memiliki posisi sebelumnya bagi para pendukung asingnya.

Dalam hal ini, sebagian sumber-sumber menyatakan bahwa Arab Saudi tidak mempercayai Saad al-Hariri untuk jabatan perdana menteri Lebanon, dan Riyadh lebih mempercayai Nawaf Salam.

Tags