Saat Inggris Akui Kegagalan Intelijennya di Afghanistan
(last modified Wed, 01 Dec 2021 13:32:28 GMT )
Des 01, 2021 20:32 Asia/Jakarta
  • Richard Moore, Direktur MI6
    Richard Moore, Direktur MI6

Ketua Dinas Intelijen Inggris (MI6), Richard Moore dalam sebuah wawancara mengakui penilaian kemajuan Taliban di Afghanistan musim panas ini sama sekali tidak benar, namun ia menolak bahwa jatuhnya Kabul digambarkan sebagai "kegagalan intelijen".

Terkait hal ini, Moore mengatakan, "Penilaian bahwa Taliban menguasai Kabul bersamaan dengan penarikan pasukan Inggris dan AS dari Afghanistan sama sekali tidak benar. Tapi ini tidak boleh digeneralisasi untuk kegagalan intelijen. Tak satu pun dari kami memperkirakan seberapa cepat Kabul akan jatuh ke tangan Taliban."

Statemen dan pengakuan direktur MI6 terkait penilaian kejatuhan pemerintah pusat Afghanistan dan berkuasanya Taliban termasuk proyeksi dinas intelijen Barat khususnya MI6 dan Dinas Intelijen AS (CIA). Richard Moore terkait hal ini juga menggulirkan klaim aneh. Ia mengatakan jika dinas intelijen manarik setiap anggota Dewan Taliban dan memanfaatkannya sebagai agen rahasia, tetap saja kejatuhan Kabul tidak dapat diprediksikan, karena menurutnya Taliban juga tidak memiliki data dan intelijen terkait hal itu.

Milisi Taliban

Klaim direktur MI6 sepertinya jauh dari realita. Faktanya Taliban setelah ditandatanganinya kesepakatan pada Februari 2020 dengan Amerika di mana menurut kesepakatan ini, pasukan Barat harus keluar dari Afghanistan hingga Mei 2021, senantiasa memulai perencanaan dan program untuk menguasai secara bertahap berbagai wilayah Afghanistan dan akhirnya menguasai penuh Kabul.

Masalahnya di sini ketika dinas intelijen AS dan Inggris tidak memiliki pemahaman yang benar dan realistis terkait kecepatan kemajuan Taliban. Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada 8 Juli 2021 menginstruksikan penarikan segera dan bahkan tergesa-gesa militer Amerika dari Afghanistan untuk mengakhiri kebuntuan negara ini di Kabul.

Menyusul instruksi tersebut, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga menginstruksikan penarikan pasukan negara nanggota dari Afghanistan. Sekutu Eropa Amerika Serikat termasuk Inggris menentang penarikan pasukan tergesa-gesa dari Afghanistan dan menilainya akan memicu huru hara dan kerusuhan di negara ini serta berkuasanya Taliban.

Berbagai lembaga dan dinas intelijen serta militer Amerika dan juga Inggris mengaggap bahwa sejak  militer AS dan NATO ditarik dari Afghanistan, akan memakan waktu dua bulan hingga dua tahun bagi Taliban untuk menguasai Afghanistan. Sementara setelah pengumuman waktu penarikan final pasukan Amerika dari Afghanistan oleh Joe Biden, yakni 31 Agustus, operasi Taliban di berbagai wilayah Afghanistan dalam bentuk perundingan untuk mendesak militer dan polisi negar aini menyerah serta menguasai berbagai wilayah semakin intensif dan pada akhirnya pada pertengahan Agustus 2021, milisi ini menduduki Kabil dan menumbangkan pemerintahan pusat. Statemen dan pengakuan direktur MI6 sekedar untuk menjustifikasi kegagalan intelijen Barat di Afghanistan.

Bell Rajio, pakar militer mengatakan, komandan militer dan intelijen AS bertanggung jawab atas kegagalan terbesar intelijen sejak tahun 1968 dan muncul pertanyaan di benak kita, bagaimana Taliban merancang serangan besar-besaran ini dan mengingat kehadiran pasukan AS, CIA dan dinas intelijen militer dan pusat nasional, bagaimana milisi Taliban berhasil melancarkan rencananya tersebut.

Tak diragukan lagi setelah Amerika, Inggris bertanggung jawab atas kegagalan besar intelijen yang mengiringi Amerika selama perang setelah insiden 11 September 2001 di Afghanistan dan Irak. (MF)