Pelantikan Ortega, Kemarahan AS dan Sanksi terhadap Pejabat Nikaragua
Dengan berlanjutnya kebijakan permusuhan AS terhadap negara-negara sayap kiri Amerika Latin, Washington dan Uni Eropa memberlakukan sanksi baru berbarengan dengan pelantikan Presiden Nikaragua Daniel Ortega, terhadap 6 pejabat negara ini termasuk menteri pertahanan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Amerika Serikat akan menggunakan sarana diplomatik dan ekonomi untuk mendukung pemulihan demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia di Nikaragua.
Selain Menteri Pertahanan dan sejumlah komandan militer, Departemen Keuangan AS telah menjatuhkan sanksi kepada Institut Komunikasi dan Pos Nikaragua dan perusahaan pertambangan milik negara.
Menurut Uni Eropa, blok tersebut telah menjatuhkan sanksi terhadap Nikaragua, termasuk larangan bepergian dan pembekuan aset keluarga Presiden Nikaragua Daniel Ortega, wakilnya, polisi, Dewan Tinggi Pemilihan Umum dan sebuah perusahaan yang mengawasi layanan komunikasi dan pos.
Sanksi AS terhadap Nikaragua bukanlah hal baru, meskipun negara-negara sayap kiri Amerika Latin seperti Venezuela, Nikaragua, Kuba dan Bolivia selalu berada di bawah tekanan dan intervensi AS, tetapi dalam beberapa tahun terakhir intervensi ini meningkat.
Baca juga: Ortega: Amerika Penyebab Konflik dan Kerusuhan di Nicaragua
Para pejabat Washington telah memberlakukan kebijakan hukuman seperti berbagai sanksi berat untuk menggulingkan pemerintah sayap kiri Amerika Latin dan untuk membentuk pemerintah yang bergantung sesuai dengan kepentingan dan tujuan Amerika.
Pada bulan-bulan menjelang pemilihan umum presiden di Nikaragua, para pejabat Washington menggunakan berbagai taktik, mengklaim bahwa pemilihan umum presiden di negara itu ilegal karena kehadiran berulang kali Daniel Ortega.
Mereka juga menjatuhkan sanksi kepada para pejabat Nikaragua dengan dalih pelanggaran hak asasi manusia. Wakil Menteri Keuangan AS Brian Nelson mengklaim bahwa Amerika Serikat dan sekutunya mendukung rakyat Nikaragua dalam menyerukan pembebasan segera tahanan politik dan pengembalian demokrasi.
Kemenangan pemilu Ortega dan sekarang pelantikannya telah membuat para pejabat AS semakin marah.
Dengan berlanjutnya kebijakan permusuhan AS terhadap negara-negara sayap kiri Amerika Latin, Washington dan Uni Eropa memberlakukan sanksi baru berbarengan dengan pelantikan Presiden Nikaragua Daniel Ortega, terhadap 6 pejabat negara ini termasuk Menteri Pertahanan Venezuela.
Kecanduan sanksi sepihak dan ilegal terhadap negara lain, Amerika Serikat, bersama dengan sekutu internasionalnya, telah memberlakukan sanksi baru terhadap Managua sebagai tanggapan atas kemenangan ini, yang melanjutkan kebijakan melawan arogansi Washington.
Sanksi diberlakukan sementara kebijakan tersebut sejauh ini gagal memaksa negara-negara kiri di kawasan itu untuk tunduk pada kebijakan AS.
Mengandalkan dukungan rakyat dan mengembangkan hubungan dengan negara lain, negara-negara tersebut telah mampu mengendalikan situasi dan mengurangi dampak kebijakan sanksi AS.
Ortega, dalam menanggapi langkah Washington untuk menjatuhkan sanksi pada beberapa pejabat negaranya, menekankan bahwa sanksi itu tidak akan menghalangi pemerintahannya.
Pemerintah Nikaragua juga mengutuk campur tangan Washington yang berkelanjutan dalam urusan internalnya dan meminta Washington untuk mengakhiri kebijakannya yang kurang ajar, pengecut dan penuh kebencian.
"Pada akhirnya, mereka tidak dapat mengisolasi kami. Negara-negara tetangga di kawasan ini, seperti Nikaragua, Venezuela, Kuba, dan lain-lain memiliki kebijakan serupa dengan kami. Kita tidak berada dalam Perang Dingin. Kita hidup di dunia multipolar. Artinya, tidak mungkin merugikan suatu negara tetapi tidak terpengaruh oleh akibat-akibatnya," kata Luis Lobato, Wakil Rektor Universitas Nasional Nikaragua.
Baca juga: Saat Blinken Akui Keterkucilan AS setelah Keluar dari JCPOA
Meskipun Amerika Serikat terus mengejar kebijakan sanksi dan memaksimalkan tekanan pada negara-negara anti-kolonial dan penuntut keadilan, agar dapat membuat mereka menyerah dan membuka jalan bagi pengaruhnya di Amerika Latin. Namun negara-negara di kawasan itu tampaknya tetap berkomitmen dengan cita-citanya.
Mereka bukan hanya tidak menyerah atas kebijakan Washington dan sekutunya, tetapi mereka justru memiliki kehadiran yang kuat di panggung dunia.
"Kami telah membayar segala upaya atas serangan dan intervensi Amerika Serikat dan kekuatan Eropa selama berabad-abad. Kami memiliki hak perdamaian, " kata Menteri Luar Negeri Nikaragua Denis Moncada.