Konflik Rusia dan Ukraina Memasuki Hari ke-42
Konflik dan perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki ke-42 hari pada Rabu, 6 April 2022. Perang kedua negara dimulai pada tanggal 24 Februari 2022.
Intensitas perang memang sempat sedikit menurun setelah Rusia mengumumkan akan menarik sejumlah pasukan guna mendukung proses negosiasi damai.
Meski demikian sulit untuk mengetahui kapan perang akan berakhir. Mungkin, perang akan terus berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Menurut data PBB, 1.000 orang lebih tewas dan empat juga lainnya mengungsi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui bahwa perundingan damai adalah satu-satunya solusi untuk mengakhiri perang di negaranya.
Zelensky pada hariSelasa (5/4/2022) mengatakan, Ukraina tidak punya jalan lain selain berunding dengan Rusia, untuk mengakhiri perang di negara ini.
Presiden Ukraina juga menyinggung kemungkinan perundingan langsung dirinya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Menurutnya, mungkin hal ini tidak akan terjadi, tapi ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Zelensky, hari Senin lalu mengulang klaimnya terkait pembunuhan warga sipil di kota Bucha. Ia menegaskan, karena bencana yang terjadi di Ukraina, perundingan damai dengan Rusia, menjadi sulit.
Padahal sejak operasi militer Rusia dimulai di Ukraina pada 24 Februari 2022, beberapa kali putaran perundingan antara delegasi Rusia dan Ukraina sudah dilakukan di berbagai level, namun belum menghasilkan gencatan senjata menyeluruh karena ulah Kyiv (Kiev) sendiri.
Pemerintah dan media Ukraina mempublikasikan video yang diklaim sebagai pembantaian warga sipil di kota Bucha, utara Ukraina. Kyiv menuduh pasukan Rusia yang membunuh warga sipil Bucha itu.
Pemerintah Rusia telah membantah dengan tegas tuduhan Ukraina tersebut, dan menegaskan bahwa pasukan Rusia sudah ditarik dari kota Bucha sejak 30 Maret 2022.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, insiden di Bucha adalah "serangan reakayasa". Menurutnya beberapa hari setelah pasukan Rusia ditarik dari Bucha, sebuah adegan film dibuat oleh perwakilan Ukraina, dan pendukung Baratnya, lalu disebarkan di media sosial.
Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat juga menanggapi tuduhan pembunuhan terhadap warga sipil Ukraina di kota Bucha. Menurutnya, AS sengaja menutupi realitas bahwa penembakan brutal ke kota ini dilakukan pasukan Ukraina.
Anatoly Antonov, Senin (4/4/2022) merespon tuduhan pembunuhan warga sipil Ukraina di Bucha, yang baru-baru ini dimuat majalah AS, Newsweek.
"Ketika kota Bucha, Ukraina masih berada di bawah kontrol pasukan Rusia, tidak pernah ada korban sipil seorang pun, tapi media AS menutup mata atas realitas penembakan brutal ke kota ini yang dilakukan pasukan Ukraina, setelah penarikan mundur pasukan Rusia," ujarnya
Antonov menambahkan, "Kementerian Pertahanan Rusia menolak tegas tuduhan ini, dan membantahnya. Saya ingin sampaikan, pasukan Rusia sudah meninggalkan Bucha, sejak 30 Maret 2022. Pejabat Ukraina setelah diam sekian lama, sekarang menayangkan video untuk merusak citra Rusia, dan memaksanya membela diri."
"Selama Bucha dikontrol pasukan Rusia, tidak ada seorang pun warga sipil yang mengalami kekerasan. Sebaliknya, pasukan Rusia menyalurkan 452 ton bantuan kemanusiaan untuk warga sipil. Kenyataan bahwa pasukan Ukraina, melancarkan penembakan brutal di Bucha, segera setelah pasukan Rusia meninggalkan kota itu, secara sengaja diabaikan di AS," pungkasnya.
Sementara itu, Leonid Slutsky, Ketua Komite Urusan Internasional Duma Rusia Senin (4/4/2022) malam menyinggung penolakan Inggris, sebagai ketua Dewan Keamanan PBB saat ini untuk mengadakan pertemuan darurat guna membahas validitas gambar situasi kota Bucha yang dipublikasikan.
Slutsky mengatakan, "Semua adegan ini diatur sebelumnya, sekaligus bukti nyata dari konspirasi yang telah direncanakan sebelumnya terhadap Rusia".
"Rusia terus bersikeras mengadakan pertemuan darurat Dewan Keamanan dan memeriksa komite investigasi untuk mengungkap fakta tentang insiden Bucha," tegasnya.
Slutsky membandingkan tuduhan Barat tentang gambar-gambar jenazah di kota Bucha yang dipublikasikan dengan insiden serangan kimia para teroris di Suriah, tapi negara-negara Barat menghindari penyelidikan peristiwa Bucha.
Pemerintah Rusia pada hari Selasa (5/4/2022) membantah tuduhan Ukraina bahwa pasukan Rusia terlibat kejahatan perang di negara itu, dan tuduhan ini adalah propaganda yang direkayasa oleh pasukan elit Ukraina, untuk merusak citra Moskow.
Wakil Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Rusia Dmitry Medvedev mengatakan, semuanya adalah rekayasa yang tumbuh dalam ilusi pesimistik propaganda Ukraina.
Sementara Kementerian Pertahanan Rusia mengabarkan, ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan organisasi bernama Pusat Operasi Psikologis Ukraina ke-72, membantu pembuatan propaganda semacam ini di sebuah desa berjarak 23 kilometer di barat laut Kiev, dan beberapa kota lain.
"Jika pasukan Rusia sudah ditarik dari Bucha pada 30 Maret 2022, dan Wali Kota Bucha pada hari itu mengumumkan kotanya bersih dari pasukan Rusia, lalu mengapa jasad-jasad warga sipil yang tewas baru ditemukan tanggal 3 April 2022," kata pernyataan pemerintah Rusia.
Selain itu, dalam video yang disebarkan pemerintah Ukraina, tidak tampak ada kerusakan pada jasad-jasad tersebut padahal baru ditemukan setelah beberapa hari.
"Pasukan Ukraina, untuk merusak kredilitas Rusia, bahkan tak segan untuk membunuh warganya sendiri," pungkas Moskow. (RA)