May 25, 2022 10:32 Asia/Jakarta

Lebih dari dua tahun setelah pandemi COVID-19 dan dampaknya, sementara negara-negara di seluruh dunia sedang mengembangkan program untuk memperbaiki kondisi ekonomi, pecahnya perang Rusia-Ukraina sekali lagi membuat situasi menjadi kritis. Pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan kenaikan inflasi dan resesi di seluruh dunia.

"Karena wabah virus Corona, perang Ukraina dan perubahan iklim, negara-negara di seluruh dunia mengalami inflasi dan resesi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan ekonomi dunia yang terburuk sejak Perang Dunia II dan kondisi yang sulit," kata Kristalina Georgieva.

Pandemi COVID-19 dan karantina jangka panjang yang diakibatkannya, serta alokasi sebagian besar anggaran negara untuk obat dan pengobatan selama dua tahun terakhir, telah mengurangi produksi, meningkatkan pengangguran, dan membuat bangkrut banyak unit produksi di berbagai negara, sehingga mempengaruhi negara-negara industri dan ekonomi besar seperti Jerman.

COVID-19 dan ekonomi dunia

Terkait dengan hal tersebut, Bank Dunia telah memperingatkan risiko “pendaratan keras” ekonomi akibat periode baru wabah virus Corona, masalah dan kesulitan yang masih berlangsung dalam rantai pasokan serta tekanan inflasi di berbagai belahan dunia.

"Meningkatnya ketidaksetaraan dan risiko keamanan akan sangat merugikan negara-negara berkembang," kata David Malpas, menekankan perlunya "tindakan internasional yang terkoordinasi dan kebijakan nasional yang komprehensif".

Di sisi lain, perubahan iklim dan terganggunya siklus alam, serta pengabaian dari negara-negara pencemar utama seperti Amerika Serikat, menjadi penyebab lain meningkatnya inflasi dan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia.

Penelitian oleh para ahli PBB menunjukkan bahwa kehidupan manusia di Bumi akan berubah pada tahun 2050 karena konsekuensi yang menghancurkan dari perubahan iklim, termasuk kekeringan, kelaparan, dan kepunahan spesies.

Para ahli ini telah memperingatkan konsekuensi yang menghancurkan dari perubahan iklim bahwa pemanasan global di atas 1,5 derajat Celcius akan memiliki efek yang tidak dapat diubah pada sistem manusia dan lingkungan.

Lebih dari dua tahun setelah pandemi COVID-19 dan dampaknya, sementara negara-negara di seluruh dunia sedang mengembangkan program untuk memperbaiki kondisi ekonomi, pecahnya perang Rusia-Ukraina sekali lagi membuat situasi menjadi kritis. Pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan kenaikan inflasi dan resesi di seluruh dunia.

Meskipun banyak pemerintah yang menandatangani Perjanjian Paris pada tahun 2015 berjanji untuk membatasi pemanasan global hingga 2 derajat Celcius atau, jika mungkin, 1,5 derajat Celcius, tetapi praktis mereka tidak ada yang mengambil tindakan. Sementara itu, penilaian sekelompok ilmuwan di seluruh dunia menunjukkan bahwa meskipun kondisi ini terwujud, sekitar 3,5 miliar orang akan mengungsi dalam 50 tahun ke depan karena perubahan iklim, dan akan ada kerugian ekonomi yang parah.

Peter Ziger, kepala bidang risiko di Grup Asuransi Zurich mengatakan, "Kegagalan untuk mengendalikan program perubahan iklim dapat mengurangi PDB global hingga seperenam."

Ketika negara-negara di seluruh dunia berusaha mengembangkan strategi ekonomi untuk mengatasi krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, pecahnya perang Rusia-Ukraina telah memperburuk situasi.

Menurut prediksi Organisasi Perdagangan Dunia, perang Rusia di Ukraina dapat mengurangi separuh pertumbuhan perdagangan global tahun ini dan mengurangi pertumbuhan PDB global.

Menurut organisasi tersebut, meskipun pangsa Rusia dan Ukraina dalam total perdagangan dan produksi dunia relatif kecil, mereka adalah pemasok penting produk-produk penting, terutama makanan dan energi.

Prakiraan terbaru menunjukkan bahwa krisis yang disebabkan oleh perang antara Rusia dan Ukraina dapat mengurangi pertumbuhan PDB global sebesar 0,7 hingga 1,3 persen dan antara 3,1 dan 3,7 persen pada tahun 2022.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva sekarang telah meminta negara-negara kaya untuk mengurangi hambatan perdagangan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta pembangunan negara-negara yang lebih lemah dengan meningkatkan sistem keuangan lintas batas.

Dia menggambarkan dampak kenaikan harga pangan dan energi pada keluarga sebagai serius dan mengatakan bahwa krisis telah menciptakan banyak masalah bagi negara-negara dunia ketiga yang membutuhkan bantuan.

Dalam situasi saat ini, tampaknya peringatan harus ditanggapi lebih serius dari sebelumnya.(sl)

Tags