Jul 13, 2022 21:02 Asia/Jakarta
  • Ukraina.
    Ukraina.

Eropa menghadapi gelombang baru imigran dan pengungsi dari Afrika akibat perang di Ukraina yang menimbulkan dampak global termasuk kekurangan pangan di Afrika.

Deputi Direktur Eksekutif Frontex Aija Kalnaja pada pertemuan menteri-menteri dalam negeri dari negara-negara Uni Eropa di Praha menyinggung kesiapan Uni Eropa untuk menerima pengungsi Ukraina.

Direktur Badan Penjaga Perbatasan Uni Eropa-Frontex itu mengatakan, kita harus mempersiapkan diri untuk menerima pengungsi yang berasal dari daerah rawan pangan yang berniat masuk ke Eropa.

PBB sebelumnya telah memperingatkan bahwa jika pelabuhan-pelabuhan Ukraina yang ditutup karena perang tidak dibuka kembali, maka jutaan orang di dunia akan menghadapi risiko kelaparan.

Sebelum perang, Rusia dan Ukraina bersama-sama memasok 30% gandum yang diekspor ke pasar dunia. Tapi sekarang Ukraina tidak dapat mengekspor gandum disebabkan perang. Rusia juga tidak bisa mengekspor gandum karena sanksi Barat.

Pada awal tahun 2022, sekitar 276 juta orang di seluruh dunia menghadapi kelaparan akut. Jika konflik di Ukraina berlanjut maka diperkirakan 47 juta orang akan mengalami hal yang sama, terutama di negara-negara Afrika sub-Sahara (Negara-negara di benua Afrika yang tidak dianggap termasuk bagian Afrika Utara).

Terhentinya ekspor gandum ke Afrika pada saat yang sama dengan memburuknya kekeringan di sebagian besar benua ini telah menyebabkan pemerintah-pemerintah negara di kawasan ini tidak dapat menyediakan roti dan kebutuhan dasar lainnya untuk rakyat mereka, dan ini telah menimbulkan kekhawatiran mereka tentang kemungkinan protes luas masyarakat dan kerusuhan jalanan.

Imigran terjebak di laut

Presiden Senegal Macky Sall, yang juga sebagai Kepala Periodik Uni Afrika mengatakan kepada jaringan France24 bahwa jika proses ekspor gandum ke Afrika tidak dilanjutkan, maka negara-negara di benua ini akan menghadapi kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, banyak konsultasi dan dialog telah diadakan di tingkat pemerintah dan organisasi internasional untuk ekspor biji-bijian Ukraina yang disimpan di gudang negara ini. Namun, karena parahnya perang di Ukraina dan konflik serius antara Rusia dan Barat, dalam praktiknya, tidak ada jalan yang bisa dibuka untuk membuat koridor ekspor biji-bijian Ukraina dari pelabuhan negara ini di Laut Hitam.

Anna Nagorny, seorang Profesor Manajemen Krisis di University of Massachusetts mengatakan dalam hal ini bahwa jika masalah tersebut tidak terselesaikan dalam beberapa bulan ke depan, maka kita akan menyaksikan konsekuensi yang mengerikan.

"Ini harus terjadi dalam beberapa bulan ke depan atau kita harus menunggu konsekuensi yang mengerikan," ujarnya.

Salah satu dampak dari krisis kelaparan di Afrika adalah gelombang imigrasi ke Eropa. Hal ini terjadi meskipun pemerintah-pemerintah di Eropa dengan segala cara dan ketegasannya menutup perbatasan dan menghalangi para imigran dan pencari suaka dari negara-negara Afrika masuk ke benua tersebut.

Diperkirakan bahwa dalam beberapa bulan mendatang, akan ada lebih banyak orang yang tenggelam dari kapal-kapal yang membawa pencari suaka di Laut Mediterania. Jumlah mereka yang meninggal diperkirakan akan semakin banyak seiring dengan meningkatnya jumlah para imigran yang berusaha masuk ke Eropa.

Krisis kelaparan dan gelombang baru pengungsi dari Afrika ke Eropa adalah salah satu konsekuensi dari perang di Ukraina bagi Eropa dan banyak negara yang bergantung pada gandum Ukraina dan Rusia. Konsekuensi dari pengurangan dan gangguan pada ekspor gas Rusia ke Eropa juga telah meningkatkan harga penyedia energi dan bahan bakar di Eropa.

Masalah ini telah berdampak besar pada penurunan pertumbuhan ekonomi, peningkatan inflasi, kebangkrutan perusahaan-perusahaan ekonomi dan peningkatan tingkat pengangguran. Meningkatnya demonstrasi dan pemogokan di negara-negara Eropa merupakan salah satu konsekuensi dari perkembangan ekonomi di sebagian besar negara Eropa. (RA)

Tags