Kissinger: AS Berada di Ambang Perang dengan Rusia dan Cina
Seorang ahli strategi terkenal Amerika dalam pernyataan terbaru menyinggung kebijakan pemerintah Gedung Putih dan mengatakan, Amerika Serikat (AS) berada di ambang perang dengan Rusia dan Cina.
Henry Alfred Kissinger mengungkapkan hal itu dalam sebuah wawancara dengan the Wall Street Journal. Mantan Menteri Luar Negeri AS ini mengatakan bahwa dunia saat ini berada pada "ketidakseimbangan yang berbahaya".
"Kami berada di ambang perang dengan Rusia dan Cina karena perbedaan atas masalah yang kita tidak memiliki pandangan tentang bagaimana masalah itu akan berakhir atau bagaimana konsekuensinya," kata Kissinger.
Dukungan keuangan dan militer AS terhadap Ukraina telah menggiring AS dan Rusia ke perang dan konfrontasi langsung. Setelah runtuhnya Uni Soviet dan sebelum serangan Rusia ke Ukraina, AS menerapkan "kebijakan menahan" Rusia di perbatasan negara ini. Perluasan NATO ke timur dan kemudian ke republik-republik yang merdeka dari Uni Soviet dilaksanakan sejalan dengan strategi tersebut.
Untuk membenarkan perluasan NATO, AS menyetujui program "Kemitraan untuk Perdamaian" pada KTT NATO di Brussel pada Januari 1994. Dokumen di atas merupakan mekanisme terpenting dari proses ekspansi NATO.
Dokumen tersebut menyatakan bahwa pembentukan kemitraan mengungkapkan keyakinan bersama bahwa stabilitas dan keamanan di kawasan Eropa-Atlantik hanya dapat dicapai melalui kerja sama dan tindakan kolektif. Dukungan dan pengembangan kebebasan dasar dan hak asasi manusia, penjagaan kebebasan, keadilan dan perdamaian melalui demokrasi adalah salah satu nilai dasar dalam kemitraan ini.
AS berusaha untuk mengurangi kepekaan atas ekspansi NATO dengan menarik partisipasi Rusia dalam program Kemitraan untuk Perdamaian. Tetapi tindakan AS untuk memperluas NATO tidak dapat membenarkan kebijakan perluasan "payung keamanan" AS di Eropa dan kemudian ke republik-republik pecahan Soviet dalam jangka panjang.
Dalam praktiknya, NATO telah berubah menjadi alat untuk revolusi beludru dan perluasan pengaruh AS dan Barat di republik-republik yang merdeka dari Uni Soviet dan mempersempit lingkaran pengaruh Rusia. Ekspansi NATO ke perbatasan Rusia merupakan ancaman jangka panjang bagi kedaulatan dan integritas teritorial Rusia.
Sebagai kekuatan geopolitik dan militer, Rusia menjadi penantang hegemoni AS setelah runtuhnya Uni Soviet. Pada akhirnya, negara ini menentang ekspansi NATO ke republik-republik pecahan Uni Soviet, dan permintaan Ukraina untuk bergabung dengan NATO dianggap sebagai pemicu AS untuk meningkatkan krisis.
Kissinger yakin, NATO telah membuat kesalahan dengan mengirimkan pesan ke Ukraina bahwa negara ini bisa bergabung dengan aliansi tersebut.
Reaksi negara-negara Barat terhadap serangan Rusia ke Ukraina dan penerapan sanksi ekonomi dan perdagangan yang paling parah telah memperkuat hubungan Rusia dan Cina.
AS telah berulang kali menyatakan keprihatinan atas perluasan hubungan Rusia-Cina. Lalu AS mengintensifkan kebijakan Cina-fobia dan memperkuat gerakan politik dan militer di Asia Timur, yang telah mengacaukan persamaan politik dan militer di kawasan tersebut.
Tindakan terbaru AS dalam rangka meningkatkan ketegangan dengan Cina adalah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan. Kunjungan ini dilakukan meskipun ditentang, dikecam dan diancam Cina.
Kissinger adalah pengkritik kebijakan pemerintahan Presiden Joe Biden. Mantan Penasihat Keamanan Nasional dan Konsultan Geopolitik AS ini yakin bahwa kebijakan AS dan Cina terhadap Taiwan dalam 50 tahun terakhir telah mengarah pada pembentukan pemerintahan yang demokratis di Taiwan, oleh karena itu, harus sangat berhati-hati dalam mengambil tindakan yang menghancurkan struktur dasar ini, dan inilah isu yang telah diabaikan oleh pemerintah Gedung Putih saat ini. (RA)