Giliran Moskow Mereaksi Kerja Sama Tokyo dengan Washington
Menanggapi sikap Jepang yang mengikuti kebijakan Amerika Serikat dan pemerintah Tokyo yang bergabung dalam kampanye anti-Rusia yang digelar Washington, pemerintah Rusia mengancam untuk tidak berpartisipasi dalam negosiasi bagi mengamankan kapal penangkap ikan Jepang di empat pulau yang disengketakan antara kedua negara.
Moskow telah mengumumkan tidak akan berpartisipasi dalam negosiasi tahun ini demi memastikan keamanan kapal penangkap ikan Jepang di sekitar empat pulau yang disengketakan oleh kedua negara, yang saat ini berada di bawah kekuasaan Rusia.
Pemerintah Jepang, meskipun menyayangkan keputusan Rusia untuk tidak berpartisipasi dalam negosiasi penangkapan ikan, meminta Rusia untuk terus berpartisipasi dalam negosiasi dengan tujuan memulai aktivitas nelayan Jepang secepat mungkin.
Perundingan ini telah diadakan setiap tahun sejak tahun 1998 setelah tercapainya kesepakatan antara kedua negara.
Sebenarnya, Rusia dan Jepang setiap tahun bernegosiasi tentang periode penangkapan ikan, jumlah tangkapan, dan jumlah uang yang dibayarkan pihak Jepang ke pihak Rusia.
Musim penangkapan ikan kapal Jepang di sekitar pulau yang disengketakan biasanya dimulai pada bulan Januari.
Sebelumnya, bulan Oktober lalu, pemerintah Jepang ikut serta dalam latihan militer AS di kawasan tersebut.
Keikutsertaan pemerintah Jepang dalam pergerakan militer Amerika Serikat di Asia Timur selalu merugikan pemerintah Tokyo dan rakyat Jepang.
Menyusul tindakan pemerintah Tokyo, Maria Zakharova, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengumumkan, "Manuver Amerika Serikat dan Jepang baru-baru ini di kawasan Asia-Pasifik dilakukan di dekat Timur Jauh Rusia. Kami menganggap tindakan Jepang ini sebagai ancaman bagi Rusia."
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan dalam konferensi pers, "Moskow telah menyatakan keprihatinannya kepada para diplomat Jepang dan telah meminta pemerintah Tokyo untuk bertindak secara bertanggung jawab dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan."
Bagaimanapun, tidak ada keraguan bahwa jika terjadi insiden yang tidak menguntungkan antara Jepang dan Rusia, Amerika Serikat tidak akan menderita.
Pemerintah Amerika selalu berusaha menggunakan politisi yang berafiliasi dengan kelompok pro-Barat di wilayah strategis dunia, termasuk benua Asia yang luas, untuk mengeksploitasinya demi kepentingannya sendiri dan melawan negara ketiga.
Menanggapi sikap Jepang yang mengikuti kebijakan Amerika Serikat dan pemerintah Tokyo yang bergabung dalam kampanye anti-Rusia yang digelar Washington, pemerintah Rusia mengancam untuk tidak berpartisipasi dalam negosiasi bagi mengamankan kapal penangkap ikan Jepang di empat pulau yang disengketakan antara kedua negara.
Sementara itu, negara-negara yang ikut serta dalam misi militer AS di berbagai wilayah di dunia tidak mendapat keuntungan apa pun dari memasuki perang.
Perang Georgia dan Ukraina dengan Rusia harus dievaluasi dalam hal ini. Misalnya, setelah Ukraina memasuki perang dengan Rusia sesuai dengan rekomendasi Amerika Serikat, jutaan warga Ukraina telah mengungsi dari rumah mereka.
Struktur militer dan ekonomi Ukraina telah dihancurkan dan wilayah independen Ukraina telah mampu melepaskan diri dari tekanan pemerintah Kiev dan mendeklarasikan kemerdekaan mereka dari negara ini.
Hal yang sama akan terjadi di Jepang.
Faktanya, dengan penolakan Rusia untuk berpartisipasi dalam negosiasi dengan Jepang, sejumlah besar nelayan Jepang akan kehilangan kemungkinan menangkap ikan di sekitar empat pulau yang disengketakan antara Jepang dan Rusia.
Pada saat yang sama, sikap mengekor Jepang terhadap Amerika Serikat bukan hanya tidak akan menguntungkan rakyat Jepang, tetapi juga akan meningkatkan ketergantungan pemerintah Tokyo pada sekutu Baratnya, terutama Amerika Serikat.
Pada kenyataannya, Amerika tidak memiliki banyak kekuatan di Asia Timur tanpa sekutunya seperti Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan.
Namun setiap kali dengan menekan negara-negara di kawasan ini seperti Jepang dan Korea Selatan, Amerika meningkatkan tekanan terhadap Cina dan Rusia.
Setiap tahun, dengan berpartisipasi dalam negosiasi, pejabat pemerintah Jepang meyakinkan otoritas Rusia untuk tidak menahan nelayan Jepang - yang sedang memancing di sekitar pulau-pulau milik Rusia.
Meskipun demikian, di tahun baru, otoritas Moskow memasukkan Tokyo ke dalam daftar negara "tidak ramah" sebagai pembalasan atas sanksi Jepang terhadap Rusia akibat perang Ukraina.
Setelah meluncurkan perang di Ukraina pada 24 Februari 2021, negara-negara Barat, di mana Amerika Serikat sebagai pemimpin mereka, telah mengintensifkan kampanye anti-Rusia.
Jepang telah bergabung dengan Amerika di jalur ini dan Rusia telah menghentikan negosiasi dengan Jepang mengenai Kepulauan Kuril yang disengketakan sebagai reaksi pertama atas bergabungnya Tokyo dalam sanksi Barat terhadap Moskow.
Namun demikian, tampaknya pemerintah Tokyo terus mengikuti AS dan Moskow tidak membiarkan tindakan anti-Rusia Jepang tanpa balasan.(sl)