Mencermati Protes Warga Korea Selatan atas Kedatangan Menhan AS
Rakyat Korea Selatan memprotes kebijakan militer Amerika Serikat di negaranya bersamaan dengan kunjungan Menteri Pertahanan AS ke Seoul, ibu kota Korea Selatan.
Lloyd Austin, Menteri Pertahanan AS telah mengumumkan tujuan perjalanannya ke Seoul untuk memperkuat aliansi Washington-Seoul dan memperkuat "pencegahan" terhadap ancaman Korea Utara.
Sementara itu, para penentang kehadiran militer AS di Korea Selatan, sambil memegang wajah tersenyum Menteri Pertahanan AS, membawa kain bertuliskan "Hentikan pencegahan lebih lanjut" dan meneriakkan protes akan kehadiran militer AS yang menyebabkan ketegangan di Korea Selatan.
Kunjungan Menhan AS ke Korea Selatan bersamaan dengan kunjungan Sekjen NATO ke Seoul mengkhawatirkan masyarakat Korea Selatan karena negara-negara Barat memusatkan kehadiran militernya di Asia Timur.
Isu ini dinilai penting mengingat krisis di Ukraina dan propaganda kalangan Barat bahwa setelah krisis ini, Amerika dan NATO mungkin fokus pada isu Taiwan.
Meskipun Korea Selatan bukan anggota NATO, organisasi ini telah memulai upaya ekstensif untuk partisipasi Korea Selatan dalam program-programnya, termasuk menangani serangan dunia maya, yang merupakan semacam ekspresi perluasan wilayah geografis NATO.
Mohsen Roohi Sefat, seorang pakar masalah internasional mengatakan, "NATO dan Amerika Serikat memperluas kehadiran geografis mereka di berbagai wilayah di dunia dalam langkah yang diperhitungkan, dan setelah NATO mendekati perbatasan Rusia, mereka sekarang mencoba mendekati perbatasan Cina. Itulah sebabnya Sekretaris Jenderal NATO meningkatkan perjalanannya ke Asia Timur."
Amerika telah mengerahkan sekitar 100.000 pasukan militer di Jepang dan Korea Selatan sebagai sekutu strategisnya di Asia Timur.
Selain itu, AS memperkuat peralatan militernya di kedua negara tersebut, termasuk dengan mengerahkan rudal THAAD, yang juga memicu protes Cina.
Rakyat Korea Selatan memprotes kebijakan militer Amerika Serikat di negaranya bersamaan dengan kunjungan Menteri Pertahanan AS ke Seoul, ibu kota Korea Selatan.
Dari kacamata kalangan politik di Korea Selatan, kinerja pemerintah garis keras negara ini dalam menghadapi krisis nuklir Semenanjung Korea mengikuti standar ganda dan kontradiktif.
Karena di satu sisi meneriakkan slogan kerja sama dan dialog dengan Korea Utara, dan di sisi lain menampung dua pejabat senior militer Barat yang mengikuti kebijakan menciptakan ketegangan dan krisis di semenanjung Korea.
Dari sudut pandang ini, protes rakyat Korea Selatan terhadap kehadiran Menteri Pertahanan AS di Seoul patut mendapat perhatian dan analisis lebih lanjut.
Amin Farjad, seorang ahli masalah politik mengatakan, "Jika ada krisis dan konflik yang terjadi di wilayah Semenanjung Korea, Korea Selatan yang akan mengalami kerusakan paling parah. Karena NATO dan Amerika berada ribuan kilometer jauhnya dari kawasan Asia Timur dan mereka tidak akan dirugikan oleh kemungkinan perang di kawasan tersebut."
Hal ini, tentu saja, membuat rakyat Korea Selatan semakin khawatir akan konsekuensi krisis di Semenanjung Korea.
Namun, pejabat militer senior AS dan NATO telah melakukan perjalanan ke Korea Selatan sementara krisis Ukraina yang disebabkan oleh kebijakan dan hasutan agresif NATO dan AS masih tetap menyala. Hal ini jelas membuat rakyat Korea Selatan semakin khawatir dengan konspirasi Amerika Serikat dan NATO terkait Korea Utara dan Cina.
Karena sejak masa kepresidenan Barack Obama di Amerika Serikat, kebijakan militerisme Washington telah bergeser dari Asia Barat ke Asia Timur, dan Amerika Serikat melanjutkan kehadiran armada militernya di sekitar perairan Cina dan Korea Utara, serta memperkuat kehadiran militernya di Korea Selatan dan Jepang untuk menciptakan kondisi ketegangan militer di kawasan yang membuat warga Korea Selatan khawatir akan konsekuensinya yang tidak terduga.(sl)