Amerika Tinjauan dari Dalam, 25 Maret 2023
(last modified Sat, 25 Mar 2023 12:39:21 GMT )
Mar 25, 2023 19:39 Asia/Jakarta
  • John Kirby
    John Kirby

Perkembangan di Amerika selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya: Gedung Putih: Kami Menolak Gencatan Senjata di Ukraina.

Selain itu, masih ada isu lainnya seperti:

  • Kepercayaan Publik AS pada Bank Menurun
  • Survei: Mayoritas Rakyat Amerika Yakini Invasi ke Irak Salah Besar
  • Menyusul SVB, 186 Bank di AS Terancam Gulung Tikar
  • Warga AS Mencemaskan Kondisi Ekonomi
  • Pusat Riset Kongres AS Akui Kegagalan Semua Opsi Melawan Iran
  • Saudi akan Berinvestasi di Iran, Begini Reaksi AS
  • Popularitas Biden Terus Anjlok
  • Trump: Saya akan Ditangkap Hari Selasa

Gedung Putih: Kami Menolak Gencatan Senjata di Ukraina

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat mengatakan, Washington menilai segala bentuk upaya damai terkait perang di Ukraina pada kondisi saat ini tidak bisa diterima.

John Kirby

Dikutip Russia Today, Minggu (19/3/2023), John Kirby dalam wawancara dengan Fox News menyinggung kunjungan Presiden Cina Xi Jinping ke Rusia, untuk bertemu Presiden Vladimir Putin dan menuturkan, "Washington akan menolak segala bentuk prakarsa damai yang dihasilkan dalam pertemuan itu."

 Ia menambahkan, "Rusia dan Cina baru-baru ini meningkatkan kerja sama, dan hubungannya. Kedua negara ini bergabung untuk melemahkan, dan menulis ulang apa yang disebut sebagai aturan main di level global."

Menurut John Kirby, Rusia dan Cina adalah dua negara yang menentang aturan main yang dibuat AS, bersama banyak sekutu serta mitranya selepas Perang Dunia II.

Belum lama ini, pemerintah Cina mengusulkan program perdamaian untuk mengakhiri konflik Rusia dan Ukraina, yang berisi 12 klausul.

Dengan mengambil sikap tidak berpihak pada salah satu negara yang bertikai, Cina berulangkali mengajak Rusia dan Ukraina, untuk menahan diri, serta berkomitmen pada diplomasi untuk menemukan solusi.

Kepercayaan Publik AS pada Bank Menurun

Bangkrutnya dua bank besar Amerika Serikat baru-baru ini yaitu Silicon Valley dan Signature, telah menciptakan krrisis kepercayaan di tengah para nasabah bank negara itu.

Bloomberg, Minggu (19/3/2023) melaporkan, koalisi bank-bank menengah Amerika Serikat (Mid-Size Bank Coalition of America) mendesak pemerintah Gedung Putih untuk mencegah meluasnya krisis yang dialami Bank Silicon Valley, dan mengasuransikan deposito para nasabah selama dua tahun bahkan untuk deposito yang bernilai lebih dari 250.000 dolar.

Image Caption

Mid-Size Bank Coalition of America dalam suratnya untuk pemerintah AS menulis, "Langkah semacam ini akan segera mengakhiri larinya nasabah dari bank-bank kecil, dan sektor perbankan akan stabil. Selain itu risiko bangkrut bank-bank lain juga bisa ditekan."

Banyak nasabah bank-bank AS seperti Silicon Valley dan Signature telah menarik uang mereka, dan membuka rekening baru di bank-bank lebih besar seperti JPMorgan Chase, dan Bank of America.

Masyarakat Amerika Serikat meyakini bahwa dua bank tersebut sangat penting sehingga pemerintah tidak akan bisa mengabaikan keduanya ketika terjadi krisis.

Minggu ini saham Bank First Republic yang sebagian besar nasabahnya kalangan kaya, dalam mengalami penurunan 15 persen setelah bangkrutnya Silicon Valley.

Survei: Mayoritas Rakyat Amerika Yakini Invasi ke Irak Salah Besar

Hasil survei terbaru menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Amerika Serikat percaya bahwa invasi militer yang dilancarkan pasukan negaranya ke Irak sebagai sebuah kesalahan besar.

Dua puluh tahun setelah invasi militer AS ke Irak, hasil survei Axius dan Ipsos menunjukkan bahwa 61 persen rakyat Amerika percaya bahwa invasi ke Irak tidak bisa dibenarkan, karena salah.

Menurut hasil survei ini yang dirilis Minggu (19/3/2023), orang-orang Amerika menentang penggunaan kekuatan militer negaranya di negara lain.

Menurut laporan ini, sekitar lima ribu tentara Amerika tewas selama pendudukan Irak dan AS telah menghabiskan dua ribu miliar dolar.

Amerika tidak pernah bisa membuktikan bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal, karena mereka tidak pernah menemukannya di Irak.

Meskipun demikian, Presiden AS saat itu George W. Bush menyampaikan pidatonya yang terkenal dengan sebutan "misi tercapai" pada bulan Mei, lima pekan setelah invasi militer AS ke Irak pada tahun 2003.

Pada awalnya, mayoritas publik Amerika bereaksi positif terhadap pidato ini. Hasil jajak pendapat yang dilakukan saat itu menunjukkan bahwa 66 persen publik Amerika mendukung invasi militer tersebut. Namun setelah tahun 2005, suara rakyat AS berubah menentangnya.

Faktanya, sekutu Amerika di Eropa menentang keputusan ini.

Kini, setelah bertahun-tahun berlalu dari invasi ini, hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa hanya 36 persen rakyat Amerika yang mendukung invasi militer ke Irak.

Pada bulan Maret 2003, pasukan Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke Irak, dan menghancurkan sebagian besar negara itu, dan dilanjutkan dengan pengerahan pasukan darat Amerika ke Baghdad.

Invasi militer Amerika ke Irak dilakukan dengan dalih penggunaan senjata pemusnah massal oleh Saddam Hussein. Tapi AS tidak bisa membuktikan klaim tersebut.

Menyusul SVB, 186 Bank di AS Terancam Gulung Tikar

Sebuah media Amerika Serikat mengumumkan kemungkinan kebangkrutan 186 bank di negara ini.

Kebangkrutan tiba -tiba Silicon Valley Bank AS (SVB), yang ditutup oleh para pejabat AS pada hari Jumat, 10 Maret, telah menciptakan gelombang kekhawatiran di sektor perbankan AS.

Pasar telah berspekulasi tentang konsekuensi dari kebangkrutan salah satu bank terbesar di Amerika Serikat ini sejak krisis keuangan 2008. Banyak pihak yang mengkhawatirkan meluasnya kondisi ini ke bank lain, termasuk bank -bank Eropa.

The Wall Street Journal dalam sebuah laporan terbaru hari Sabtu (18/3/2023) menyebutkan bahwa 186 bank berisiko bangkrut, dan nasibnya sedang untuk menyusul SVB.

Kebangkrutan Silicon Valley Bank telah menyebabkan banyak kerusakan pada perusahaan yang beroperasi di sektor teknologi di dunia.

Warga AS Mencemaskan Kondisi Ekonomi

Hasil survei terbaru di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kebanyakan orang di negara ini mengkhawatirkan keadaan ekonomi mereka.

Menurut berbagai statistik yang diumumkan, masyarakat Amerika Serikat terus bergumul dengan tantangan seperti pasar tenaga kerja yang lemah dan inflasi.

Menurut laporan IRIB, hasil studi institut American Compass menunjukkan bahwa rakyat Amerika harus bekerja lebih banyak selama seminggu untuk dapat menjamin pendapatan dan pengeluaran bulanan mereka.

Menurut penelitian lembaga ini, biaya hidup orang Amerika, termasuk lima faktor utama makanan, perumahan, perawatan medis, transportasi dan pendidikan, terus meningkat.

Timothy Malefyt, seorang profesor di Fordham University di Amerika Serikat mengatakan dalam konteks ini, Di Amerika, tidak mungkin lagi mampu membayar biaya hanya dengan pekerjaan satu orang tua, dan kini diperlukan kedua orang untuk bekerja.

Situasi ekonomi di Amerika sama sekali tidak baik.

Dalam beberapa pekan terakhir, 2 bank Amerika Signature dan Silicon Valley bangkrut dan membuat situasi ekonomi Amerika semakin kritis.

Sementara itu, pemerintah Amerika telah melakukan banyak upaya untuk melanjutkan krisis di Ukraina melalui dukungan finansial.

Pusat Riset Kongres AS Akui Kegagalan Semua Opsi Melawan Iran

Pusat Riset Kongres AS mengakui kegagalan semua strategi dari berbagai kebijakan pemerintah Amerika, termasuk sanksi komprehensif, tindakan militer terbatas, dan keterlibatan diplomatik terhadap Iran.

Pusat Riset Kongres AS dalam laporan terbarunya yang dikirim ke badan legislatif negara ini hari Kamis (23/3/2023) mengungkapkan bahwa semua kebijakan dari berbagai pemerintah Amerika Serikat terhadap Iran telah gagal.

Image Caption

Dalam laporan ini disebutkan bahwa Kongres AS telah memainkan peran kunci dalam membentuk kebijakan AS terhadap Iran, termasuk sanksi ekstensif, pemberian bantuan dan izin untuk menjual senjata kepada mitra oposisi pemerintah Iran, mencoba mempengaruhi negosiasi terkait dengan program nuklir Iran.

Di bagian lain laporan ini diakui bahwa berbagai kebijakan AS terhadap Iran belum berhasil mencegah pengaruh Iran dan kemampuan negara itu untuk menantang kepentingan AS.

Pada tahun 2023, Iran memiliki pengaruh signifikan di kawasan Asia Barat dan sedang mengembangkan hubungan baru dengan Rusia dan Cina, dan masih mampu menantang kepentingan Amerika di kawasan dan sekitarnya.

Saudi akan Berinvestasi di Iran, Begini Reaksi AS

Koordinator komunikasi strategis Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat menanggapi keputusan terbaru Arab Saudi untuk berinvestasi di Iran.

John Kirby, Sabtu (18/3/2023) dalam wawancara dengan Voice of America ditanya tentang respon AS terkait keputusan Menteri Keuangan Saudi Mohammed Al Jadaan untuk berinvestasi di Iran, dan ia kembali mengulang tuduhan tak berdasar terhadap Republik Islam.

"Iran adalah salah satu pemain yang merusak stabilitas di seluruh kawasan. Jangan salah dalam hal ini. Baik dalam perilaku mereka terhadap rakyatnya sendiri, maupun dukungan mereka terhadap kelompok-kelompok teroris, Hamas dan Hizbullah, serta pemberontak Houthi atau serangan ke bidang transportasi laut. Kita jangan lupa pengiriman ratusan drone mematikan ke Rusia, yang digunakan untuk membunuh rakyat Ukraina," paparnya.

John Kirby menambahkan, "Ini yang dilakukan Iran. Saya mengizinkan Iran dan Saudi berbicara soal kesepakatan pemulihan hubungan. Jika program ini bisa menurunkan ketegangan, dan membantu kita mengakhiri perang di Yaman, dan jika penduduk Saudi termasuk 70.000 warga Amerika merasa lebih aman, maka itu akan menguntungkan kita semua, dan kami akan mendukungnya, tapi kita harus lihat apakah benar-benar seperti ini atau tidak.

Popularitas Biden Terus Anjlok

Hasil jajak pendapat Pusat Associated Press-NORC menunjukkan berlanjutnya penurunan popularitas Presiden AS, Joe Biden.

Menurut laporan IRNA, Kamis (23/3/2023), berdasarkan hasil polling terbaru Pusat Associated Press-NORC, ada sedikit fluktuasi dukungan terhadap Presiden Amerika Serikat selama beberapa bulan terakhir, dan popularitas Joe Biden telah mencapai 38 persen.

Joe Biden

Sementara itu, tingkat popularitas Biden menurut hasil jajak pendapat bulan Februari-Januari sebesar 45 dan 41 persen.

Hanya 31 persen, responden yang puas dengan pandangan ekonomi Biden. Pengelolaan masalah ekonomi menjadi salah satu kelemahannya setidaknya sejak akhir tahun 2021. Hanya seperempat orang Amerika yang percaya bahwa keadaan ekonomi negara itu baik dan berada di jalur yang benar.

Menurut hasil jajak pendapat ini, tingkat popularitas Biden dalam kebijakan luar negeri sebesar 39 persen, dan isu perubahan iklim 41 persen.

Sementara itu, 74 persen pendukung Partai Demokrat dan 9 persen pendukung Partai Republik menyatakan puas dengan kinerja Biden dalam kebijakan luar negeri, sementara 67 persen dan 17 persen kepuasan dilaporkan di antara para pendukung kedua partai ini, masing-masing terkait kinerjanya dalam perubahan iklim.

Jajak pendapat ini diikuti oleh 1.081 responden dan digelar sejak 16 Maret.

Pemerintah Amerika terkait inflasi, manajemen pandemi Corona, kebijakan luar negeri dan isu-isu lainnya mendapat kritikan dari spektrum politik.

Inflasi Amerika yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pemerintahan Biden dalam 40 tahun terakhir dan tingginya harga bensin juga menjadi faktor penurunan popularitas presiden demokratis negara ini. Dalam beberapa bulan terakhir, Biden juga dikritik karena kondisi psikologisnya.

Trump: Saya akan Ditangkap Hari Selasa

Mantan Presiden Amerika Serikat menduga dirinya akan ditangkap terkait penyelidikan oleh Kejaksaan Wilayah Manhattan minggu depan, dan ia meminta para pendukungnya untuk protes.

Donald Trump, Sabtu (18/3/2023) seperti dikutip CNN di akun media sosialnya menulis, "Kandidat terkuat Republik, dan mantan Presiden AS akan ditangkap hari Selasa minggu depan."

Donald Trump

 Mantan Presiden AS itu menambahkan, "Proteslah, dan rebut kembali negara kita."

 Kejaksaan Wilayah Manhattan menolak untuk memberikan komentar terkait statemen yang disampaikan Donald Trump tersebut.

 Meskipun demikian, Kejaksaan Wilayah Manhattan mengatakan dakwaan terhadap Trump, akan segera diumumkan, akan tetapi tidak ada bukti apa pun yang bisa membuat mantan Presiden AS itu yakin akan ditangkap.

 Tiga orang dekat Donald Trump mengatakan, tim Trump sama sekali tidak mengetahui kapan dakwaan atas mantan Presiden AS itu akan diumumkan atau kapan penangkapan itu akan dilakukan.

Salah satu orang dekat Trump, menjelaskan satu-satunya dugaan terkuat para penasihat Trump, adalah mungkin hari Selasa hal itu akan terjadi.