Ekspansi NATO ke Timur, Penyebab Eskalasi Perang Ukraina
(last modified Mon, 10 Apr 2023 03:49:39 GMT )
Apr 10, 2023 10:49 Asia/Jakarta

Sementara Rusia telah berulang kali menyatakan perluasan NATO sebagai ancaman serius bagi keamanan nasionalnya dan memperingatkannya, para pemimpin beberapa negara di dunia juga menggambarkan perluasan NATO sebagai penyebab krisis dan perang di Ukraina.

Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden Brasil menyatakan keprihatinannya bahwa aliansi militer Barat ini tidak boleh mendekati perbatasan Rusia dan menganggapnya sebagai hambatan bagi upaya untuk membangun perdamaian dalam perang Ukraina.

Dengan dimulainya perang di Ukraina, negara-negara anggota NATO telah menggunakan perang ini sebagai alasan untuk memperluas kehadiran mereka di Eropa, dan terlepas dari peringatan Rusia, mereka mencoba memperluas organisasi militer ini.

Keanggotaan Finlandia di NATO

Dalam hal ini, keanggotaan Finlandia dan Swedia dimasukkan dalam agenda NATO, dan Finlandia bergabung dengan organisasi militer ini pada tanggal 4 April, dan penggabungan Swedia juga sedang berlangsung.

Sedangkan Ukraina juga bersikeras untuk menjadi anggota organisasi militer ini.

Perluasan organisasi militer NATO selalu disebut oleh Rusia sebagai hambatan utama untuk membangun perdamaian.

Sejak akhir tahun 2021, Moskow berulang kali memperingatkan tentang perluasan NATO ke Eropa Timur sebagai ancaman keamanan nasionalnya. Karena desakan Ukraina untuk menjadi anggota NATO dan sambutan anggota organisasi militer ini, perang di Ukraina berkobar.

Dari sudut pandang Moskow, perluasan NATO berarti pengepungan negara ini oleh NATO, karena itu sekali lagi memperingatkan terhadap aksesi Finlandia dan Swedia ke NATO.

Sementara memperingatkan bahwa bergabungnya Finlandia dengan NATO meningkatkan risiko konflik, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, Pakta Pertahanan Atlantik Utara mengintensifkan kegiatannya di dekat perbatasan Rusia dan Belarusia serta memperkuat sikap anti-Rusia, yang mengarah pada peningkatan konflik.

Sementara Rusia telah berulang kali menyatakan perluasan NATO sebagai ancaman serius bagi keamanan nasionalnya dan memperingatkannya, para pemimpin beberapa negara di dunia juga menggambarkan perluasan NATO sebagai penyebab krisis dan perang di Ukraina.

Dmitry Medvedev, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia juga memperingatkan dalam hal ini, NATO sedang mencoba menyulut Perang Dunia III dan memasuki tahap yang tidak dapat diubah.

Mencermati situasi ini sementara upaya berbagai negara untuk menengahi dan mengakhiri perang di Ukraina semakin intensif.

Dalam kasus ini, Cina baru-baru ini mengajukan rencana yang tidak diterima oleh negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat.

Namun, baru-baru ini Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen melakukan perjalanan ke Cina, di mana salah satu fokus utamanya adalah mediasi Beijing untuk mengakhiri perang di Ukraina.

Sekarang Presiden Brasil Da Silva telah menekankan pada mediasi untuk mengakhiri perang. Namun garis merah Moskow untuk setiap penghentian permusuhan adalah akhir dari ekspansi NATO ke arah timur.

Nyatanya, kelanjutan kebijakan Eropa dan perkembangan NATO bukan hanya menutup jalan bagi setiap negosiasi untuk mengakhiri perang ini, tetapi juga meningkatkan risiko penggunaan senjata nuklir dan memperluas medan perang.

Izumi Nakamitsu, Perwakilan Tinggi PBB untuk Urusan Perlucutan Senjata mengatakan, Risiko penggunaan senjata nuklir sekarang lebih besar daripada kapan pun sejak Perang Dingin, dan perang di Ukraina adalah contoh paling akut dari risiko ini.

Gedung PBB

Tampaknya kebijakan ekspansionisme NATO dan mengabaikan peringatan Rusia terus berlanjut. Sebuah isu yang akan menyebabkan peningkatan konfrontasi antara Rusia dan NATO, dan merusak upaya mediasi untuk membangun perdamaian.(sl)