Ini Alasan Baru Taliban Larang Anak Perempuan Sekolah
(last modified Sun, 25 Jun 2023 15:26:53 GMT )
Jun 25, 2023 22:26 Asia/Jakarta
  • Pasukan Taliban.
    Pasukan Taliban.

Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid mengatakan, alasan penangguhan pendidikan anak-anak perempuan di atas kelas enam di Afghanistan dan penutupan sekolah mereka adalah dalam kerangka reformasi yang diperlukan dalam buku-buku pelajaran sekolah.

"Program pendidikan sebelumnya datang dari Barat dan dipaksakan oleh orang-orang Barat," klaim Mujahid dalam pernyataan terbarunya.

Meskipun pernyataan Mujahid ini dianggap sebagai pembenaran resmi Taliban atas penghentian pendidikan anak-anak perempuan di atas kelas enam, namun tampaknya alasan tersebut tidak bisa diterima oleh masyarakat Afghanistan dan kalangan internasional.

Karena bagaimanapun juga, buku-buku pelajaran dari pemerintah sebelumnya juga diajarkan dalam sistem pendidikan pemerintah, dan tampaknya tidak ada masalah sensitif dan non-agama dalam buku-buku ini seperti yang diklaim Taliban.

Buku-buku pelajaran sebelumnya juga diajarkan kepada masyarakat tradisional Afghanistan, dan tidak ada masalah apapun. Jika ada, tentunya para cendekiawan, ulama, tokoh, dan masyarakat akan keberatan dengan isi buku-buku pelajaran untuk anak-anak perempuan Afghanistan.

Maulavi Mofleh, seorang pakar masalah politik mengatakan, kepekaan Taliban mengenai buku teks untuk anak-anak perempuan tentunya sesuatu yang luar biasa, yang menunjukkan perhatian mereka terhadap pendidikan generasi yang sehat dari anak-anak perempuan di Afghanistan, tetapi muncul pertanyaan penting, apakah sistem pendidikan yang diterapkan Taliban tidak mampu menulis ulang dan merevisi buku-buku untuk anak-anak perempuan pada waktu yang tepat, misalnya revisi itu dilakukan selama liburan musim panas?

Pernyataan juru bicara Taliban bahwa mereka tidak melarang pendidikan anak-anak perempuan atau tidak mengizinkan untuk belajar dan hanya menangguhkan saja, hanya bertujuan untuk mengurangi tekanan internasional, terutama setelah sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini.

Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid 

Dalam sidang Dewan keamanan PBB ditegaskan bahwa selama Taliban tidak menghormati hak-hak perempuan, maka kedaulatannya atas Afghanistan tidak akan diakui secara internasional. Tampaknya posisi yang diambil di Dewan Keamanan PBB ini menjadi pukulan bagi Taliban yang berusaha keras agar kedaulatannya di Afghanistan diakui.  

Sebelumnya, Taliban menganggap penghentian pendidikan bagi anak-anak perempuan sebagai akibat dari masalah fikih yang mereka yakini, namun hal ini juga tidak beralasan, pasalnya, agama Islam sama sekali tidak melarang pendidikan bagi anak perempuan, bahkan agama ini menekankan pertumbuhan dan perkembangan bagi perempuan di berbagai bidang keilmuan dan peningkatan taraf hidup keluarga. Untuk itu, tidak ada cendekiawan Islam yang menyetujui larangan belajar bagi anak-anak perempuan seperti yang diberlakukan Taliban.

Asadullah Zairi, seorang pakar politik di Afghanistan mengatakan, di zaman sekarang, yang merupakan zaman kemajuan dan perkembangan, bahkan masyarakat tradisional Afghanistan pun menolak pelarangan pendidikan bagi anak-anak perempuan. Sebab, masyarakat Afghanistan saat ini tidak hanya membutuhkan jasa wanita di berbagai sektor, termasuk kedokteran, tetapi juga memerlukan wanita terpelajar yang bisa mendidik, membimbing dan membesarkan anak-anak dan generasi muda Afghanistan agara menjadi generasi yang terpelajar, berkembang dan maju.

Mujahid mengklaim bahwa pada masa lalu hanya ada kemungkinan untuk mengakses pendidikan di 30% wilayah Afghanistan, namun sekarang sekolah telah dikembangkan di 100% provinsi, kota dan desa dan pendidikan telah meningkat.

Siswi Afghanistan

Klaim pejabat Taliban tersebut adalah kabar baik yang mengindikasikan upaya Taliban untuk mengembangkan lingkungan pendidikan di Afghanistan, namun pelarangan pendidikan terhadap anak-anak perempuan dengan alasan apapun bukan hanya tidak disetujui oleh rakyat Afghanistan, tetapi juga tidak disetujui oleh masyarakat internasional, apalagi masa penghentian pendidikan anak perempuan sudah sangat lama.

Jika Taliban bermaksud untuk merevisi buku-buku pelajaran untuk anak perempuan, seharusnya sudah dilakukan sekarang sehingga anak-anak perempuan tidak berhenti pendidikannya.

Yang pasti, anak-anak perempuan Afghanistan juga ingin seperti teman-teman sebayanya di negara-negara lain, dan ingin menggapai masa depan yang cerah. Pelarangan pendidikan bagi anak-anak perempuan dianggap sebagai sesuatu yang mengejutkan dan aneh, pasalnua anak-anak perempuan para pejabat Afghanistan sedang sekolah dan menuntut ilmu di Qatar dan Pakistan. (RA)