Ketika Zelensky Mengancam untuk Memperluas Perang ke Rusia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Minggu (30/07/2023) setelah serangan pesawat tak berawak di sebuah distrik bisnis di Moskow, "Perang akan datang ke Rusia, ke pusat-pusat strategis dan pangkalan militernya."
Dalam pidato hariannya, presiden Ukraina mengatakan, Perang secara bertahap akan mencapai tanah Rusia, pusat-pusat simbolis dan pangkalan militernya, dan ini adalah proses yang tak terelakkan, alami, dan sepenuhnya adil.
Dalam membenarkan aksi perang negaranya, Zelensky mengklaim Ukraina semakin kuat.
Rusia mengumumkan pada Minggu (30/7) pagi bahwa sejumlah drone Ukraina menyerang Moskow, ibu kota Rusia, Sabtu malam.
Tiga hari lalu, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa mereka berhasil menghalau serangan udara Kiev terhadap sasaran di Moskow yang menggunakan drone pada malam hari dan mengumumkan bahwa serangan ini gagal.
Pada awal bulan ini, lima drone Ukraina ditembak jatuh di atas Moskow. Seminggu yang lalu, Walikota Moskow mengumumkan serangan dua drone Ukraina, yang diganggu oleh peperangan elektronik dan akhirnya menabrak bangunan bukan rumah tinggal.
Meningkatnya tren serangan pesawat tak berawak Ukraina di Moskow, ibu kota Rusia, menunjukkan tekad pejabat tinggi Kiev untuk memperluas cakupan perang ke Rusia, terutama bidang politik, ekonomi, dan militer strategisnya.
Tentu saja, bagian penting dari penyerangan juga terjadi di semenanjung Krimea, terutama jembatan Krimea yang menghubungkan daratan utama Rusia dengan wilayah ini.
Tujuan umum Ukraina dari serangan ini adalah untuk menciptakan perang psikologis melawan Rusia dengan menciptakan teror pada rakyat negara ini dan apa yang disebut memberi mereka rasa menghadapi perang, dan akhirnya menciptakan tekanan politik dan sosial di dalam Rusia serta meningkatkan penolakan untuk kelanjutan perang Rusia dan Ukraina.
Selain itu, jika Ukraina dilengkapi dengan peralatan militer jarak jauh dengan kekuatan destruktif yang lebih besar, seperti drone bunuh diri jarak jauh, serta berbagai jenis rudal balistik dan jelajah, diharapkan serangan ekstensif akan dikirimkan ke Rusia oleh negara-negara Barat.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Minggu (30/07/2023) setelah serangan pesawat tak berawak di sebuah distrik bisnis di Moskow, "Perang akan datang ke Rusia, ke pusat-pusat strategis dan pangkalan militernya."
Prospek ini dan ancaman serius yang diakibatkannya telah menimbulkan reaksi tajam dari Moskow dan meningkatkan kemungkinan reaksi nuklir dari Rusia.
Dalam hal ini, Dmitry Medvedev, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia mengatakan pada hari Minggu (30/7) tentang kemungkinan Rusia menggunakan senjata nuklir dan mengumumkan, Jika pasukan Ukraina dengan dukungan NATO menguasai sebagian wilayah Rusia, kami akan terpaksa menggunakan senjata nuklir.
Medvedev memperingatkan, Dalam skenario seperti itu, Rusia akan dipaksa mundur dari mengikuti doktrin nuklirnya.
Medvedev menambahkan dalam pesannya, Bayangkan jika serangan yang didukung oleh NATO berhasil dan menargetkan sebagian wilayah Rusia, kami akan dipaksa untuk menggunakan senjata nuklir sesuai dengan undang-undang kepresidenan Rusia.
Sikap baru Medvedev mewakili perubahan dalam kebijakan nuklir Rusia sebelumnya.
Sebelumnya, pada akhir Maret 2022, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengumumkan bahwa Rusia hanya akan menggunakan senjata nuklir jika keberadaannya terancam.
Namun, kini Medvedev, yang dianggap sebagai salah satu pejabat yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, secara eksplisit menekankan penggunaan senjata nuklir Moskow jika terjadi serangan yang berhasil dilakukan oleh pasukan Ukraina dengan dukungan Barat dan merebut sebagian wilayah Rusia.
Dari segi pemerintahannya, wilayah Rusia kini mencakup wilayah seperti Krimea yang dianeksasi ke wilayah Rusia pada 2014, atau bahkan sebagian wilayah Ukraina lain yang berhasil dikuasai, yakni empat provinsi Luhansk, Donetsk, Zaporozhye, dan Kherson.
Ini dianggap sebagai perkembangan serius dalam proses perang di Ukraina dan membuat skenario perang nuklir antara Rusia dan Ukraina dan mengubahnya menjadi konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO.(sl)