London Berusaha Hambat Penyelidikan Kejahatan Inggris di Afghanistan
Menurut Sky News, pemerintah Inggris berusaha menghambat penyelidikan kejahatan tentaranya di Afghanistan dengan dalih masalah keamanan.
Sementara itu, dalam semua pemberitaan yang dimuat berbagai kalangan media, selalu terlihat jejak tentara Inggris dan Jerman dalam segala kejahatan yang dilakukan selama dua dekade pendudukan Afghanistan oleh Amerika Serikat dan NATO.
Menurut penelitian organisasi hukum Inggris bernama Lee D, yang dimulai pada Desember 2022, pasukan khusus Inggris di Afghanistan membunuh sedikitnya 80 warga sipil Afghanistan antara tahun 2010 dan 2014.
Ini adalah satu-satunya bagian dari kejahatan pasukan Inggris di Afghanistan yang berhasil dipublikasikan oleh organisasi ini sesuai dengan semua pertimbangan pemerintah London.
Abbas Fayaz, seorang pakar isu regional, mengatakan:
“Tentara Inggris, sebagai bagian dari pasukan pendudukan Afghanistan, selalu memandang rendah rakyat negara ini dalam dua dekade terakhir, dan sama seperti Amerika memperlakukan orang kulit hitam di negaranya, yang mengklaim berhak untuk membakar mereka hidup-hidup, tentara Inggris juga melakukan hal yang sama. Mereka mengklaim hak atas diri mereka sendiri dan melakukan kejahatan besar-besaran di Afghanistan."
Dalam banyak laporan, disebutkan bahwa pasukan Inggris biasa membunuh warga Afghanistan untuk bersenang-senang, dan mendata jumlah korban dengan memotong jari mereka.
Selain itu, tentara Inggris dan Amerika menyiksa rakyat negara ini dengan mendirikan penjara swasta di Afghanistan.
Salah satu kritik yang selalu dilontarkan Hamid Karzai, mantan Presiden Afghanistan tentang perilaku penjajah Amerika dan Inggris adalah masuknya mereka setiap malam ke rumah-rumah penduduk dan melakukan penangkapan serta pembunuhan sewenang-wenang.
Oleh karena itu, jika ada investigasi independen terhadap kejahatan pasukan pendudukan, termasuk Inggris, di Afghanistan, maka kedalaman bencana kemanusiaan di negara ini akan terungkap.
Menurut Sky News, pemerintah Inggris berusaha menghambat penyelidikan kejahatan tentaranya di Afghanistan dengan dalih masalah keamanan.
Oleh karena itu, setelah publikasi hanya sebagian dari bukti yang tak terbantahkan tentang pembunuhan warga sipil Afghanistan oleh tentara Inggris, pemerintah London terpaksa setuju untuk melakukan penyelidikan mengenai hal tersebut, yang seharusnya dilakukan secara terbuka sampai batas tertentu.
Asadullah Zaeiri, pakar isu politik, mengatakan:
“Rakyat Afghanistan mengalami masa-masa sulit selama pendudukan, sehingga pasukan pendudukan, termasuk Inggris, menggunakan setiap kesempatan untuk membunuh dan mempermalukan rakyat Afghanistan. Selain banyaknya pembunuhan terhadap masyarakat Afghanistan, penggunaan berbagai jenis bom yang dilarang juga menyebabkan munculnya berbagai penyakit saraf, kulit, dan darah di kalangan masyarakat Afghanistan."
Namun, Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Kerajaan Inggris berusaha untuk menerapkan pembatasan yang luas terhadap penyelidikan kejahatan pasukan Inggris di Afghanistan, dengan alasan masalah-masalah seperti keamanan nasional dan privasi, tetapi mereka tidak dapat menutupi kejahatan ini selamanya.
Namun, orang-orang seperti Charles Haddon-Cave yang bertanggung jawab menyelidiki kasus kejahatan yang dilakukan oleh pasukan khusus Inggris di Afghanistan berusaha untuk membatasi proses pemeriksaan kasus tersebut.
The Times Inggris sebelumnya mengungkapkan dalam sebuah laporan bahwa sebelum para inspektur mengunjungi markas besar pasukan khusus di London sebagai bagian dari penyelidikan kejahatan perang, para komandan Inggris menghancurkan file-file terkait. Kejadian yang sama di negara lain, seperti Australia, di mana tentara negara ini telah melakukan kejahatan perang di Afghanistan.
Terlepas dari upaya pemerintah yang tentaranya melakukan kejahatan di Afghanistan untuk menutupi kejahatan ini, bencana tersebut begitu dalam sehingga tidak dapat disembunyikan dan ditutup-tutupi, dan meskipun terlambat, hal ini pada akhirnya akan menyebabkan skandal besar.(sl)