Nov 01, 2023 11:42 Asia/Jakarta

Dengan berlanjutnya konflik di Jalur Gaza dan pembunuhan setiap hari terhadap warga Palestina, terutama anak-anak dan perempuan, oleh rezim Zionis, tren dukungan global terhadap perjuangan Palestina dan kecaman atas tindakan kriminal Israel semakin meningkat.

Isu ini, khususnya di negara-negara Eropa, telah menimbulkan kekhawatiran bagi para pejabat senior Eropa. Secara khusus, banyak demonstrasi telah diadakan di negara-negara Eropa, termasuk Inggris, dalam beberapa hari terakhir untuk mendukung Palestina dan mengungkapkan rasa jijik mereka terhadap kejahatan yang dilakukan oleh Zionis.

Pada hari Senin (30/10/2023), Menteri Dalam Negeri Inggris Suella Braverman menggambarkan demonstrasi pendukung Palestina sebagai pawai kebencian dalam pernyataan yang menunjukkan betapa dalamnya kemarahan dan keputusasaan pemerintah London atas meningkatnya gerakan anti-Zionis di negara ini.

Menteri Dalam Negeri Inggris Suella Braverman

“Selama akhir pekan lalu, kita telah melihat puluhan ribu orang turun ke jalan menuntut agar Israel dimusnahkan dari muka bumi,” kata Braverman.

Dia menambahkan, Menurut pendapat saya, hanya ada satu cara untuk menggambarkan demonstrasi ini, adalah demonstrasi kebencian.

Dalam tiga pekan terakhir, para pendukung Palestina telah mengadakan beberapa demonstrasi protes di berbagai kota meskipun ada pembatasan ketat yang diberlakukan oleh pemerintah Inggris terhadap pawai anti-Zionis di negara ini.

Di antara mereka, sekitar 500.000 orang mengutuk kejahatan biadab rezim Zionis di Gaza melalui demonstrasi di London pada hari Sabtu (28/10).

Para peserta protes ini meneriakkan slogan-slogan yang mendukung gencatan senjata segera di Gaza, pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah ini dan pembebasan penuh Palestina.

Hal ini tidak hanya terjadi di Inggris saja, demonstrasi besar-besaran serupa telah terjadi dalam beberapa minggu terakhir di negara-negara seperti Jerman, Prancis, Spanyol, Italia dan Yunani.

Otoritas dan pemerintah Eropa telah melakukan upaya ekstensif untuk mencegah demonstrasi semacam itu dan telah mengancam serta menghukum para pendukung Palestina untuk mendukung Israel.

Hal ini sekali lagi menunjukkan kepalsuan klaim pemerintah Eropa mengenai perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi.

Dengan berlanjutnya konflik di Jalur Gaza dan pembunuhan setiap hari terhadap warga Palestina, terutama anak-anak dan perempuan, oleh rezim Zionis, tren dukungan global terhadap perjuangan Palestina dan kecaman atas tindakan kriminal Israel semakin meningkat.

Menilik standar ganda negara-negara Eropa terkait kebebasan berpolitik dan kebebasan berpendapat, terlihat bahwa isu tersebut hanya berlaku ketika mempertanyakan dan menghina isu-isu yang dianggap Barat, termasuk Islamofobia dan anti-Islam serta penghinaan terhadap kesucian umat Islam.

Dalam kasus lain, seperti isu Holocaust dan mempertanyakan tindakan kriminal rezim Zionis serta mendukung perjuangan Palestina dan Palestina, akan menimbulkan reaksi tajam serta ancaman dan hukuman.

Dalam surat yang ditujukan kepada perwira senior polisi, Menteri Dalam Negeri Inggris Suella Braverman mengatakan bahwa mengibarkan bendera Palestina atau meneriakkan slogan-slogan yang mendukung kebebasan Palestina dapat dianggap sebagai kejahatan.

Dalam surat yang ditujukan kepada kepala polisi di Inggris dan Wales ini, ia menuntut untuk menghentikan segala upaya menggunakan bendera atau menyanyikan lagu-lagu yang dapat menyebabkan “pelecehan atau intimidasi terhadap komunitas Yahudi”.

Di Parlemen Eropa, mereka tidak mentolerir Maneo Pinda, Wakil Spanyol, menggunakan Keffiyeh dan menyela pidatonya serta memaksanya melepas Keffiyehnya.

Selain itu, tweet Karim Benzema pemain sepak bola terkenal dan pemenang Ballon d'Or yang mendukung rakyat Palestina dan Gaza telah menimbulkan reaksi keras dari pemerintah dan otoritas Prancis. Mereka menuduhnya terkait dengan Ikhwanul Muslimin, di mana Senator Prancis Valerie Boyer menuntut agar mengambil Ballon d'Or dan mencabut kewarganegaraan Karim Benzema.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa di Eropa, seperti halnya di AS, akibat pengaruh lobi Zionis dan menyerahnya para pemimpin beberapa negara Eropa seperti Inggris, Jerman, dan Prancis kepada rezim Zionis, tindakan dan gerakan serta dukungan anti-Zionis bagi rakyat Palestina yang tertindas dan dukungan terhadap rakyat Gaza, dianggap sebagai dosa yang tidak bisa diampuni.

Pawai mendukung Palestina di London, Inggris

Terlepas dari tekanan dan pembatasan dan bahkan penerapan segala macam hukuman, masyarakat negara-negara Eropa telah menunjukkan dengan mengadakan demonstrasi besar-besaran di berbagai kota bahwa meskipun ada propaganda luas yang berpihak pada Israel dan upaya mencitrakan Zionis yang terzalimi, tetapi mereka memahami kondisi nyata di Gaza dan mengutuk kejahatan rezim Zionis yang melewati batas, seperti pemboman rumah sakit dan memutus aliran air, listrik dan makanan bagi penduduk Gaza, dan mereka menuntut diakhirinya pembantaian dan penderitaan rakyat Palestina.(sl)

Tags